Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Merza Gamal
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Merza Gamal adalah seorang yang berprofesi sebagai Konsultan. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Bata Setop Produksi Sepatu, Kini Tinggal Kenangan...

Kompas.com - 14/10/2025, 17:56 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Sikat sepatu dengan sabun colek pada Sabtu sore sambil berharap ketika hari Senin nanti sepatu yang dicuci sudah bersih dan siap pakai.

Pada masa itu, hampir rata-rata anak sekolah memakai sepatu merek Bata. Apalagi ketika tahun 70an hingga 80an pasti merasakan: Sepatu Bata bukan sekadar alas kaki, tetapi jejak harapan, disiplin, dan kebanggaan masa sekolah yang tak lekang oleh waktu.

Sepatu Bata hadir dalam ritme kehidupan sehari-hari: dari halaman sekolah, gang perkampungan, hingga toko-toko kecil di kota kabupaten.

Didirikan pada tahun 1894 di Zlin, Moravia (kini Republik Ceko), Bata merupakan salah satu pelopor industri sepatu modern dunia.

Bata didirikan oleh tiga bersaudara Bata, perusahaan ini memperkenalkan konsep produksi massal agar sepatu tak lagi menjadi barang mewah—melainkan kebutuhan semua kalangan.

Langkah global Bata menjejak hingga ke Indonesia pada 1931. Delapan tahun kemudian, pabrik pertama berdiri di Kalibata, Jakarta Selatan—nama yang konon berasal dari perpaduan kata “Kali” dan “Bata”.

Sejak itu, Bata tak sekadar menjual sepatu, tetapi juga menanamkan nilai: disiplin, kebersihan, dan kebanggaan sederhana.

Sepatu yang Menyimpan Cerita Sekolah

Bagi anak-anak sekolah di era 1970–1980an, membeli sepatu Bata adalah momen istimewa. Biasanya dilakukan menjelang tahun ajaran baru, di toko bercahaya hangat yang penuh aroma kulit dan karet baru.

Ada rasa bangga tersendiri saat mengenakan sepatu hitam mengilap itu di hari pertama sekolah. Ia tak murah, tapi juga tak mewah—tepat di tengah, memberi makna tersendiri bagi keluarga pekerja keras.

Setiap minggu, sepatu disikat bersih, dikeringkan, lalu disemir hingga mengilap. Anak-anak yang melangkah dengan sepatu Bata diyakini sebagai cerminan kerapian, kedisiplinan, dan semangat belajar.

Di sekolah-sekolah seperti Santa Maria, dua pasang sepatu menjadi perlengkapan wajib: satu putih untuk hari biasa, satu hitam untuk kegiatan pramuka.

Ritual sederhana itu mengajarkan tanggung jawab sejak dini—tentang merawat milik sendiri dan menghargai proses kecil dalam kehidupan.

Ketika Bata Menjadi Kenangan

Namun, waktu berjalan, dan industri pun berubah. Pada April 2024, pabrik Bata di Purwakarta resmi ditutup setelah tiga dekade beroperasi. Sebanyak 233 pekerja harus menerima kenyataan pahit pemutusan hubungan kerja.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Mencecap Masa Lalu lewat Es Krim di Kedai Jadul
Mencecap Masa Lalu lewat Es Krim di Kedai Jadul
Kata Netizen
Kini CFD Cibinong Tanpa Penjual Jajanan, Ada yang Berbeda?
Kini CFD Cibinong Tanpa Penjual Jajanan, Ada yang Berbeda?
Kata Netizen
Jalan-jalan ke Pasar Buku Legendaris Kwitang, Jakarta
Jalan-jalan ke Pasar Buku Legendaris Kwitang, Jakarta
Kata Netizen
Dunia Global Mesti Waspada Ancaman Penyakit Flu Burung
Dunia Global Mesti Waspada Ancaman Penyakit Flu Burung
Kata Netizen
Melihat Sekolah di Korea Selatan Mengurangi Sampah Makanan
Melihat Sekolah di Korea Selatan Mengurangi Sampah Makanan
Kata Netizen
Mencari Batas antara Teguran dan Kekerasan di Sekolah
Mencari Batas antara Teguran dan Kekerasan di Sekolah
Kata Netizen
Cara Petani Desa Talagasari Memaksimalkan Lahan
Cara Petani Desa Talagasari Memaksimalkan Lahan
Kata Netizen
Sikap Guru pada Murid yang Sering Disalahartikan
Sikap Guru pada Murid yang Sering Disalahartikan
Kata Netizen
Adakah Cara biar Adil Memberi Nafkah ke Orangtua?
Adakah Cara biar Adil Memberi Nafkah ke Orangtua?
Kata Netizen
Peran Komunitas Jaga Pariwisata di Pulau Merak Besar
Peran Komunitas Jaga Pariwisata di Pulau Merak Besar
Kata Netizen
ASN Dipindah Tugaskan, Bagaimana Kondisi Sosial dan Psikologisnya?
ASN Dipindah Tugaskan, Bagaimana Kondisi Sosial dan Psikologisnya?
Kata Netizen
Sudah Tidak Mau Pelihara, Kok Malah Hewannya Dibuang?
Sudah Tidak Mau Pelihara, Kok Malah Hewannya Dibuang?
Kata Netizen
Ragam Makanan Aceh Besar, Mana Jadi Favoritmu?
Ragam Makanan Aceh Besar, Mana Jadi Favoritmu?
Kata Netizen
Sudah Siapkah Menerima Bapak Rumah Tangga di Sekitar Kita?
Sudah Siapkah Menerima Bapak Rumah Tangga di Sekitar Kita?
Kata Netizen
Akan Tiba Satu Masa, Anak Enggan Diajak Pergi
Akan Tiba Satu Masa, Anak Enggan Diajak Pergi
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau