Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irmina Gultom
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Irmina Gultom adalah seorang yang berprofesi sebagai Apoteker. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Jangan Sembarangan, Begini 7 Cara Menyimpan Obat yang Benar di Rumah

Kompas.com - 14/01/2023, 19:25 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

 Persediaan obat di rumah dapat menjadi pertolongan pertama saat kejadian tak terduga dialami oleh anggota keluarga. Meski demikian, masih ada sebagian orang yang menyimpan obat sembarangan, sehingga mengakibatkan obat tidak memberikan efek terapi (efikasi) yang diharapkan pada tubuh.

Lalu, bagaimana cara menyimpan obat yang benar dan aman di rumah?

1. Baca label kemasan dengan saksama

Pada kemasan obat, pasti ada informasi tentang kondisi penyimpanan yang disarankan. Instruksi ini biasanya dicetak tebal. Dengan membaca instruksi penyimpanan pada label, maka kita bisa menentukan di mana baiknya obat disimpan.

2. Perhatikan kondisi suhu dan kelembaban tempat penyimpanan

Masih menyambung pada poin pertama, pembaca mungkin pernah membaca beberapa instruksi penyimpanan obat seperti “Simpan di bawah suhu 30C dan terlindung dari cahaya” atau “Simpan pada suhu sejuk dan hindari sinar matahari langsung”, dan sebagainya.

Perlu diketahui bahwa instruksi tersebut tidak asal dicantumkan karena semuanya telah diperhitungkan berdasarkan data hasil studi stabilitas obat.

Perlu diingat bahwa Indonesia memiliki iklim yang hangat dan lembab sepanjang tahun. Dan umumnya obat cenderung tidak stabil jika disimpan di suhu tinggi (panas) dan lembab. Oleh sebab itu perhatikan juga area rumah mana yang suhu ruangannya cenderung panas dan lembab.

Jika pembaca menonton film, pasti pernah melihat adegan seorang tokoh yang menyimpan obat di lemari kamar mandi. Menurut hemat saya, cara ini justru kurang tepat karena kondisi kamar mandi umumnya lembab.

Jika kondisi penyimpanan obat tidak sesuai, obat akan rusak meskipun belum kedaluwarsa. Misal warnanya memudar atau berubah kecokelatan karena teroksidasi (misal pada tablet vitamin C yang terkena sinar matahari), berbau tengik (misal pada bentuk sediaan salep), lembab dan lengket (misal bentuk sediaan obat padat), dan lain sebagainya.

Selain kondisi fisiknya yang rusak, bisa jadi potensi atau efikasinya pun menurun. Dengan demikian obat tidak dapat memberikan efek terapi yang diharapkan.

3. Simpan dalam kemasan asli dengan label yang lengkap

Cara menyimpan obat selanjutnya ialah hindari menyimpan obat tanpa label identitas dan jangan konsumsi obat yang identitasnya tidak jelas guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Jika label atau kemasan asli dilepas saat menyimpan obat (misal dengan alasan menghemat tempat penyimpanan), kita tidak tahu apakah di kemudian hari kita masih bisa mengingat itu obat apa. Dan bisa jadi anggota keluarga lain jadi salah dalam mengambil obat.

Tidak hanya itu, penggunaan kemasan obat sendiri juga sudah diperhitungkan dalam menjaga stabilitasnya. Jika dikeluarkan dari kemasan aslinya, bisa jadi obat akan cepat rusak.

4. Kunci tempat penyimpananan obat dan jauhkan dari jangkauan anak-anak

Mungkin pembaca sering juga membaca instruksi penyimpanaan obat seperti, “Tutup botol rapat-rapat dan jauhkan dari jangkauan anak-anak”. Instruksi tersebut harus betul-betul dipatuhi. Jika ada anak-anak di rumah, sebaiknya obat disimpan di lemari terkunci yang sulit dijangkau anak-anak.

Banyak anak yang susah minum obat, tapi tidak sedikit juga yang suka minum obat karena diberi perisa (flavour) sehingga terasa enak.

5. Pisahkan obat

Dalam menyimpan obat-obatan di rumah, sebetulnya tidak perlu banyak pemisahan. Contoh, obat untuk anak-anak dan dewasa, atau obat untuk pria dan wanita, atau obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat keras.

Obat untuk dewasa dan anak-anak umumnya ditentukan oleh regimen dosis yang bisa dibaca pada label atau leaflet kemasan, namun masih merupakan obat yang sama.

Begitu juga dengan obat khusus untuk pria dan wanita, maupun obat bebas, obat bebas terbatas, maupun obat keras. Semua informasinya sudah tertera di label kemasan atau leaflet.

Intinya selama kita menyimpan obat dalam kemasan asli dengan label yang lengkap serta mengunci penyimpanan obat dan menjauhkan dari jangkauan anak-anak, maka hal tersebut cukup aman untuk mencegah drug misuse (salah penggunaan). Kecuali area penyimpanan obat di rumah mencukupi seperti di apotek, pemisahan obat cukup meliputi obat dalam dan obat luar.

Obat dalam maksudnya obat yang penggunaannya secara oral (masuk ke dalam saluran pencernaan), sedangkan obat luar adalah yang pemakaiannya secara topikal (di permukaan tubuh).

Mengapa penyimpanan obat dalam dan obat luar sebaiknya dipisah?

Meski tidak semua, obat luar banyak yang berbau tajam seperti minyak kayu putih atau minyak gosok, krim pereda nyeri otot, antiseptik (alkohol atau povidone iodine), dan lainnya. Obat-obat semacam itu dikhawatirkan bocor dan merusak obat dalam lainnya jika penyimpanannya disatukan.

6. Perhatikan expired date, kondisi obat, dan FEFO

Sebelum menggunakan obat, senantiasa perhatikan tanggal kedaluwarsa dan kondisi obat. Apalagi jika obat sudah disimpan lama, bisa jadi kita lupa ada obat yang sudah expired.

Menurut Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), tanggal kedaluwarsa adalah tanggal yang diberikan pada tiap wadah produk (umumnya pada label) yang menyatakan sampai tanggal tersebut produk diharapkan masih tetap memenuhi spesifikasinya, bila disimpan dengan benar.

Nah, tanggal kedaluwarsa atau shelf life (umur simpan) obat ini telah ditentukan berdasarkan data hasil studi stabilitas yaitu serangkaian uji yang didesain untuk mendapatkan jaminan stabilitas suatu obat yang dikemas dengan bahan kemas tertentu, disimpan dalam kondisi tertentu, dan pada rentang waktu tertentu.

Jangan lupa perhatikan juga kondisi obat sebelum digunakan. Seperti cara penyimpanan yang salah berpotensi membuat obat menjadi rusak.

Selain itu dalam hal penyimpanan dan pengeluaran obat, ada yang namanya metode FEFO (First Expired First Out).

Nah cara ini bisa juga diterapkan di rumah apabila terdapat obat yang sama dengan tanggal kedaluwarsa berbeda. Gunakan lebih dulu obat dengan tanggal kedaluwarsa yang pendek. Tujuannya tentu untuk mencegah timbulnya limbah obat kedaluwarsa.

Jika sudah kedaluwarsa, maka sebaiknya obat dibuang dan untuk membuang obatnya pun tidak boleh semabarangan.

7. Perhatikan Obat-Obat LASA

LASA (Look Alike Sound Alike) maksudnya, beberapa obat ada yang memiliki tampilan (Look Alike) atau nama/lafal (Sound Alike) yang mirip-mirip.

Tanpa bermaksud promosi, salah satu contoh obat Look Alike misalnya Lactulax (Lactulose; untuk mengatasi konstipasi) dan Ikalep (Sod Valproate; untuk mengatasi kejang).

Contoh lain obat dengan kemasan mirip sebenarnya lumayan banyak. Terutama obat-obat generik yang desain kemasannya sederhana, obat dengan zat aktif sama namun berbeda kekuatan, atau obat-obat yang dibuat oleh produsen yang sama.

Sedangkan contoh obat Sound Alike misalnya Paracetamol (antipiretik/penurun demam) dan Salbutamol (obat asma), Ibuprofen (antipiretik) dan Ketoprofen (antiinflamasi non-steroid), Amitriptyline (antidepresan) dan Aminophyllin (untuk pengobatan penyakit saluran pernafasan), Aptor (Acetosal; sebagai analgesik/penghilang rasa sakit) dan Lipitor (Atorvastatin; sebagai antikolesterol), dan lainnya.

Di apotek atau instalasi farmasi rumah sakit, obat semacam ini masuk dalam kategori high-alert sehingga perlu perhatian ekstra (misal diberi penanda), untuk mencegah medication error saat penyiapan dan penyerahan obat ke pasien.

Meski demikian, tidak menutup kemungkinan kita juga menyimpan obat-obat LASA di rumah. Apalagi orang awam terkadang agak sulit mengingat nama-nama obat. Itulah mengapa membaca label obat sangat penting. 

Nah, kira-kira begitulah serba-serbi tentang penyimpanan obat. Sekarang coba cek di rumah masing-masing, apakah kita sudah menyimpan obat dengan baik dan benar?

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Karena Obat adalah Racun, Jangan Simpan Secara Sembarangan Ya!"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Kata Netizen
Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Kata Netizen
Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Kata Netizen
Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Kata Netizen
Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Kata Netizen
Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Kata Netizen
Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Kata Netizen
Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Kata Netizen
Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Kata Netizen
Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kata Netizen
Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Kata Netizen
Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Kata Netizen
Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Kata Netizen
Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Kata Netizen
Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com