
Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Apa yang bisa kita lihat dan maknai setiap kali masuk pada waktunya Idul Adha? Apakah sekadar penyembelihan hewan kurban yang mana dagingnya dibagi-bagikan? Adakah makna lain dari setiap prosesnya?
Salah satu upaya dalam membangun dan merawat hubungan antarbangsa atau negara adalah lewat diplomasi.
Sebuah seni bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan bersama yang saling menguntungkan, menjaga perdamaian dan mempromosikan kepentingan nasional.
Dalam konteks negara, tugas diplomasi ini dilakukan oleh seorang diplomat yang ditugaskan secara resmi oleh institusi negara.
Kementerian Luar Negeri merupakan lembaga utama yang bertanggung jawab untuk urusan diplomasi Indonesia. Dibantu oleh perwakilan diplomatik dan konsuler di luar negeri yang dipimpin seorang Duta Besar.
Ada banyak pendekatan yang biasanya digunakan untuk mencapai tujuan diplomatik. Semisal diplomasi bilateral yang dilakukan oleh dua negara. Diplomasi multilateral, melibatkan banyak negara dan melalui organisasi internasional seperti PBB, OKI dan sebagainya.
Selain itu, pendekatan publik, budaya, kemanusiaan dan soft power juga kerap dilakukan guna mencapai tujuan diplomatik. Diplomasi publik biasanya menggunakan media, baik massa atau media sosial sebagai alat utamanya.
Diplomasi budaya memang menggunakan seni dan budaya dalam mengkomunikasikan semua kepentingan nasional. Kegiatannya dapat berupa pertukaran pelajar, pertunjukan seni, budaya seminar dan pelestarian warisan budaya.
Adapun pendekatan kemanusiaan, berfokus pada upaya untuk mengatasi krisis kemanusiaan, kemiskinan dan melindungi hak asasi manusia di seluruh dunia. Misalnya, pengiriman bantuan berupa makanan, obat-obatan dan atau pakaian.
Di dalamnya ada kurban, salah satu ibadah dalam agama Islam yang mengandung nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
Dalam arti lain, kurban juga bagian dari diplomasi kemanusiaan yang dapat dipergunakan untuk membangun hubungan baik antarbangsa dan negara, memperluas pengaruh budaya serta menguatkan solidaritas kemanusiaan lintas batas.
Apa itu Diplomasi Kurban?
Secara sedernaha, diplomasi kurban dapat dimaknai sebagai upaya meningkatkan hubungan kemanusiaan dan diplomasi antar negara terutama dalam konteks bantuan kemanusiaan serta pembangunan sosial melalui pendistribusian hewan kurban, terkhusus ke negara-negara yang sedang mengalami krisis kemanusiaan, konflik atau kemiskinan ekstrem.
Dalam praktiknya, selain ibadah ritual, sebagai bentuk kepatuhan dan keimanan kepada Allah SWT, ibadah kurban juga mengandung ibadah sosial, mengajarkan kepedulian kepada sesama dengan cara berbagi daging kurban kepada orang yang membutuhkan.
Melalui kegiatan ini, terbangun kebersamaan, solidaritas, kepercayaan, toleransi, kepedulian dan bahkan mendorong pada terwujudnya kemandirian ekonomi kelompok sosial. Dan inilah esensi dari pelaksanaan ibadah kurban itu sendiri.
Bila ditarik ke dalam dunia diplomasi, maka ibadah kurban dapat menjadi jembatan yang bisa menghubungkan Indonesia sebagai sebuah negara dan bangsa dengan mayoritas umat Islam dengan bangsa dan negara lain di seluruh dunia. Mempromosikan nilai-nilai Islam ke seluruh masyarakat internasional.
Tujuan Utama Diplomasi Kurban
Merawat apalagi meningkatkan hubungan antarbangsa dan negara memanglah tidak mudah, terlebih bilamana sebuah bangsa atau negara sudah pernah tercoreng nama baiknya di mata internasional.
Diplomasi kurban merupakan salah satu strategi mencapai tujuan diplomatik yang terbagi dalam beberapa tujuan.
Pertama, meningkatkan citra negara. Bagaimanapun, pemerintah harus menjaga citra positif bangsa sekaligus negara Indonesia di mata Internasional.
Melalui pengiriman hewan kurban, dunia akan melihat serta mencatat bahwa Indonesia adalah bangsa serta negara yang sangat peduli terhadap krisis kemanusiaan dunia.
Kedua, mempererat hubungan antarnegara. Secara tidak langsung, tindakan nyata semisal pengiriman hewan kurban ke negara yang membutuhkan dapat memperkuat hubungan dua negara.
Mereka (para penerima) akan sangat berterima kasih kepada pemerintah Indonesia karena telah hadir saat mereka benar-benar membutuhkan.
Ketiga, memperluas pengaruh sosial budaya. Selain kemanusiaan, diplomasi kurban juga bisa berfungsi sebagai sarana penyebaran nilai-nilai ajaran Islam khususnya yang universal seperti kasih sayang, kepedulian sosial, kebersamaan, persatuan dan sebagainya yang selama ini lekat dengan karakter bangsa Indonesia itu sendiri.
Laznas BMH, Contoh Praktik Diplomasi Kurban
Indonesia yang menjadi rumah bagi 229,62 umat Islam, sejak dahulu hingga saat ini senantiasa aktif merespon dinamika krisis kemanusiaan dunia. Di mana ada tragedi kemanusiaan, di situ Indonesia hadir mengulurkan tangan, memberi bantuan.
Melalui Kementerian Luar Negeri, organisasi kemanusiaan, lembaga zakat dan semisalnya jadi garda terdepan mewakili bangsa serta negara Indonesia. Salah satunya mengirimkan hewan kurban ke beberapa negara yang sedang mengalami krisis kemanusiaan.
Di antara lembaga yang selalu konsisten melakukan diplomasi kurban mewakili pemerintah, masyarakat dan umat Islam Indonesia adalah Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) BMH. Ia, setiap tahun tahun tidak hanya menyalurkan hewan kurban ke seluruh pelosok negeri, tetapi juga berbagai negeri.
Laznas BMH telah mendistribusikan hewan kurban ke negara terdampak krisis seperti Suriah, Palestina, Somalia, Jordania, Afrika, Myanmar dan lainnya. Di sana, terjadi krisis kemanusiaan dan pangan akibat perang yang tak berkesudahan.
Tentu saja, langkah ini bukan sekadar mengirimkan paket bantuan berupa hewan kurban, tapi bentuk nyata dari diplomasi kemanusiaan yang merepresentasikan kepedulian bangsa serta negara Indonesia terhadap penderitaan masyarakat dunia.
Ini merupakan contoh nyata praktik diplomasi kurban yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) BMH.
Sebuah langkah kecil yang mampu memperkuat citra baik Indonesia di pentas dunia, menegaskan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang berkontribusi aktif dalam diplomasi melalui nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan.
Sebagai Jembatan Kemanusiaan
Pada akhirnya, kita harus menyadari sekaligus mengakui bahwa ibadah kurban bukan semata ibadah ritual yang dilaksanakan setiap tahun.
Lebih dari itu, ia merupakan jembatan bagi siapa saja yang hendak mengirimkan bantuan sebagai bentuk kepedulian sosial.
Sekarang, sudah bukan saatnya kurban dibatasi oleh teritorial, kelompok, dan perbedaan suku bangsa, tapi sudah harus melampaui batas negara, bangsa dan agama sekalipun. Kurban harus mampu menghadirkan kemaslahatan pribadi, masyarakat, bangsa, negara dan agama.
Ke depan, diplomasi kurban diharapkan bukan sekadar simbolis, tetapi sudah menjadi bagian dari strategi diplomasi luar negeri yang terintegrasi dengan misi kemanusiaan, keagamaan dan kenegaraan yang lebih luas.
Diplomasi kurban Laznas BMH harus didukung dan dikuatkan oleh pemerintah dan kita semua, masyarakat Indonesia.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Ibadah Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan"
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang