Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Lala_mynotetrip
Penulis di Kompasiana

Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Usia 30an Ganti Karier, Apa yang Mesti Disiapkan?

Kompas.com - 14/10/2025, 11:22 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Apa yang dibayangkan jika pada usia lebih dari 30an tahun mesti berakhir? Apakah bisa memulai semua dari awal? 

Bagaimana cara bertahan, beradaptasi, dan tetap menjaga semangat di tengah perubahan itu?

Jika waktu bisa diputar, mungkin saya ingin kembali ke usia dua puluhan — masa ketika semuanya masih bisa disusun dengan lebih terarah.

Namun, hidup tidak memberi tombol “ulang”. Dan pada akhirnya, saya harus belajar menerima kenyataan: pindah karier di usia tiga puluhan bukan hal mudah, tapi bukan pula akhir dari segalanya.

Ketika “Nyaman” Harus Berakhir

Tahun 2024 menjadi titik balik besar dalam hidup saya. Saat itu, saya bekerja sebagai Web Administrator & Data..., posisi yang terasa pas dan stabil.

Saat teman-teman seangkatan sibuk mengejar jabatan manajerial, saya justru menikmati karier yang tenang — cukup waktu untuk menulis di blog dan membuat konten.

Namun, semua berubah ketika gelombang layoff datang. Saya termasuk di antara mereka yang harus menerima kenyataan pahit kehilangan pekerjaan. Rasanya campur aduk: sedih, khawatir, tapi juga dipaksa untuk segera bangkit.

Usia saya waktu itu hampir 31 tahun — usia yang sering dianggap “tanggung” di dunia kerja. Banyak lowongan mencantumkan batas usia, membuat proses mencari pekerjaan baru terasa seperti berlari di jalur sempit.

Saya sempat menganggur sekitar enam bulan. Sebagai tulang punggung keluarga, tentu tak bisa santai. Saya bertahan hidup dari proyek menulis dan membuat konten berkat bantuan teman-teman yang luar biasa suportif.

Pada masa itu, saya juga aktif mengikuti lomba menulis — beberapa kali menjadi juara favorit, bahkan sempat menjuarai salah satunya.

Di tengah ketidakpastian, kemenangan kecil itu terasa seperti napas baru.

Bangkit, Meski dari Nol Lagi

Setelah berbagai penolakan lamaran, satu demi satu peluang mulai terbuka. Tahun 2025, saya akhirnya kembali bekerja — meski di bidang yang agak berbeda dari sebelumnya.

Posisi ini bukan yang saya impikan, bahkan sempat saya hindari di masa lalu. Tapi hidup sering punya cara sendiri untuk menguji kesiapan kita.

Saya belajar dari nol lagi. Mengosongkan gelas, menyesuaikan diri dengan ritme kerja baru, bahkan berusaha memahami gaya komunikasi lintas generasi di kantor.

Tak ada serah terima pekerjaan dari orang sebelumnya, jadi saya harus mencari tahu sendiri banyak hal.

Ada rekan yang hanya memberi “clue” tanpa penjelasan detail, dan saya harus belajar membaca situasi — sambil terus menenangkan diri dengan banyak-banyak istighfar.

Saya juga belajar satu hal penting dari nasihat atasan: “Rekan kerja itu rekan profesional, bukan teman curhat.”

Kalimat sederhana itu membantu saya menempatkan diri, menjaga batas, dan fokus pada hal-hal yang memang penting dalam pekerjaan.

Karier di Usia 30-an: Bukan Hanya Tentang Bertahan

Pindah karier di usia tiga puluhan mengajarkan saya banyak hal. Pertama, belajar cepat adalah kunci.

Kedua, beradaptasi dengan lingkungan baru menjadi kebutuhan utama. Ketiga, kemampuan kolaborasi lintas generasi harus terus diasah.

Selain itu, ada realitas yang harus diterima: kontrak kerja tak selalu panjang. Posisi baru saya, misalnya, hanya berlangsung beberapa bulan. Setelahnya, saya harus siap mencari peluang baru lagi.

Di tengah ekonomi yang makin menantang, membuka usaha juga bukan perkara mudah. Modal terbatas dan risiko besar membuat langkah itu harus benar-benar dipikirkan matang.

Kadang, keputusan pindah karier memang lahir dari keterpaksaan. Tapi justru di situlah ruang pembelajaran terbesar muncul: bagaimana bertahan, tanpa kehilangan arah dan nilai diri.

Belajar Terus, Jangan Lelah Bertumbuh

Bagi saya, satu-satunya cara agar tetap relevan adalah terus belajar. Entah lewat kursus daring, membaca buku, atau memperdalam kemampuan berbahasa asing. Siapa tahu, peluang bekerja di luar negeri bisa datang suatu hari nanti — karena hidup penuh kejutan, bukan?

Namun, tentu semua harus disertai rencana matang. Karier bukan sesuatu yang bisa “mengalir begitu saja”. Ia perlu strategi, pertimbangan, dan kesiapan menghadapi risiko.

Untuk yang sedang di fase serupa — memulai lagi di usia tiga puluhan — pesan saya sederhana:

  • Jangan berhenti belajar.
  • Jaga nilai diri dan profesionalitas.
  • Punya satu keahlian spesifik, tapi juga pelajari banyak hal lain untuk mendukungnya.
  • Gunakan sebagian pendapatan untuk investasi leher ke atas — investasi pada pengetahuan dan keterampilan yang tak pernah rugi.

Refleksi: Jalan Baru Bukan Akhir

Suka duka pindah karier di usia tiga puluhan memang nyata. Ada rasa takut, tapi juga peluang untuk menemukan diri sendiri yang lebih kuat.

Entah nanti akan bertahan di jalur ini, atau justru membuka usaha sendiri, semuanya tetap perlu perencanaan matang dan kesiapan mental.

Jika Anda juga sedang berada di persimpangan karier, mungkin ini saatnya bertanya:

Apakah karier saya sekarang masih relevan sepuluh tahun ke depan? Jika tidak, apa langkah kecil yang bisa saya mulai hari ini?

Hidup memang tak selalu sesuai rencana, tapi kita selalu punya pilihan untuk terus berusaha, beradaptasi, dan bertumbuh.

Semangat untuk semua pejuang karier tiga puluhan — mungkin jalannya tak selalu mulus, tapi setiap langkah tetap berarti.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Suka Duka Pindah Karier di Usia Tiga Puluhan"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Kata Netizen
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Kata Netizen
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau