Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hadi Saksono
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Hadi Saksono adalah seorang yang berprofesi sebagai Jurnalis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Judul Berita Clickbait, Apakah Sudah Sesuai dengan Kaidah Jurnalisme?

Kompas.com - 15/08/2023, 17:50 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Praktik clickbait atau judul konten yang dirancang untuk memancing orang melakukan klik banyak dijumpai pada media saat ini.

Tak hanya media abal-abal, media mainstream pun kini nyatanya ikut dalam arus pemberitaan dengan judul clickbait.

Biasanya konten clickbait sering menggunakan bahasa yang provokatif agar menarik perhatian pembaca, namun terkadang isinya tidak relavan dengan judul.

Dalam buku "Media Massa Nasional Menghadapi Disrupsi Digital", dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI) Jakarta, Agus Sudibyo, menyebutkan ketika trafik telah menjadi paradigma pemberitaan, tren jurnalisme clickbait pun mengemuka. Media-media siber terdorong untuk lebih mengejar kuantitas berita daripada kualitas.

"Media massa sering memproduksi berita dengan orientasi menghasilkan sebanyak mungkin klik, share, komentar, dan interaksi pembaca di sekitar konten. Upaya mengejar trafik lebih dominan dibandingkan upaya mendiskusikan solusi untuk mengatasi masalah," tulisnya.

Menelaah Berita Clickbait di Media Online

Saya akan coba ambil contoh pada salah satu berita di media online akhir pekan lalu, yang mana “Ria Ricis Masuk DPO, Diburu Polisi Karena Diduga Jadi Pemasok Sabu di Tasikmalaya.”

Jika hanya membaca judul, pasti pembaca akan menduga Ria Ricis yang dimaksud adalah artis kondang. Namun setelah dibaca hingga bagian akhir, berita ini mengabarkan penangkapan seorang pengguna narkoba jenis sabu di Tasikmalaya. Setelah diperiksa, pengguna tersebut mendapatkan sabu dari seseorang dengan nama kontak Ria Ricis di ponselnya.

Adapun nama kontak Ria Ricis tersebut diduga merupakan nama samaran di daftar buku kontak ponsel tersangka yang diamankan. Sehingga jelaslah Ria Ricis yang dimaksud di sini bukanlah Ria Ricis yang selebritis.

Memang tidak ada definisi khusus apa itu clickbait. Akan tetapi, Ankesh Anand dalam tulisannya "We Used Neural Networks to Detect Clickbait" menyebut clickbait sebagai istilah yang digunakan pada judul berita, untuk 'menggoda' pembaca.

Ada pula yang mendefinisikan clickbait sebagai istilah bersifat peyoratif, menjadi konten yang ditujukan untuk menghasilkan pendapatan dari setiap suara klik (yang menggambarkan orang menekan tombol pada gawai) oleh pembaca berita.

Dalam pemaknaan ini, berita clickbait menggunakan tulisan tajuk yang sensasional atau foto berita yang menarik rasa penasaran pembaca untuk mengetahui lebih jauh apa isi berita yang disajikan.

Karena itu, Abhijnan Chakrabotty dalam tulisannya "Stop Clickbait: Detecting and Preventing Clickbaits in Online News Media", mengatakan berita clickbait memanfaatkan sisi kognitif manusia, yang disebut curiosity gap, alias keingintahuan (yang besar) terhadap sebuah informasi.

Dalam jagad pemberitaan masa kini, upaya memaksimalkan jumlah keterbacaan tiap artikel berita, menjadi situasi yang dihadapi, termasuk oleh media. Semain banyak yang membaca sebuah artikel, semakin menggelembung pula pageview sebuah media.

Kondisi ini pun kerap diasosiasikan dengan peluang untuk mendapatkan pengiklan. Apalagi sistem iklan yang berkembang saat ini sudah merambah pada layanan AdSense, dimana penerbit berita bisa memperoleh pendapatan dari setiap pembaca yang melihat iklan di berita.

Lantas, apakah salah jika media mainstream saat ini ikut "berenang" dalam arus pemberitaan berbasis clickbait atau adsense? Kalau pertanyaannya pilihan jawabannya salah atau tidak salah, maka tentu jawabannya adalah tidak salah.

Sepanjang judul dan isi berita tidak melanggar etika maupun hukum, tentu sah saja jika media menampilkan berita yang berbasis clickbait.

Seperti dalam kasus berita dengan judul yang menyebut nama Ria Ricis yang saya sebutkan di atas. Tidak ada yang salah dengan berita tersebut, karena ditulis pun berdasarkan fakta:

  • Ada penangkapan pengguna narkoba;
  • Pengguna narkoba mendapatkan barang bukti dari pemasok;
  • Pemasok tersebut diduga adalah orang dengan nama kontak Ria Ricis di ponsel sang pengguna sabu.

"Persaingan antar media online sekarang keras. Sekarang grup media ini lagi ngejar posisi media online yang paling banyak dibaca, yang posisinya sekarang diduduki grup media sebelah," ujar salah seorang kawan saya yang menjabat sebagai redaktur pelaksana di sebuah media online.

Ya, jawaban seperti yang dikemukakan oleh kawan saya itu, mungkin wajar Anda dapatkan jika bertanya pada awak jurnalis media online di Tanah Air saat ini.

Apalagi di era monetisasi informasi yang disebarkan melalui internet dewasa ini, media digital tak ketinggalan ingin memanfaatkan cara menebalkan "pundi-pundi" melalui pageview. Pundi-pundi inilah yang isinya digunakan untuk mendanai operasional agar media tersebut tetap eksis, termasuk untuk menggaji jurnalis yang bernaung di dalamnya.

Karena itu, wajar jika frasa "ketatnya persaingan" dijadikan alasan oleh kawan saya dalam membenarkan media tempatnya bekerja untuk memproduksi berita yang didasarkan pada pageview. Ya, karena ia juga tentu memanfaatkan pageview itu untuk mendapatkan nafkah untuk diri dan keluarganya.

Akan tetapi, di era berita berbasis pageview saat ini, yang paling mungkin dirugikan adalah pembaca berita. Itu karena berita clickbaik bisa jadi malah "menipu" curiosity gap pembaca.

Misalnya dalam berita yang menyangkut Ria Ricis tadi, pembaca yang enggan mencari informasi lebih lanjut, mungkin saja akan langsung percaya bahwa Ria Ricis yang dimaksud adalah Ria Ricis yang seorang aktris dan selebram, bukan Ria Ricis yang hanya nama kontak di ponsel seorang pengguna narkoba.

Terlebih ketika media sosial dan mesin peramban bekerja dengan algoritma dalam personalisasi hasil pencarian berita. Warganet bisa jadi akan semakin terkungkung dalam misinformasi, alih-alih mendapat informasi yang berkualitas malah dihujani berita-berita yang bersifat clickbait.

Mungkin ini pula yang menjadi keprihatinan sekaligus keinginan Presiden Jokowi agar pers Indonesia menjadi motor untuk menghasilkan informasi-informasi yang bertanggung jawab, alih-alih konten recehan sensasional.

Tapi, pada ranah praktis, pers Indonesia dihadapkan pada simalakama menghasilkan berita clickbait yang mudah menambah pundi-pundi untuk kepentingan operasional (termasuk gaji jurnalis), atau menghasilkan berita yang bukan "recehan", dengan risiko lebih sedikit yang mau membaca (dan hanya sedikit menambah pundi-pundi)?

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Buah Simalakama Jurnalisme Mainstream di Era Digital"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Kata Netizen
Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kata Netizen
Film 'Jumbo' yang Hangat yang Menghibur

Film "Jumbo" yang Hangat yang Menghibur

Kata Netizen
Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Kata Netizen
Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Kata Netizen
Tiba-tiba Emas Ramai Dibeli, Ada Apa Ini?

Tiba-tiba Emas Ramai Dibeli, Ada Apa Ini?

Kata Netizen
Kembalinya Fitrah Guru Mengajar Setelah Ramadan

Kembalinya Fitrah Guru Mengajar Setelah Ramadan

Kata Netizen
Titiek Puspa dan Karyanya Tak Lekang Waktu

Titiek Puspa dan Karyanya Tak Lekang Waktu

Kata Netizen
'Selain Donatur Dilarang Mengatur', untuk Siapa Pernyataan Ini?

"Selain Donatur Dilarang Mengatur", untuk Siapa Pernyataan Ini?

Kata Netizen
Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang 'Tidak'?

Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang "Tidak"?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau