Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Upaya eliminasi Tuberkulosis (TB) di Indonesia menjadi fokus utama karena Indonesia merupakan negara dengan jumlah kasus TB tertinggi kedua di dunia.
Untuk mendukung upaya tersebut, masyarakat memiliki peran yang sangat penting. Terutama dalam menemukan kasus TB aktif sejak dini, sehingga dapat segera dideteksi dan memperoleh penanganan serta pengobatan.
Perlu diketahui, hal tersebut sebenarnya telah diatur dalam Peraturan Presiden RI No. 67 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis.
Dilansir dari laman web Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2022 Indonesia berhasil mendeteksi kasus Tuberkulosis sebanyak lebih dari 700 ribu kasus. Angka tersebut tak ayal menjadi angka tertinggi sejak TB menjadi program prioritas nasional.
Keberhasilan Indonesia dalam mendeteksi 700 ribu lebih kasus TB itu dikarenakan komitmen dari pemerintah dan survilans yang semakin gencar.
Salah satu strategi yang efektif, sistematis, dan efisien dalam mendeteksi kasus TB di Indonesia selama ini adalah Family Contact Investigation atau Investigasi Kontak (IK).
Strategi IK ini bertujuan untuk mencari kasus secara aktif, terutama di antara orang-orang yang berhubungan dengan penderita TB.
Sebagai catatan, orang-orang yang dianggap berisiko tinggi terkena TB adalah mereka yang telah memiliki kontak dekat dengan penderita TB, seperti keluarga, teman, atau rekan kerja.
Maka dari itu, Investigasi Kontak (IK) ini dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dalam mengidentifikasi orang-orang yang memiliki risiko terkena TB akibat telah memiliki kontak dengan penderita TB.
Di samping itu, ada juga seorang kader atau relawan terlatih yang bertugas untuk memberikan informasi dan dukungan kepada masyarakat dalam upaya pencegahan serta pengendalian TB.
Mereka biasa disebut sebagai kader TB yang juga memiliki peran penting dalam proses pengendalian kasus TB di Indonesia.
Para kader TB ini memiliki peran penting membantu mengidentifikasi orang-orang yang memiliki kontak dekat dengan penderita TB serta memberikan mereka informasi tentang risiko bahayanya terkena TB.
Selain itu, para kader TB ini juga membantu pelaksanaan tes sputum ataupun tes tuberkulin serta memantau orang-orang yang telah terpapar atau terinfeksi bakteri TB.
Mereka juga bertugas membantu mempromosikan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan pengendalian TB serta memberikan edukasi soal cara mencegah penyebaran TB.
Maka dari itu, dengan melibatkan para kader TB dalam upaya IK TB, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas upaya pencegahan dan pengendalian TB di masyarakat.
Jadi emang di dalam masyarakat peran kader TB sangat penting dalam upaya mengurangi kasus TB, terutama di negara-negara berkembang sebab TB masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Dengan adanya kader TB, harapannya penderita TB dapat ditemukan dan diobati lebih awal sehingga dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut dan memperbaiki kualitas hidup penderita TB dan keluarganya.
Akan tetapi, dalam mendeteksi, mengedukasi, serta memfasilitasi pengobatan, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh para kader TB ini.
Di antaranya adalah pengetahuan kader yang belum optimal mengenai prosedur investigasi kontak, kurangnya kepercayaan dari masyarakat terhadap kader TB, keterbatasan keterlibatan kader dalam melakukan tugasnya, kurangnya alat bantu pendidikan dan informasi (KIE) yang tersedia di lapangan, kurang optimalnya kolaborasi antara kader TB dengan pelayanan kesehatan primer, dan masalah terkait dengan pengumpulan data mengenai kontribusi kader dalam layanan kesehatan primer.
Dengan penemuan kasus TB di tahun 2022 lalu dengan angka tertinggi hingga lebih dari 700 ribu, maka sebetulnya pemerintah patut bangga. Meski memang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pemerintah terutama terkait kendala yang dialami oleh para kader TB.
Jika kendala-kendala yang dihadapi oleh kader TB dapat segera diatasi oleh pemerintah maka tentu harapanya capaian deteksi kasus TB akan semakin baik di masa yang akan datang.
Untuk sekarang, mari beri apresiasi bagi seluruh pihak yang telah terlibat dalam penemuan dan penanganan kasus-kasus TB di Indonesia selama ini, mulai dari pemerintah, pembuat kebijakan, tenaga kesehatan, hingga kader, serta seluruh masyarakat yang terlibat.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Membuka Mata terhadap Peran Kader Tuberkulosis"