
Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Apa yang membuatmu waswas ketika melintas di jalan raya dan hujan sedang deras-derasnya? Apakah genangan yang tampak biasa, justru kamu terperosok di sana?
Musim hujan memang membawa kesejukan yang dinanti setelah teriknya kemarau. Namun, bersamaan dengan itu, datang pula tantangan baru bagi para pengguna jalan.
Kemudian pada banyak kota, termasuk Bandar Lampung, genangan air bukan hanya sekadar pemandangan rutin—tetapi juga potensi bahaya yang kerap luput dari perhatian.
Ketika Genangan Menyembunyikan Bahaya
Di berbagai ruas jalan, papan bertuliskan “Hati-hati ada galian” atau tumpukan karung pasir sering kali menjadi penanda sementara proyek infrastruktur.
Namun, saat hujan turun, lubang galian yang belum tertutup sempurna akan terisi air dan terlihat seolah permukaannya rata.
Inilah jebakan yang berulang setiap musim hujan—dan sayangnya, sering berujung petaka.
Beberapa kasus menunjukkan, pengendara motor terjatuh karena tak menduga ada lubang dalam di balik genangan, atau mobil yang rodanya patah setelah terperosok ke galian terbuka.
Sedangkan di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, hingga Medan, fenomena serupa terus terjadi dari tahun ke tahun.
Risiko yang Meningkat di Musim Hujan
Ada setidaknya tiga hal yang membuat kondisi jalan lebih berisiko saat hujan turun:
1. Jarak pandang terbatas.
Hujan deras membuat visibilitas menurun, terutama ketika kaca helm atau mobil mulai berembun. Fokus pengendara pun mudah terpecah.
2. Genangan air yang menipu.
Permukaan air membuat jalan tampak rata, padahal bisa saja di bawahnya terdapat lubang sedalam puluhan sentimeter yang berpotensi merusak kendaraan atau menyebabkan kecelakaan.
3. Material proyek yang licin.
Pasir dan tanah dari sisa galian menjadi licin ketika basah, membuat ban motor mudah tergelincir.
Menurut data Korlantas Polri, kondisi jalan yang rusak atau tidak aman termasuk salah satu faktor penyebab kecelakaan lalu lintas tertinggi di Indonesia.
Artinya, persoalan ini bukan sekadar urusan estetika kota, tetapi menyangkut keselamatan publik.
Tanggung Jawab dan Kesadaran Bersama
Siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas keamanan jalan?
Idealnya, pemerintah daerah dan kontraktor memastikan setiap proyek memiliki rambu peringatan yang jelas, penerangan memadai, dan penutup sementara yang kuat.
Namun, dalam praktiknya, hal tersebut kerap diabaikan. Standar keamanan sering dianggap formalitas semata, padahal keselamatan pengguna jalan adalah hak yang tidak bisa ditawar.
Namun, menunggu tindakan pemerintah saja tentu tidak cukup. Warga juga memiliki peran penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman.
Bagi pengendara, kurangi kecepatan di area tergenang dan hindari menerobos genangan tanpa mengetahui kedalamannya.
Bagi pejalan kaki, utamakan jalur yang terang dan hindari area proyek terbuka, terutama di malam hari.
Bagi warga sekitar, jangan ragu melapor ke dinas terkait jika menemukan galian berbahaya tanpa pengaman. Kini, laporan bisa dilakukan secara daring melalui kanal aduan publik.
Tindakan sederhana seperti memberi aba-aba kepada pengendara lain saat melihat genangan berbahaya pun bisa menyelamatkan nyawa.
Membangun Kota yang Aman untuk Semua
Kota yang baik bukan hanya diukur dari megahnya gedung atau lebarnya jalan, tetapi dari seberapa aman warganya melintas di ruang publik. Lubang jalan dan galian proyek memang bagian dari pembangunan, namun tidak seharusnya menimbulkan korban.
Musim hujan akan selalu datang. Lubang di jalan mungkin akan selalu ada. Tapi jika kesadaran bersama antara pemerintah, kontraktor, dan masyarakat terus ditumbuhkan, risiko kecelakaan bisa ditekan seminimal mungkin.
Keselamatan di jalan bukan tanggung jawab satu pihak saja—ini adalah urusan kita semua. Karena pada akhirnya, setiap orang adalah pengguna jalan, dan setiap nyawa berharga.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Musim Hujan, Bahaya Mengintai di Jalan Berlubang dan Galian Terbuka"
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang