
Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Orangtua pun sedang beradaptasi. Mereka ingin anak dihargai, tapi juga disiplin. Mereka marah ketika anak ditegur, tapi khawatir ketika anak tumbuh tanpa batas. Kita semua, pada dasarnya, sedang belajar menyeimbangkan kasih sayang dan ketegasan.
Sekolah yang Memanusiakan
Sekolah seharusnya menjadi tempat tumbuh, bukan arena saling tuding. Guru juga manusia yang sedang belajar memahami generasi baru, sama seperti murid yang sedang belajar memahami dunia.
Kasus Cimarga memberi pengingat bahwa kita butuh batas yang jelas antara teguran dan kekerasan, antara wibawa dan arogansi, antara mendidik dan melukai.
Disiplin tidak harus keras, dan empati tidak berarti lemah. Karena sejatinya, pendidikan bukan soal siapa yang salah — melainkan siapa yang mau terus belajar menjadi lebih baik: guru, murid, maupun orangtua.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Antara Teguran dan Kekerasan, di Mana Batas Disiplin Sekolah?"
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang