Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Seseorang yang menjadi asisten atau staf ahli seorang pejabat atau pemimpin perusahaan sering juga melakoni diri sebagai ghostwriter. Ia bekerja (menulis) atas nama orang yang menggajinya.
Profesi lain yang erat kaitannya dengan tugas sebagai ghostwriter adalah seorang publisis. Publisis biasanya bekerja untuk seorang tokoh/figur publik atau institusi tertentu.
Seorang publisis bertugas mengelola semua publikasi dan publisitas kliennya, terutama dalam bentuk tertulis.
Jika Anda melihat seorang tokoh hadir dengan tulisan-tulisan yang rutin di media sosial atau media daring, mungkin ia mempekerjakan seorang publisis.
Tahun 2003--2008 saat bekerja sebagai direktur utama di PT MQ Publishing lalu PT MQS, saya kerap berperan sebagai ghostwriter untuk Aa Gym.
Saya juga menugaskan staf untuk mengisi rubrik yang disediakan di beberapa media massa berkala sebagai "kapling" untuk Aa Gym.
Di Republika pada masa itu ada suplemen MQ sehingga saya dan staf penulis mengisi tulisan itu atas nama Aa Gym. Alasannya karena pada saat itu tidak ada waktu bagi da'i seperti Aa Gym menulis secara rutin.
Salah satu tugas yang saya ingat adalah ketika saya harus mengisi sebuah rubrik tentang spiritualitas olahraga di Tabloid Bola.
Saat itu saya harus mengisi rubrik tersebut dan mengupas berbagai fenomena olahraga dari kacamata spiritualitas atas nama Aa Gym.
Apakah gagasan tulisan itu berasal dari saya? Sejatinya tidak, karena tulisan itu dikembangkan dari gagasan Aa Gym sendiri tentang manajemen qolbu.
Pada waktu itu, sebagai seorang ghostwriter Aa Gym, saya mencoba mengalibrasi sosok Aa Gym, terutama pemikirannya.
Salah satu caranya adalah saya rutin membaca tulisan-tulisan sebelumnya dan mendengarkan kaset ceramah beliau pada zaman itu.
Dengan demikian, gaya bahasa yang muncul pada buku itu saya usahakan adalah gaya bahasa Aa Gym. Saya tidak menulis keluar dari "pakem" Aa Gym dan tidak sesuai dengan pemikirannya.
Sejatinya pekerjaan ghostwriter itu memang “rahasia”. Ghostwriter tidak boleh menyebut bahwa ia bekerja menuliskan karya si anu atau si fulan karena terikat dengan kontrak/perjanjian.
Akan tetapi, terkadang terjadi kelucuan juga. Dalam acara peluncuran buku atau bedah buku, klien justru menyebut nama ghostwriter yang bekerja untuknya.
Saya juga jadi menyebut tugas ghostwriter untuk Aa Gym. Namun, itu bukan "rahasia", melainkan sudah rahasia umum.
Meski begitu, dalam beberapa referensi yang saya baca, seorang ghostwriter tidak selalu namanya tidak disebutkan.
Terkadang dalam karya seperti biografi/autobiografi/memoar, nama ghostwriter muncul dengan kalimat: sebagaimana dikisahkan kepada .... (as told to....).
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Ghostwriter (Semestinya) Bukan Joki Tulisan"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.