
Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Jika memungkinkan, pilih tenor yang tidak terlalu panjang. Meskipun cicilan per bulan akan lebih besar, total bunga yang dibayar akan jauh lebih kecil. Selain itu, pastikan juga untuk membaca dan memahami seluruh isi perjanjian kredit, termasuk klausul penalti dan perubahan suku bunga.
KPR bukan hal buruk. Justru bisa sangat membantu jika diambil dengan perhitungan matang. Tapi mengambilnya tanpa strategi adalah langkah ceroboh.
Edukasi finansial jadi senjata utama agar rumah benar-benar jadi tempat tinggal yang nyaman, bukan sumber kekhawatiran terus-menerus.
Alternatif Selain KPR
Bagi yang belum benar-benar siap mengambil KPR, menyewa rumah atau apartemen bisa jadi solusi yang lebih sehat secara finansial.
Sewa memberikan fleksibilitas, terutama bagi generasi muda yang masih mobile secara karier dan lokasi kerja. Tidak ada beban cicilan panjang atau pajak properti, dan dana bisa dialokasikan untuk kebutuhan lain.
Alternatif lainnya adalah menabung DP secara bertahap hingga mencukupi untuk mengambil KPR dengan tenor pendek.
Strategi ini membutuhkan disiplin tinggi, tapi hasilnya bisa jauh lebih menguntungkan dalam jangka panjang. Selain itu, membeli rumah dalam kondisi tunai sebagian besar (semi cash) memberi posisi tawar lebih kuat terhadap harga.
Model kepemilikan properti kolektif juga mulai berkembang. Beberapa komunitas atau keluarga memilih membeli tanah atau properti bersama-sama untuk kemudian dibagi sesuai kesepakatan.
Skema ini cocok bagi yang punya jaringan dekat dan bisa saling percaya. Selain lebih ringan secara biaya, model ini juga membuka peluang investasi bersama.
Pemerintah pun memiliki program rumah subsidi dengan bunga tetap (FLPP) yang bisa jadi opsi bagi pekerja formal dengan penghasilan terbatas.
Meski rumah subsidi memiliki keterbatasan dari sisi lokasi dan luas bangunan, ini bisa jadi langkah awal yang lebih realistis dibanding memaksakan KPR komersial.
Terakhir, penting disadari bahwa properti bukan satu-satunya bentuk kekayaan. Generasi muda juga bisa membangun aset lewat instrumen lain seperti reksa dana, saham, atau bisnis produktif.
Punya rumah boleh jadi impian, tapi jangan sampai itu membutakan kita dari opsi lain yang mungkin lebih relevan dengan kondisi hidup saat ini.
Bijak Menimbang Sebelum Menyicil
Impian memiliki rumah adalah hal yang wajar dan sah. Tapi impian itu sebaiknya tidak dibangun di atas fondasi emosional semata.
KPR memang menawarkan jalan yang tampaknya mudah, tapi pada dasarnya adalah komitmen jangka panjang yang perlu dipahami secara utuh. Tidak semua orang harus memiliki rumah sekarang, dan tidak semua harus dimiliki lewat skema KPR.
Jika tidak dihitung matang, KPR bisa berubah dari solusi menjadi beban. Terlilit cicilan belasan tahun bukan hal sepele. Di sinilah pentingnya edukasi finansial dan kesadaran akan kemampuan diri.
Bijak dalam menunda, memilih, dan merencanakan sering kali lebih menguntungkan dibanding terburu-buru karena tekanan sosial.
Pada akhirnya, rumah bukan sekadar tempat tinggal, tapi juga keputusan finansial terbesar dalam hidup seseorang.
Maka dari itu, pastikan keputusan itu diambil dengan kepala dingin, bukan sekadar karena ikut-ikutan atau terbujuk promo. Rumah impian memang pantas dikejar---asal tidak dengan membayar harga yang lebih mahal dari yang bisa ditanggung.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Gampang-gampang Susah Punya Rumah Pakai KPR"
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang