Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Efwe
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Efwe adalah seorang yang berprofesi sebagai Administrasi. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Dampak Industri Asuransi Properti Pasca-kebakaran di LA

Kompas.com - 19/01/2025, 13:15 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Sungguh menyesakkan melihat deretan bangunan yang sebelumnya berdiri  megah nan indah di kawasan Pacific Palisade Los Angeles, Amerika Serikat (AS).

Kerugian ekonomi secara keseluruhan diperkirakan berbagai pihak, dapat mencapai 150 miliar US Dollar atau sekitar Rp2.400 triliun, yang sebagian diantaranya harus ditanggung perusahaan asuransi.

Sebagai salah satu kawasan termahal di AS, yang menjadi lokasi rumah para selebritas Hollywood, hampir dapat dipastikan seluruh bangunan tersebut diasuransikan.

Bencana Bagi Industri Asuransi AS

Bagi masyarakat AS, asuransi merupakan produk keuangan yang sudah digunakan secara inklusif. Menurut catatan United States Cencus Berau, pada tahun 2023, cakupan pengguna asuransi mencapai 92,3 persen dari seluruh jumlah penduduk AS atau sekitar 316 juta orang.

Jadi tak heran, jika sebagian besar berbagai properti yang hangus terbakar  di LA diasuransikan oleh para pemiliknya. 

Kondisi tersebut membuat dampak finansial kebakaran akan didistribusikan ke berbagai sektor di pasar asuransi AS dan mungkin global jika nantinya harus masuk pada skema reasuransi.

Lembaga pemeringkat keuangan dunia, Moody's memproyeksikan kerugian asuransi akibat kebakaran hutan  di LA yang merembet meluluh lantakan 12.300 struktur bangunan, mencapai miliaran US Dollar, karena tingginya nilai properti di wilayah terdampak.

Meskipun untuk mengukur nilai pasti tingkat kerusakannya agar bisa dikonversikan menjadi klaim asuransi membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menghitungnya.

Proyeksi kerugian asuransi lain disampaikan oleh analis perusahaan keuangan dunia, JP Morgan seperti dilansir Kompas.com, mereka memperkirakan kerugian yang harus ditanggung industri asuransi  akibat kebakaran di LA bisa mencapai di kisaran 10 miliar US Dollar - 20 miliar US Dollar, atau setara dengan Rp160 triliun hingga Rp320  triliun (dengan asumsi kurs 1 US Dollar = Rp16.000).

Perusahaan asuransi yang diperkirakan paling terdampak secara signifikan, adalah perusahaan asuransi kepemilikan rumah dan properti komersial.

Padahal perusahan-perusahaan asuransi telah berusaha mengurangi penerbitan polis baru di daerah berisiko tinggi seperti di kawasan LA tersebut.

Lebih parahnya lagi, beberapa perusahaan asuransi memutuskan untuk tidak melanjutkan polis yang telah berjalan, menyebabkan banyak pemilik properti kehilangan perlindungan pasca bencana.

Pada Maret 2024, State Farm General, raksasa asuransi rumah di California, membuat keputusan mengejutkan dengan tidak memperpanjang polis asuransi untuk 30.000 pemilik rumah. 

Langkah serupa juga diambil oleh perusahaan asuransi lainnya seperti Chubb dan anak perusahaannya, serta Allstate, yang menghentikan penerbitan polis baru untuk rumah-rumah mewah di wilayah rawan bencana

Tindakan perusahaan asuransi itu, belajar pada peristiwa kebakaran di LA sebelumnya, misalnya pada tahun 2017 kerugian akibat kebakaran hutan di Negara Bagian California selama setahun mencapai 15 miliar US Dollar atau sekitar Rp240 triliun. Di tahun berikutnya, kerugian terus meningkat.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Berburu Koin Jagat sampai Tidak Tahu Tempat

Berburu Koin Jagat sampai Tidak Tahu Tempat

Kata Netizen
Tinjau Ulang Wacana Libur Sekolah Selama Ramadan

Tinjau Ulang Wacana Libur Sekolah Selama Ramadan

Kata Netizen
Hobi Anak untuk Membuka Ruang Life Skill Mereka

Hobi Anak untuk Membuka Ruang Life Skill Mereka

Kata Netizen
Melihat Perkembangan Transportasi Publik di Toraja

Melihat Perkembangan Transportasi Publik di Toraja

Kata Netizen
Karena Faktor Ekonomi Banyak Orang Berburu Koin Jagat?

Karena Faktor Ekonomi Banyak Orang Berburu Koin Jagat?

Kata Netizen
Tahun 2025 Tahun YONO, Bukan YOLO

Tahun 2025 Tahun YONO, Bukan YOLO

Kata Netizen
Apa yang Membuatmu Ingin Sekali Jadi Penulis?

Apa yang Membuatmu Ingin Sekali Jadi Penulis?

Kata Netizen
Inovasi dan Komunikasi Ketika Siswa Review Makan Bergizi Gratis

Inovasi dan Komunikasi Ketika Siswa Review Makan Bergizi Gratis

Kata Netizen
Dampak Industri Asuransi Properti Pasca-kebakaran di LA

Dampak Industri Asuransi Properti Pasca-kebakaran di LA

Kata Netizen
Program Makan Bergizi Gratis dan Tantangan Pedagang Kantin

Program Makan Bergizi Gratis dan Tantangan Pedagang Kantin

Kata Netizen
Cara Tetap Bisa Mengompos Walau Musim Hujan

Cara Tetap Bisa Mengompos Walau Musim Hujan

Kata Netizen
Ketahanan Pangan dari Rumah, Panen Singkong Manehot

Ketahanan Pangan dari Rumah, Panen Singkong Manehot

Kata Netizen
Jadikan AI sebagai Alternatif Solusi Bukan Sahabat Sejati

Jadikan AI sebagai Alternatif Solusi Bukan Sahabat Sejati

Kata Netizen
Mendaftar Sekolah Kemudian 'Waiting List', Kok Bisa?

Mendaftar Sekolah Kemudian "Waiting List", Kok Bisa?

Kata Netizen
Musim Liburan, tetapi Tetap Bisa Nikmati Kulineran

Musim Liburan, tetapi Tetap Bisa Nikmati Kulineran

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau