Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sultani
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Sultani adalah seorang yang berprofesi sebagai Freelancer. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Apa yang Bikin Punya Rumah Pakai KPR Sulit?

Kompas.com - 30/06/2025, 13:39 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Sebagaimana kebutuhan sandang dan pangan, papan jadi suatu hal primer yang mesti dipenuhi.

Namun, ketika kita sudah memiliki penghasilan sendiri, memiliki rumah jadi terbuka kemungkinan agar bisa dicapai: apapun caranya, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) misalnya.

Sayangnya harga properti yang kian melambung. Skema cicilan dianggap sebagai jembatan menuju kepemilikan rumah, yang tadinya mustahil diwujudkan secara tunai.

KPR kemudian menjadi produk perbankan yang sangat populer dan mudah diakses. Banyak yang tergoda oleh promosi bunga rendah, uang muka ringan, hingga simulasi cicilan yang tampak "masuk akal".

Akan tetapi, di balik semua itu, ada narasi besar yang terus hidup di benak generasi muda: memiliki rumah sendiri adalah bukti keberhasilan, bahkan simbol kemapanan.

Beberapa hanya fokus pada kata "punya rumah", tanpa memikirkan beban keuangan yang menyertainya selama belasan hingga puluhan tahun.

Pertanyaan pentingnya bukan hanya apakah kita bisa ambil KPR, tapi apakah kita siap menjalaninya.

Sebab dalam praktiknya, punya rumah dengan cara mencicil tidak sesederhana brosur yang dibagikan di pameran properti.

Perlu perhitungan matang agar impian memiliki rumah tidak berubah menjadi beban hidup yang tak kunjung usai.

Gampangnya KPR: Godaan Promosi dan DP Ringan

Saat ini, banyak developer dan bank bekerja sama menawarkan program KPR yang tampaknya sangat memudahkan. Mulai dari DP 0--10 persen, cicilan awal ringan, bahkan ada bonus furnitur, bebas biaya notaris, atau bebas angsuran selama beberapa bulan.

Semua ini dikemas dengan bahasa yang menarik, seolah menyiratkan bahwa rumah tinggal hanya sejauh tanda tangan akad kredit.

Inilah jebakan manis yang sering kali membuat calon pembeli terburu-buru mengambil keputusan.

Di pameran properti, iklan-iklan penuh warna dengan tulisan "Bisa punya rumah hanya dengan Rp5 juta!" tersebar di mana-mana. Belum lagi staf marketing yang sangat persuasif, memberi janji bahwa proses KPR sekarang jauh lebih cepat dan tidak ribet.

Tak jarang, hanya dengan slip gaji dan KTP, pengajuan KPR bisa segera diproses. Kesannya, siapapun bisa jadi pemilik rumah dalam waktu dekat.

Sayangnya, kemudahan ini sering kali tidak diimbangi dengan edukasi finansial yang cukup. Banyak yang hanya menghitung besarnya cicilan per bulan tanpa memperhitungkan variabel-variabel lain seperti kenaikan bunga, biaya tambahan, dan tanggungan jangka panjang.

Bahkan, beberapa calon pembeli tidak tahu persis besaran total hutang yang akan dibayar selama masa kredit.

Program promo yang terlalu menggoda bisa menjebak jika tidak diimbangi dengan pemahaman risiko.

Godaan terbesar sering kali datang dari rasa takut ketinggalan---FOMO terhadap peluang punya rumah. Padahal, tanpa kesiapan yang matang, promo hanya menunda masalah ke depan.

Penting untuk diingat bahwa promosi adalah strategi bisnis. Di balik kemudahan yang ditawarkan, bank dan developer tetaplah entitas bisnis yang mencari keuntungan.

Oleh karena itu, calon pembeli harus menempatkan diri sebagai konsumen yang kritis, bukan sekadar pemburu promo.

Realita Setelah Akad

Setelah proses akad kredit selesai dan kunci rumah diterima, fase kehidupan baru pun dimulai: hidup bersama cicilan.

Banyak yang tidak menyadari bahwa KPR pada umumnya memiliki durasi panjang, mulai dari 10 hingga 25 tahun.

Ini berarti, selama periode tersebut, sebagian penghasilan akan terus dialokasikan untuk mencicil rumah, tanpa jeda. Tidak sedikit yang merasa beban finansial ini mulai terasa berat di tahun-tahun berikutnya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Selain 'Ramah', Apa yang Dibutuhkan Siswa Baru saat MPLS?
Selain "Ramah", Apa yang Dibutuhkan Siswa Baru saat MPLS?
Kata Netizen
Kalau Sudah 'Uang Kita', Apakah Suami akan Malas Bekerja?
Kalau Sudah "Uang Kita", Apakah Suami akan Malas Bekerja?
Kata Netizen
Tahun Ajaran Baru Serba Baru, Memangnya Perlu?
Tahun Ajaran Baru Serba Baru, Memangnya Perlu?
Kata Netizen
Drama-drama yang Terjadi Hari Pertama Masuk Sekolah
Drama-drama yang Terjadi Hari Pertama Masuk Sekolah
Kata Netizen
Tentang Anggaran pada Awal Tahun Ajaran Sekolah
Tentang Anggaran pada Awal Tahun Ajaran Sekolah
Kata Netizen
Terbiasa Hidup Berdampingan dengan Sampah, Bisa?
Terbiasa Hidup Berdampingan dengan Sampah, Bisa?
Kata Netizen
Melihat dengan Jelas Paradoks 'Needing Nothing Attracts Everything'
Melihat dengan Jelas Paradoks "Needing Nothing Attracts Everything"
Kata Netizen
Musim Bediding, Tradisi, dan Orang Toraja
Musim Bediding, Tradisi, dan Orang Toraja
Kata Netizen
'Kangkung Cabut', Kangkung yang Bisa Dipanen Berkali-kali
"Kangkung Cabut", Kangkung yang Bisa Dipanen Berkali-kali
Kata Netizen
Liburan Sekolah Sambil Belajar, Memangnya Bisa?
Liburan Sekolah Sambil Belajar, Memangnya Bisa?
Kata Netizen
Menyiapkan Diri untuk Jadi Pasangan (yang) Sempurna
Menyiapkan Diri untuk Jadi Pasangan (yang) Sempurna
Kata Netizen
Apa yang Bikin Punya Rumah Pakai KPR Sulit?
Apa yang Bikin Punya Rumah Pakai KPR Sulit?
Kata Netizen
Apakah Kemampuan Menulis Tangan Berguna di Masa Depan?
Apakah Kemampuan Menulis Tangan Berguna di Masa Depan?
Kata Netizen
Ini Cara Deteksi Barang KW di Marketplace
Ini Cara Deteksi Barang KW di Marketplace
Kata Netizen
Cerita Orangtua yang Anaknya Latihan Main 'Push Bike'
Cerita Orangtua yang Anaknya Latihan Main "Push Bike"
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau