Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Pasangan ideal seperti apa yang kita bayangkan dan harapkan? Lalu, apakah pasangan ideal ini bisa dijadikan teman sepanjang hidup?
Ada yang menginginkan mapan secara finansial, penampilan menarik, hingga punya selera humor yang sefrekuensi.
Jika bisa mendapat karakter maupun tampilan seperti itu, bisa dibilang seperti paket lengkap!
Tetapi pernah tidak, kita berhenti sejenak dan bertanya ke diri sendiri:"Kalau aku ingin yang seperti itu, aku sendiri sudah seperti apa?"
Sering kali kita sibuk membuat daftar panjang tentang apa yang kita mau dari orang lain, tapi lupa berkaca—apakah kita juga bisa jadi pasangan yang ideal untuk orang lain? Jangan-jangan kita hanya menuntut, tapi belum memantaskan diri.
Belum stabil secara emosional, belum mandiri secara finansial, komunikasi masih suka ngambek, insecure masih tinggi, dan belum tahu juga arah hidupnya ke mana.
Kalau seperti ini, jujur saja… pasangan yang kita impikan itu, kira-kira mau nggak ya sama kita?
Masalahnya sering bukan di standarnya yang tinggi, tapi di ketidakseimbangan antara ekspektasi dan kesiapan diri sendiri.
Kita ingin pasangan yang gila kerja dan penghasilannya besar, tapi kita sendiri masih suka mager, menunda-nunda, dan belum jelas tujuannya.
Kita mencari pasangan yang sabar, dewasa, dan mengerti perasaan, tapi kitanya sendiri masih mudah meledak-ledak hanya karena chatnya dibalas agak lama.
Kita ingin pasangan yang percaya diri dan tidak mudah insecure, tapi kita sendiri masih sibuk memikirkan “dia sayang aku nggak ya?” setiap lima menit. Hehe!
Kita ingin pasangan yang komunikatif dan jujur, tapi saat ada masalah, kita malah diem-dieman dan ngambek tanpa penjelasan.
Kita juga suka bilang, “Aku maunya pasangan yang sudah siap nikah.” Tapi kalau ditanya balik: “Kamu sendiri sudah siap belum?”
Jawabannya kadang masih menggantung. Entah karena masih bergantung secara finansial, mental belum stabil, atau belum selesai dengan luka masa lalu.
Ini bukan tentang melarang punya standar tinggi. Tapi kalau standarnya sudah tinggi, ya usahakan diri kita juga mesti naik level.