Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mayangthika
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Mayangthika adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Masih Adakah Harapan di Tengah Keputusasaan?

Kompas.com - 24/10/2024, 13:18 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Membaca atau mendengar kalimat "susahnya mencari pekerjaan" membuat saya kembali teringat kisah yang pernah saya alami 24 tahun yang lalu. 

Sekitar awal tahun 2000an, saya pernah merasakan berjalan sambil membawa tas yang berisi beberapa map coklat. Map coklat kala itu sangat identik dengan pencari pekerjaan. 

Surat lamaran ditulis tangan dan langsung diantar ke tempat tujuan atau dikirim via Pos. Banyak sekali pengalaman yang didapat, dari salah alamat, berteduh di tempat yang asing karena hujan lebat, hingga pernah tersesat karena salah naik angkutan umum (angkot). 

Kala itu saya sempat merasakan putus asa, dan sempat berfikir "sudahlah ga usah cari kerja, mau diam aja di rumah"..

Keputusasaan atau suatu keadaan yang menggambarkan kondisi seseorang yang merasa tidak ada harapan kini disebut dengan istilah Desperate. 

Kondisi ini bisa menimpa siapa saja, tanpa memandang usia, latar belakang, atau status sosial. Namun, beberapa kelompok yang dinilai lebih rentan mengalami keputusasaan ini adalah generasi muda. 

Ini yang jadi pertanyaan, mengapa mereka para generasi muda lebih rentan dibanding dengan kelompok lainya?

Apakah karena mereka, terutama yang sedang atau baru memasuki dunia kerja, seringkali mengalami ketidakpastian dalam karier?

Belum lagi ada yang namanya tekanan sosial untuk mencapai sukses, ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan yang di hadapi dan pengaruh media sosial yang membuat mereka merasa tidak cukup baik.

Apalagi pada era modern seperti ini, kita dihadapi oleh berbagai tekanan yang lebih intens dibandingkan dengan era sebelumnya. 

Kemajuan teknologi, perubahan ekonomi dan meningkatnya tuntutan sosial menciptakan kehidupan yang serba cepat dan kompetitif. Orang-orang akan dituntut untuk bekerja lebih cepat dan efisien yang menyebabkan kelelahan baik secara mental maupun fisik. 

Salah satu tantangan utama dalam kehidupan modern adalah krisis identitas. Banyak orang merasa tertekan untuk menemukan "siapa diri mereka sebenarnya" di tengah tuntutan sosial yang berbeda. 

Dengan munculnya media sosial, maka mereka berlomba-lomba menunjukkan versi diri yang terbaik secara online yang terkadang berbeda dari kehidupan nyata mereka. 

Sehingga munculah fenomena social comparason, yang membuat banyak orang merasa bahwa hidup mereka tidak sebaik yang mereka harapkan, meskipun kenyataannya setiap orang hanya menampilkan aspek terbaik dari hidup mereka di media sosial.

Teknologi yang semakin maju membuat kita lebih terhubung secara digital,banyak orang di era modern merasakan sangat kesepian. 

Kita bisa melihat saat kita berada di suatu acara yang dihadiri oleh banyak orang, namun intensitas mereka untuk saling berbicara dinilai lebih sedikit dibandingkan dengan intensitas mereka asyik dengan gawai mereka masing-masing. "Kesepian di tengah keramaian" mungkin itu istilah yang lebih tepatnya.

Lalu, apakah perasaan putus asa atau desperate tersebut bisa diatasi? 

Tentunya pasti ada jalan untuk mengatasi segala persoalan termasuk perasaan putus asa itu. Kita bisa mencoba dengan berbagai strategi diantaranya:

Mencari teman yang bisa di ajak untuk berbagi cerita tentang perasaan atau masalah yang sedang kita hadapi. Setidaknya kita tidak merasa sendiri dan ada tempat untuk membantu meringankan beban.

Membatasi penggunaan media sosial karena seringkali perasaan putusasa itu muncul dari membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan yang ditampilkan di media sosial. Kita bisa mengambil jeda dari media sosial dan menikmati momen dunia nyata. Hal ini bisa membantu meningkatkan kesehateraan emosional dan fokus pada hal-hal yang lebih penting.

Membangun kesehatan mental itu sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Belajar untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri dan menerima bahwa kegagalan atau keputusasaan merupakan bagian dari proses hidup yang harus dihadapi. 

Nah, yang perlu diingatkan kembali adalah bukan kegagalannya yang menjadi point penting, namun seberapa kuat kita bangkit setelah kegagalan itulah yang akan menjadikan kita pribadi yang lebih tangguh.

Mengatur kembali ekspektasi dan tujuan yang lebih realitas. Terkadang, putus asa muncul karena ekspektasi yang terlalu tinggi atau tujuan yang tidak realistis. 

Menghindari sikap yang telalu perfeksionis. Menerima bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, akan mengurangi perasaan putus asa.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Tantangan Hidup Modern. Mencari Harapan di Tengah Keputusasaan"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau