Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dokter Andri Psikiater
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Dokter Andri Psikiater adalah seorang yang berprofesi sebagai Dokter. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Seringnya Kita Mengabaikan Ancaman Depresi

Kompas.com - 13/10/2022, 13:09 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Ancaman Depresi yang Kita Abaikan"

Mungkin banyak yang tak menyadari bahwa masalah medis berat yang banyak dialami masyarakat di tahun 2020 salah satunya adalah depresi.

Depresi merupakan gangguan medis dengan lebih dari 300 juta orang yang terkena dampaknya.

Depresi digolongkan sebagai salah satu gangguan jiwa yang menempati nomor dua dari penyakit yang membebani secara global.

Depresi berbeda dengan fluktuasi suasana hati yang biasa dan respons emosional jangka pendek terhadap tantangan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam artian sempit depresi bukanlah kesedihan biasa.

Diagnosis depresi dilakukan setelah terlihat gejala seperti suasana perasaan hati yang menurun (mood yang sedih), perasaan putus asa dan hilang harapan, serta ketidakmampuan melakukan kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan selama lebih dari 2 minggu.

Depresi dapat menjadi kondisi kesehatan yang serius jika dibarengi dengan kondisi medis umum lainnya seperti gangguan jantung, gangguan endokrin seperti kencing manis dan penyakit tiroid, serta gangguan jantung dan gangguan saraf.

Depresi juga dapat menyebabkan penderitanya mengalami kualitas hidup yang menurun, fungsi diri yang buruk di tempat kerja, di sekolah, dan di keluarga. Bahkan, pada situasi terburuk depresi dapat menyebabkan seseorang bunuh diri.

Data WHO tahun 2019 mengatakan hampir 800.000 orang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya. Hal ini membuat bunuh diri menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian orang dengan rentang usia 15-29 tahun.

Akses Terhadap Terapi

Terapi untuk pasien depresi telah diketahui lebih dari 30 tahun yang lalu. Meski begitu, sampai saat ini kurang dari setengah pasien yang mengalami depresi menerima perawatan depresi yang benar.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, orang yang mengalami depresi berkisar di 6,1% dari total populasi di Indonesia.

Ironisnya hanya 9% dari orang yang mengalami depresi tersebut yang mendapatkan pengobatan depresi.

Hal ini tidak mengherankan karena di banyak negara lain juga angka statistiknya sama.

Banyak hambatan dalam memberikan perawatan depresi yang efektif, seperti kurangnya sumber daya, kurangnya penyedia layanan kesehatan yang terlatih, dan stigma sosial yang terkait dengan gangguan jiwa.

Hal ini juga masih ditambah oleh penilaian terhadap depresi yang tidak terdeteksi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Kata Netizen
Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Kata Netizen
Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kata Netizen
Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Kata Netizen
Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Kata Netizen
Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Kata Netizen
Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Kata Netizen
Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Kata Netizen
Mengapa 'BI Checking' Dijadikan Syarat Mencari Kerja?

Mengapa "BI Checking" Dijadikan Syarat Mencari Kerja?

Kata Netizen
Apakah Jodohku Masih Menunggu Kutemui di LinkedIn?

Apakah Jodohku Masih Menunggu Kutemui di LinkedIn?

Kata Netizen
Pendidikan Itu Menyalakan Pelita Bukan Mengisi Bejana

Pendidikan Itu Menyalakan Pelita Bukan Mengisi Bejana

Kata Netizen
Banjir Demak dan Kaitannya dengan Sejarah Hilangnya Selat Muria

Banjir Demak dan Kaitannya dengan Sejarah Hilangnya Selat Muria

Kata Netizen
Ini yang Membuat Koleksi Uang Lama Harganya Makin Tinggi

Ini yang Membuat Koleksi Uang Lama Harganya Makin Tinggi

Kata Netizen
Terapkan Hidup Frugal, Tetap Punya Baju Baru buat Lebaran

Terapkan Hidup Frugal, Tetap Punya Baju Baru buat Lebaran

Kata Netizen
Emoji dalam Kehidupan Kita Sehari-hari

Emoji dalam Kehidupan Kita Sehari-hari

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com