Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Liliek Purwanto
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Liliek Purwanto adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Mengatur Penggunaan Media Sosial bagi Atlet

Kompas.com, 31 Juli 2024, 23:45 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Penggunaan media sosial di kalangan pemain sepak bola menjadi perbincangan. Apa yang terjadi pada Jens Raven dan Arkhan Kaka menjadi contoh yang belakangan acap mengemuka.

Kedua striker andalan Timnas U-19 Indonesia itu sempat mendapat perlakuan berbeda dari warganet.

Arkhan Kaka, penyerang belia asal klub Persis Solo tidak memperoleh dukungan yang sesungguhnya dia butuhkan. Beberapa kali penampilan yang tidak sesuai harapan mengharuskan dirinya menerima hujatan.

Hal sebaliknya terjadi pada Jens Raven. Pemain klub FC Dordrecht itu mendapat sambutan manis dari banyak kalangan lantaran permainannya yang dinilai gemilang.

Selain itu, pemain yang telah mengemas tiga gol dalam turnamen yang sedang diikutinya ini tetap bermain media sosial. Mungkin dirinya tidak terpengaruh oleh komentar-komentar bernada negatif yang menyerang akun media sosialnya.

Dua Sisi Berbeda dari Media Sosial

Berbagai studi menyiratkan hubungan erat antara media sosial dan para pelaku dunia olahraga. The Spartan Shield misalnya, membahas pengaruh media sosial yang bisa menjelma sebagai pedang bermata dua.

Pada satu sisi, keberadaannya dapat membantu atlet atau tim olahraga membangun nama baik di kalangan penggemar mereka. Tidak bisa dimungkiri peran besar media membesarkan nama insan-insan yang berkecimpung di jagat olahraga.

Namun, pada sisi sebaliknya, media sosial bisa mendatangkan masalah bagi kesehatan mental atlet. Komentar-komentar buruk para penggunanya bisa berubah menjadi tekanan berat yang berpengaruh buruk bagi performa atlet-atlet pelbagai bidang olahraga.

Sikap Pelatih terhadap Penggunaan Media Sosial

Tentu saja tidak gampang membendung serangan para penguasa dunia maya. Oleh karena itu, para atlet dan ofisial yang harus melindungi diri agar tidak terlalu terganggu oleh komentar-komentar di media sosial yang seringkali amat brutal.

Kebijakan membiarkan atau mengisolasi anggota tim dari media tidak akan menjadi polemik jika para pemain mampu menjaga diri mereka.

The Guardian pernah mengabarkan sikap keras Pep Guardiola di awal masa kepelatihannya di Manchester City. Pelatih asal Spanyol itu membatasi penggunaan internet bagi para pemainnya.

Gareth Southgate termasuk pelatih yang memercayai para pemainnya. Dikutip dari Daily Mail, pelatih tim Tiga Singa itu menyerahkan urusan penggunaan media sosial kepada para pemainnya.

Beberapa pemain Inggris seperti Harry Kane dan Declan Rice mengaku rehat sejak dari media sosial selama turnamen Euro 2024 lalu atas kemauan mereka sendiri.

Daya tahan setiap orang berbeda-beda. Apalagi, jika dikaitkan dengan usia para pemain Timnas U-19 yang masih tergolong belia.

Barangkali, faktor ketidakstabilan mental para pemain muda ini perlu menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan terkait penggunaan media sosial.

Kini, tinggal selangkah lagi perjuangan anak-anak muda yang tergabung dalam Timnas U-19 di turnamen ini. Meraih piala sudah pasti bakal menjadi kebanggaan negara.

Semoga saja semua anggota tim Garuda mampu menjaga diri, apa pun hasil yang akan diraih.

Sungguh sayang jika setitik "nila" yang tercecer dalam sebuah kejuaraan menghancurkan "sebelanga" masa depan panjang para atlet muda.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Bagaimana (Seharusnya) Atlet Bersosial Media?"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Kenapa Topik Uang Bisa Jadi Sensitif dalam Rumah Tangga?
Kenapa Topik Uang Bisa Jadi Sensitif dalam Rumah Tangga?
Kata Netizen
Urgensi Penataan Ulang Sistem Pengangkutan Sampah Jakarta
Urgensi Penataan Ulang Sistem Pengangkutan Sampah Jakarta
Kata Netizen
Kini Peuyeum Tak Lagi Hangat
Kini Peuyeum Tak Lagi Hangat
Kata Netizen
Membayangkan Indonesia Tanpa Guru Penulis, Apa Jadinya?
Membayangkan Indonesia Tanpa Guru Penulis, Apa Jadinya?
Kata Netizen
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau