
Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Desa ini merupakan sebuah pelabuhan kecil untuk para nelayan tradisional yang terletak sekitar 2 km dari Pelabuhan Tua (Vieux-Port, pusat kota Marseille). Lokasinya tidak jauh dari pantai Catalans yang sering digunakan para turis untuk berjemur serta berenang, dan menjadi sangat padat di musim panas.
Bentuk pelabuhan desa ini berupa sebuah teluk tempat bersandarnya perahu-perahu nelayan tradisional. Di atasnya ada sebuah jembatan yang dinamakan Corniche Kennedy. Corniche dalam bahasa Prancis artinya jalan raya yang dibangun di sepanjang tebing curam.
Ciri khas dari desa Vallon des Auffes ini, karena letaknya di bawah jembatan, ketika saya mengunjunginya, saya harus melewati banyak sekali anak tangga-ada yang curam, dangkal, ada yang tinggi.
Berbeda dengan Les Goudes yang hanya ada sesekali anak tangga, fungsinya membantu memudahkan pejalan kaki yang ingin mengeksplorasi kawasan itu karena letaknya di atas pantai berbukit-bukit.
Selain itu, rumah-rumah penduduk di kawasan Vallon des Auffes juga sangat khas, seperti kotak-kotak sabun yang berdempetan. Vallon sendiri artinya lembah, jurang atau teluk kecil, dan Auffes adalah sejenis rumput liar yang tumbuh di kawasan Mediterania.
Desa Vallon des Auffes konon katanya lebih tua ketimbang Les Goudes, sudah ada sejak tahun 1700-an, karena dulunya dihuni oleh para pengrajin menggunakan tanaman auffe-yang diolah menjadi jerami-untuk membuat anyaman dan jaring nelayan.
Selain itu para nelayan lokal juga bermukim di desa ini dan membangun rumah-rumah pondok.
Katanya sih di Vallon des Auffes juga ada restoran yang menghidangkan makanan laut segar khas Marseille seperti sup bouillabaisse, namun saya sendiri pun belum kesampaian icip-icip makanan di situ. Mungkin nanti ya bareng teman-teman Kompasianer :) ...
Jumlah penduduk di Vallon des Auffes lebih sedikit daripada di Les Goudes, yaitu sekitar 1600 jiwa, dan luasnya hanya 2000 meter persegi.
Saya pribadi sih sepertinya tidak akan memilih hunian sewa di desa ini, karena harus naik turun tangganya itu loh, walah, ck ck ck. Saya pernah berkunjung ke rumah seorang kenalan di sini, dan setelah agak blusukan ke dalam gang-gang sempit, barulah ketemu.
Walaupun gerbang menuju desa mudah dicapai dengan transportasi umum, yaitu bus nomor 83 jurusan Vieux-Port dari pusat kota Marseille, tetap saja sih, malasnya itu kalau rumah saya harus masuk-masuk gang.
Saya bayangkan di musim dingin dengan cuaca kota Marseille yang sering ditiup angin Mistral, apalagi desa ini terletak di bawah tebing... mendingan tinggal di kawasan lain deh, haha.
Vallon des Auffes terletak di distrik ke-7, dan tidak terlalu banyak dikelilingi bukit batu kapur Calanques. Tapi, tetap seperti yang sudah saya katakan, jalanan di desa ini berbukit-bukit banyak anak tangga.
Baiklah itu sekelumit cerita tentang dua desa nelayan terkenal di Marseille yang sering jadi tujuan wisata para pelancong.
Kalau teman-teman punya jiwa petualang, dua lokasi ini bisa jadi pilihan buat eksplorasi seluk-beluk kota Marseille selain monumen dan bangunan ikonik lainnya.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Menilik Dua Desa Nelayan di Marseille: Les Goudes dan Vallon des Auffes"
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang