
Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Dari dua kisah di atas, tampak bahwa keadilan dalam memberi nafkah kepada orangtua tidak bisa disamaratakan.
Ada keluarga yang lebih membutuhkan bantuan praktis seperti biaya hidup, ada pula yang cukup dengan perhatian dan dukungan kecil dari anak-anaknya.
Yang terpenting adalah keterbukaan dengan pasangan. Jangan sampai salah satu pihak memberi bantuan secara diam-diam hingga menimbulkan salah paham.
Diskusi terbuka akan membantu menyeimbangkan kewajiban antara merawat orangtua dan menafkahi keluarga sendiri.
Selain itu, kemampuan finansial juga perlu diukur dengan realistis. Jangan sampai niat berbakti justru membuat keuangan keluarga goyah. Jika kamu memiliki saudara, bicarakan bersama agar tanggung jawab tidak hanya dipikul sendiri.
Dan terakhir, ingat bahwa nafkah tidak selalu berbentuk uang. Bisa saja dalam bentuk bahan pokok, pembayaran tagihan bulanan, atau sekadar perhatian yang konsisten—hal-hal kecil yang sebenarnya punya nilai besar di mata orangtua.
***
Adil dalam memberi nafkah bukan berarti membagi sama rata, melainkan memberi dengan rasa ikhlas dan penuh tanggung jawab.
Sebab, keadilan dalam keluarga tidak diukur dari jumlah yang diberikan, tapi dari keseimbangan antara niat, kemampuan, dan kasih yang tulus.
Mungkin, itulah cara paling adil untuk tetap berbakti—tanpa merasa terbebani, dan tanpa membuat siapa pun merasa dilupakan.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Cara agar Tetap Adil Memberi Nafkah ke Orangtua Sesuai Kemampuan Finansial"
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang