Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Sungguh menyesakkan melihat deretan bangunan yang sebelumnya berdiri megah nan indah di kawasan Pacific Palisade Los Angeles, Amerika Serikat (AS).
Kerugian ekonomi secara keseluruhan diperkirakan berbagai pihak, dapat mencapai 150 miliar US Dollar atau sekitar Rp2.400 triliun, yang sebagian diantaranya harus ditanggung perusahaan asuransi.
Sebagai salah satu kawasan termahal di AS, yang menjadi lokasi rumah para selebritas Hollywood, hampir dapat dipastikan seluruh bangunan tersebut diasuransikan.
Bagi masyarakat AS, asuransi merupakan produk keuangan yang sudah digunakan secara inklusif. Menurut catatan United States Cencus Berau, pada tahun 2023, cakupan pengguna asuransi mencapai 92,3 persen dari seluruh jumlah penduduk AS atau sekitar 316 juta orang.
Jadi tak heran, jika sebagian besar berbagai properti yang hangus terbakar di LA diasuransikan oleh para pemiliknya.
Kondisi tersebut membuat dampak finansial kebakaran akan didistribusikan ke berbagai sektor di pasar asuransi AS dan mungkin global jika nantinya harus masuk pada skema reasuransi.
Lembaga pemeringkat keuangan dunia, Moody's memproyeksikan kerugian asuransi akibat kebakaran hutan di LA yang merembet meluluh lantakan 12.300 struktur bangunan, mencapai miliaran US Dollar, karena tingginya nilai properti di wilayah terdampak.
Meskipun untuk mengukur nilai pasti tingkat kerusakannya agar bisa dikonversikan menjadi klaim asuransi membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menghitungnya.
Proyeksi kerugian asuransi lain disampaikan oleh analis perusahaan keuangan dunia, JP Morgan seperti dilansir Kompas.com, mereka memperkirakan kerugian yang harus ditanggung industri asuransi akibat kebakaran di LA bisa mencapai di kisaran 10 miliar US Dollar - 20 miliar US Dollar, atau setara dengan Rp160 triliun hingga Rp320 triliun (dengan asumsi kurs 1 US Dollar = Rp16.000).
Perusahaan asuransi yang diperkirakan paling terdampak secara signifikan, adalah perusahaan asuransi kepemilikan rumah dan properti komersial.
Padahal perusahan-perusahaan asuransi telah berusaha mengurangi penerbitan polis baru di daerah berisiko tinggi seperti di kawasan LA tersebut.
Lebih parahnya lagi, beberapa perusahaan asuransi memutuskan untuk tidak melanjutkan polis yang telah berjalan, menyebabkan banyak pemilik properti kehilangan perlindungan pasca bencana.
Pada Maret 2024, State Farm General, raksasa asuransi rumah di California, membuat keputusan mengejutkan dengan tidak memperpanjang polis asuransi untuk 30.000 pemilik rumah.
Langkah serupa juga diambil oleh perusahaan asuransi lainnya seperti Chubb dan anak perusahaannya, serta Allstate, yang menghentikan penerbitan polis baru untuk rumah-rumah mewah di wilayah rawan bencana
Tindakan perusahaan asuransi itu, belajar pada peristiwa kebakaran di LA sebelumnya, misalnya pada tahun 2017 kerugian akibat kebakaran hutan di Negara Bagian California selama setahun mencapai 15 miliar US Dollar atau sekitar Rp240 triliun. Di tahun berikutnya, kerugian terus meningkat.