Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Ujian Praktik SIM Harusnya Lebih dari Soal Kemahiran!"
Seberapa banyak kecelakaan terjadi di Indonesia karena pengendara di Indonesia tidak tahu cara berlalu-lintas dengan benar?
Praktek ujian praktik SIM C di Indonesia yang mengharuskan pengemudi melakukan gerakan zigzag membentuk angka 8 menuai proses warganet karena dirasa menyulitkan.
Lantas, apakah ujian mengemudi di luar negeri sama sulitnya dengan di Indonesia?
Saya memiliki pengalaman menempuh ujian praktik mengemudi di salah satu kota di Andalusia, Spanyol.
Bermodal pengalaman belasan tahun mengemudi di Jakarta dan pengetahuan teori berlalu lintas di Spanyol, dengan ditemani seorang instruktur dari sekolah mengemudi, saya pun menjajal mengemudi di negara itu untuk pertama kalinya.
"Manejas bien el coche pero no sabes circular!" (Kamu mahir mengendalikan mobil tapi kamu tidak tahu cara berlalu-lintas!)
Kalimat instruktur tahun 2006 silam tersebut masih terekam di otak saya sampai hari ini. Dengan kesimpulan bahwa saya dinyatakan tidak lolos ujian praktik.
Akhirnya saya pun mengambil program latihan mengemudi 10 jam (1 jam per hari) bersama sang instruktur sebelum akhirnya saya menempuh ujian praktik.
Lalu, seperti apa ujian praktik SIM di Spanyol dan negara-negara Uni Eropa lainnya?
Penguji mencatat seluruh gerak gerik kandidat dari A sampai Z
Di hari pelaksanaan ujian, mobil dari sekolah pengemudi terparkir di parkiran direksi lalu lintas (semacam Samsat), dan di bangku belakang sudah duduk petugas Samsat sebagai penguji dengan posisi diagonal terhadap kursi pengemudi.
Saat itu, si penguji memanggil saya untuk masuk dan duduk di bangku pengemudi. Dari saat itu, saya tahu bahwa semua gerak gerik saya dicatat di selembar kertas yang dipegangnya.
Sebelum masuk, saya berjalan berputar mengelilingi mobil, mengecek bahwa ban tidak kempes dan semua kelengkapan mobil terlihat beres dari luar.
Sekilas saya bisa melihat si penguji menatap tajam setiap gerakan saya dengan saksama dari dalam mobil.
Saya pun masuk mobil, memasang sabuk pengaman, memastikan gigi pada posisi netral, dan rem tangan terangkat.
Tidak lupa, saya mengatur posisi kursi, sandaran serta spion kanan, kiri dan tengah. Si penguji melihat saya sambil sesekali mencatat, lalu kemudian meminta saya menyalakan mesin.
Ujian langsung dilakukan di jalan raya
"Sekarang kita keluar dari halaman parkir ini ke jalan raya!" perintah instruktur dalam bahasa Spanyol yang terdengar dingin.
Kemudian, setelah menyalakan lampu sein kanan, saya pun menurunkan rem tangan, menginjak pedal kopling dalam-dalam, mengganti gigi dari netral ke gigi satu, sambil melonggarkan kopling dan menekan pedal gas perlahan.
Sambil melihat ke arah kiri, mobil mulai maju membelok ke kanan.
Saat itu mungkin adalah pengalaman pindah gigi, dari netral ke gigi satu terlama dan yang paling menegangkan yang pernah saya alami dalam sejarah saya menyetir mobil.
Saya merasa setengah lega saat mesin mobil sudah sepenuhnya di gigi satu dengan mulus.
Sambil saya naikkan mesin mobil ke gigi dua, saya memperhatikan rambu yang menunjukan arah ke luar parkir sampai mobil benar-benar berada di jalan raya.
Selanjutnya, si penguji memberikan perintah. Pada setiap perintah, si penguji selalu dengan cermat melihat gerakan saya, bahkan setiap tatapan mata saya pun dia amati.
Di luar itu jelas kecepatan dan percepatan mobil yang saya kendarai juga menjadi objek penilaian si penguji.
Perpindahan gigi yang menyeimbangkan perputaran mesin, kecepatan yang aman, penempatan posisi mobil di lajur yang tepat juga menjadi kriteria penilain yang terpenting.
Mengemudi di persimpangan dan bundaran tanpa lampu lalu lintas adalah salah satu hal tersulit bagi para kandidat. Oleh karena itu, untuk meminimalkan kesalahan, maka kita harus tahu pengemudi dari arah mana yang memiliki prioritas.
Kedua, lagi-lagi kita harus tahu menempatkan mobil di lajur yang tepat sesuai tujuan pergerakan kita.
Keawasan kita terhadap rambu juga sangat menentukan. Adalah kesalahan fatal jika kita tidak mengurangi kecepatan saat mendekati zebra cross atau lampu lalu lintas.
Lupa berhenti saat mendekati persimpangan dengan tanda bahwa jalan kita bukan prioritas juga akan mengurangi penilaian.
Waspada dengan perintah jebakan
Hal yang paling mengerikan dari ujian SIM di luar negeri adalah adanya permintaan jebakan dari si penguji.
Saya ingat, ada dua kali penguji saya meminta saya melakukan hal yang tidak boleh saya lakukan.
Pertama saat dia meminta saya memotong jalur lawan dengan membelok ke kiri sementara di tengah jalan ada marka garis yang tegas (tidak putus-putus).
Dan kedua saat si penguji meminta saya berhenti menepi sementara tepi trotoar jalan dicat dengan marka putus-putus yang artinya sama dengan rambu dilarang stop!
Untung saya cukup waspada dan tidak terjebak perintah tipuan itu, sambil saya berkata dua kali, "No se permite, Senor" (Itu dilarang, Pak).
Kemampuan berlalu-lintas tidak sekadar keterampilan atau kemahiran mengemudi
Setelah 15 menit, kami kembali ke komplek parkir Samsat dan saya diminta memarkir mobil lalu menunggu di kantor.
Lima menit kemudian, sang instruktur masuk ke kantor dan mengumumkan bahwa saya lulus. Senang tak terkira mendapat SIM di negeri orang.
Itulah pengalaman saya ujian mengemudi di Spanyol. Sayangnya di negara Indonesia, ujian praktik SIM masih terbatas dilakukan di halaman Samsat dan hanya menguji keterampilan, kemahiran, dan refleks mengemudi saja.
Bahkan pengetahuan seseorang mengenai teori berlalu lintas masih tergolong rendah dan belum tentu dipraktikkan dengan baik. Padahal, kemampuan berlalu lintas juga dibutuhkan dalam berkendara karena menyangkut keselamatan pengguna jalan raya.