
Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Saya belajar dari nol lagi. Mengosongkan gelas, menyesuaikan diri dengan ritme kerja baru, bahkan berusaha memahami gaya komunikasi lintas generasi di kantor.
Tak ada serah terima pekerjaan dari orang sebelumnya, jadi saya harus mencari tahu sendiri banyak hal.
Ada rekan yang hanya memberi “clue” tanpa penjelasan detail, dan saya harus belajar membaca situasi — sambil terus menenangkan diri dengan banyak-banyak istighfar.
Saya juga belajar satu hal penting dari nasihat atasan: “Rekan kerja itu rekan profesional, bukan teman curhat.”
Kalimat sederhana itu membantu saya menempatkan diri, menjaga batas, dan fokus pada hal-hal yang memang penting dalam pekerjaan.
Karier di Usia 30-an: Bukan Hanya Tentang Bertahan
Pindah karier di usia tiga puluhan mengajarkan saya banyak hal. Pertama, belajar cepat adalah kunci.
Kedua, beradaptasi dengan lingkungan baru menjadi kebutuhan utama. Ketiga, kemampuan kolaborasi lintas generasi harus terus diasah.
Selain itu, ada realitas yang harus diterima: kontrak kerja tak selalu panjang. Posisi baru saya, misalnya, hanya berlangsung beberapa bulan. Setelahnya, saya harus siap mencari peluang baru lagi.
Di tengah ekonomi yang makin menantang, membuka usaha juga bukan perkara mudah. Modal terbatas dan risiko besar membuat langkah itu harus benar-benar dipikirkan matang.
Kadang, keputusan pindah karier memang lahir dari keterpaksaan. Tapi justru di situlah ruang pembelajaran terbesar muncul: bagaimana bertahan, tanpa kehilangan arah dan nilai diri.
Belajar Terus, Jangan Lelah Bertumbuh
Bagi saya, satu-satunya cara agar tetap relevan adalah terus belajar. Entah lewat kursus daring, membaca buku, atau memperdalam kemampuan berbahasa asing. Siapa tahu, peluang bekerja di luar negeri bisa datang suatu hari nanti — karena hidup penuh kejutan, bukan?
Namun, tentu semua harus disertai rencana matang. Karier bukan sesuatu yang bisa “mengalir begitu saja”. Ia perlu strategi, pertimbangan, dan kesiapan menghadapi risiko.
Untuk yang sedang di fase serupa — memulai lagi di usia tiga puluhan — pesan saya sederhana: