Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Sekolah-sekolah mesti sudah bersiap mulai dari sekarang untuk menghadapi sampah organik sisa makan siang gratis itu. Karena banyak atau sedikit, sampah sisa makan siang gratis pasti ada.
Apalagi makan siang gratis itu diprogramkan akan diberikan setiap hari. Maka, setiap hari juga akan timbul sampah organik sisa makanan di sekolah.
Jika sekolah tidak mandiri mengelola sampah organik itu, maka sekolah akan bergantung pada petugas pengangkut sampah. Sekali atau dua kali petugas sampah tidak menjalankan tugasnya, sekolah bisa penuh bau sampah organik yang tidak dikelola.
Bukan tidak mungkin sekolah akan jadi tempat tumpukan sampah yang tidak dikelola dengan baik. Ingat, ini bukan hanya satu sekolah, tapi semua sekolah akan mendapat jatah makan siang gratis itu.
Itu berarti, jika bergantung pada petugas pengangkut sampah, berarti petugas pengangkut sampah juga harus bekerja ekstra keras setiap hari.
Petugas pengangkut sampah yang bekerja ekstra mengangkut sampah sisa makanan setiap hari itu juga berarti akan terjadi pembuangan sampah ekstra ke TPA. Sehingga TPA akan semakin menggunung sampah organik yang dibuang sia-sia.
Terutama jika sampah organik itu tercampur dengan sampah anorganik. Sangat sulit diselamatkan dan diolah untuk bahan baku daur ulang.
Apa yang harus dipersiapkan sekolah?
Mau tidak mau, sekolah sudah harus mulai memikirkan untuk bagaimana mengelola sampah sisa makan siang gratis itu supaya tidak bergantung pada 1 pihak saja. Ketergantungan dalam hal apapun hasilnya buruk. Terlebih lagi salam urusan sampah.
Maka sekolah harus mampu mengelola sampah dengan baik. Yaitu dengan mempersiapkan setidaknya infrastruktur pemilahan sampah organik dan anorganik.
Untuk sampah anorganik, sekolah bisa pakai wadah apa saja. Seperti trashbag (kantong sampah), karung, atau tas kresek besar untuk menampung sampah anorganik.
Yang penting, jangan sampai sampah anorganik bercampur wadahnya dengan sampah organik. Kalau itu terjadi, sampah sudah tidak bisa diapa-apakan lagi dan harus berakhir di pembuangan sampah.
Untuk sampah organik, sekolah wajib punya komposter. Komposter yang besar ukuran 200 liter. Setiap 500 siswa setidaknya ada satu komposter kali jumlah hari siswa mendapatkan makan siang gratis.
Contohnya, suatu sekolah memiliki 500 siswa-siswi. Berarti sekolah ini harus punya 6 komposter . Jika suatu sekolah punya murid 2.000 orang, maka harus punya 24 komposter. Kelebihan jumlah komposter tidak masalah, yang penting jangan sampai kekurangan.
Contoh kerja sekolah dengan 500 siswa. Enam komposter diberi label komposter A, komposter B, komposter C, komposter D, komposter E, dan komposter F.