Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dian S. Hendroyono
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Dian S. Hendroyono adalah seorang yang berprofesi sebagai Freelancer. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Ketika Qatar Menantang Perekonomian Dunia lewat Piala Dunia 2022

Kompas.com - 01/12/2022, 14:53 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Qatar Menantang Perekonomian Dunia"

Setelah penetapan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, tak selang beberapa lama Sepp Blatter diperiksa polisi terkait skandal korupsi yang bisa jadi melibatkan terpilihnya Qatar. Bahkan Blatter juga dilarang untuk berkegiatan di dunia sepak bola hingga 2028.

Akibat hal ini, Blatter mungkin merasa sakit hati dan menyimpan dendam dengan membuat pernyataan pada awal November lalu. Ia mengatakan, “Qatar terlalu kecil. Sepak bola dan Piala Dunia terlalu besar untuk mereka.”

Akan tetapi memang patut diakui, pernyataan Blatter ada benarnya. Qatar memang negara kecil, luas totalnya hanya sebesar 11.581 Km persegi, sebagai gambaran kira-kira luasnya hanya dua kali luas Jabodetabek yang memiliki luas 6.437 Km persegi.

Dari jumlah penduduk, Qatar juga bisa dibilang minimalis. Berdasarkan sensus tahun 2020, jumlah penduduk Qatar sebesar 2.795.484 jiwa. Jumlah ini bahkan masih lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk Jakarta Timur yang jumlahnya 3.111.928 jiwa berdasarkan data BPS DKI Jakarta 2019.

Selain itu, Blatter juga tak melihat kekuatan lain yang dimiliki Qatar, selain kekayaan alam berupa minyak dan gas alam cair.

Dua kekuatan itulah yang menjadi mesin ekonomi dan sumber pendapatan utama Qatar yang memungkinkan Qatar bisa membuat perhelatan Piala Dunia 2022 terlihat mewah.

Selain mengandalkan kekuatan ekonomi dari minyak dan gas alam cair, Qatar juga memperkuat pendapatan dari sektor lain, seperti konstruksi, jasa perbankan, dan manufaktur.

Perkembangan ketiga sektor tersebut lah yang membuat gross domestic product (GDP) non-minyak meningkat dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir.

Piala Dunia 2022 Qatar ini bisa dikatakan menjadi turnamen sepak bola mewah yang belum pernah dilihat sebelumnya, baik itu dari segi fasilitas hingga penyelenggaraan.

Jadi, tidak heran bila biaya Piala Dunia tahun 2022 ini jumlahnya belasan kali lipat dibanding semua gelaran Piala Dunia sebelumnya.

Setidaknya untuk ajang Piala Dunia ini Qatar telah menggelontorkan dana sedikitnya $220 miliar. Jumlah ini 15 kali lebih banyak dari yang dikeluarkan oleh Rusia saat mereka menjadi tuan rumah Piala Dunia tahun 2018 lalu.

Info grafik perbandingan biaya penyelenggaraan Piala Dunia.Dian S. Hendroyono via statista.com Info grafik perbandingan biaya penyelenggaraan Piala Dunia.

Dari $220 miliar yang dikeluarkan Qatar, kira-kira begini pembagian penggunaannya.

  • Menurut The Guardian, Qatar mengeluarkan $500 juta per pekan selama pembangunan berbagai infrastruktur pendukung Piala Dunia 2022.
  • Melansir kantor berita Rusia, Tass, sebanyak $6,5 miliar digunakan untuk pembangunan tujuh stadion dan renovasi satu stadion.
  • Meningkatkan sistem pendingin di tujuh stadion yang akan digunakan di Piala Dunia 2022.
  • Perawatan rumput di setiap lapangan dan tempat lain. Mengingat kondisi cuaca Qatar yang panas, kondisi semua rumput yang digunakan harus dijaga agar selalu berada dalam kondisi sejuk.
  • Membangun kota bar di sekitar Stadion Lusail. Di kota baru itu terdapat 22 hotel dan perumahan yang bisa dihuni oleh sekitar 200-400 ribu orang. Selain itu juga digunakan untuk membangun taman, 2 marina, dan 2 lapangan golf. Untuk membangun kota baru Lusail ini, menurut Business Insider menghabiskan dana $45 miliar.
  • Biaya akomodasi, termasuk di dalamnya kota baru, vila, apartemen, dan hotel. Di Doha, dibutuhkan $15 miliar untuk membangun kompleks akomodasi bernama The Pearl, sementara $36 miliar lagi untuk membangun sistem kereta Doha Metro.

Jumlah semua dana tersebut jika dibandingkan dengan rencana Amerika Serikat yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026 nanti, terlihat sangat besar.

Amerika Serikat bersama Kanada dan Meksiko yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026 rencananya menganggarkan $300 untuk menyelenggarakan turnamen itu.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau