
Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Suami baru saja gajian, semua isi ATM sudah langsung ditransfer ke rekening istri. Kalau seperti itu, bagaimana suami pegang uang? Ada yang mengatur keuangan keluarga seperti itu?
Buat sebagian pasangan, skenario ini mungkin terdengar biasa. Bahkan romantis—karena katanya, itu tanda kepercayaan.
Tetapi di sisi lain, muncul pertanyaan: Apakah ini benar-benar bentuk kerja sama yang sehat? Atau justru relasi yang nggak seimbang, terselubung dalam dalih ‘ngatur uang keluarga’?
Kapan praktik ini bisa jadi bentuk kepercayaan yang sehat, dan kapan bisa berubah jadi toxic yang nggak terasa?
Tujuannya sederhana: biar kita bisa lebih bijak melihat peran uang dalam rumah tangga—dan berani ngobrol soal hal-hal yang sering dianggap tabu: keuangan dan kekuasaan.
Suami Setor Full Gaji ke Istri, Bukti Cinta atau Warisan Budaya?
Di banyak keluarga Indonesia, kebiasaan suami menyerahkan seluruh gaji ke istri dianggap wajar, bahkan ideal.
Istri dipercaya lebih jago dalam mengelola keuangan rumah tangga: dari bayar listrik, cicilan, kebutuhan anak, sampai menyisihkan tabungan.
“Pokoknya suami cukup kerja dan setor. Urusan belanja dan bayar-bayar, itu urusan istri,” begitu kalimat yang sering terdengar dalam obrolan ringan antar pasangan atau grup ibu-ibu.
Tradisi ini juga sering mendapat pembenaran dari narasi-narasi sosial:
Bahkan di media sosial, tidak sedikit unggahan yang memuja suami-suami “baik” yang menyerahkan semua pendapatannya ke istri sebagai bentuk cinta dan tanggung jawab.
Namun, seiring waktu, mulai muncul suara-suara yang mempertanyakan: Apakah semua suami nyaman dengan skema ini?
Apakah benar istri selalu siap secara mental dan keterampilan untuk memegang seluruh kendali finansial? Dan bagaimana dampaknya jika salah satu pihak merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan keuangan?
Kebiasaan yang dianggap “biasa” ini ternyata menyimpan kompleksitas yang lebih dalam. Karena, di balik kartu ATM yang berpindah tangan, bisa saja ada ketimpangan komunikasi, ketidaktahuan, bahkan ketidakpuasan yang tidak pernah dibahas.
Sisi Positif: Ketika Suami Pasrahkan Gaji Secara Sadar
Menyerahkan seluruh gaji ke istri tidak selalu berarti relasi yang timpang. Dalam banyak kasus, hal ini justru jadi bentuk kepercayaan yang tinggi.
Suami merasa tenang karena tahu pasangannya bisa mengelola uang dengan baik, sedangkan istri merasa dihargai karena diberi tanggung jawab penting dalam rumah tangga.
Beberapa pasangan menjalani pola ini dengan sangat sehat, karena ada komunikasi yang terbuka dan tujuan yang jelas.