Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Phadli Harahap
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Phadli Harahap adalah seorang yang berprofesi sebagai Freelancer. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Maraknya Korban Pembunuhan Perempuan dan Kesadaran Kita soal Femisida

Kompas.com - 31/10/2022, 13:39 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Pembunuhan Perempuan Tol Becakayu dan Siswa Pulang Mengaji Membuka Mata Tentang Femisida"

Rentetan berita mengenai kematian perempuan seakan mengisyarakatkan bahwa nyawa perempuan tampak begitu “murah” di negeri ini.

Pada bulan Oktober 2022 saja, kabar mengenai kematian dengan korban perempuan sedang ramai berseliweran. Bahkan kita bisa dengan mudah menemukannya di berbagai media online tanpa harus dengan sengaja mencarinya.

Kasus terbaru adalah meninggalnya anak perempuan akibat dibunuh setelah pulang mengaji di Cimahi, Jawa Barat. Pelaku adalah merupakan laki-laki yang belakangan diketahui bermaksud untuk merampas telepon genggam milik korban.

Namun, nahas korban yang saat itu tak membawa telepon genggam lantas ditusuk oleh pelaku hingga meninggal.

Kasus lain terjadi di Jakarta, seorang perempuan dibunuh oleh rekan kerjanya kemudian jasadnya dibuang di kolong Tol Becakayu.

Selain itu ada lagi kasus seorang ibu yang dibunuh oleh keponakannya dengan kondisi tangan diikat dan mulut disumpal kain. Alasan pelaku membunuh korban adalah terkait masalah warisan.

Beberapa kasus tersebut adalah sebagian dari berbagai rentetan panjang pembunuhan terhadap perempuan yang makin hari justru kian bertambah.

Peristiwa tersebut menunjukkan betapa rentannya kaum perempuan menjadi kekerasan hingga pembunuhan yang pelakunya adalah laki-laki. Pembunuhan keji seperti itu tentu saja tidak bisa dianggap sebagai peristiwa biasa apalagi hingga mendapat pemakluman.

Jangan sampai menganggap wajar kasus pembunuhan terhadap perempuan, karena jika sampai mewajarkan dampaknya adalah semakin gampang kita menilai bahwa pembunuhan adalah tindakan kriminal biasa.

Padahal Komisi Nasional Anti Kekerasan Perempuan (Komnas Perempuan) terus memantau, mencari fakta, dan melakukan dokumentasi mengenai kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan pelanggaran HAM perempuan.

Dari pantauan Komnas Perempuan sepanjang tahun 2019, mereka menemukan kasus pembunuhan terhadap perempuan (femisida) sedikitnya terjadi sebanyak 1.184 kasus.

Ironisnya dari jumlah kasus tersebut banyak yang tak terungkap ke media dan menjadi perhatian masyarakat luas. Banyak dari kasus tersebut hanya menguap begitu saja tak terangkat ke media.

Lebih Peka soal Femisida

Pembunuhan yang menjadikan perempuan sebagai korban dikenal dengan sebutan femisida.

Mengutip dari komnasperempuan.go.id, femisida adalah pembunuhan terhadap perempuan yang penyebabnya adalah kebencian, dendam, penaklukan, penguasaan, penikmatan, dan pandangan mengenai perempuan merupakan bagian kepemilikan. Sehingga pelaku bisa berbuat sesuka hatinya.

Contoh kasus femisida ini bisa dilihat dari kasus pembunuhan terhadap perempuan oleh rekan kerjanya yang kemudian membuang jasad korban di kolong Tol Becakayu Jakarta dengan alasan sakit hati.

Alasan sakit hati menandakan bahwa begitu ringan dan mudahnya pelaku melakukan kekerasan hingga membunuh seorang perempuan.

Kasus tersebut bukanlah perkara sepele, Komnas Perempuan menekankan bahwa femisida bukanlah perkara yang biasa-biasa saja, melainkan produk yang diakibatkan oleh budaya patriarkis dan misoginis.

Nahasnya, femisida bisa terjadi di mana saja, tak peduli itu di ranah privat, publik, maupun komunitas.

Data PBB menunjukkan bahwa 80% dari kasus pembunuhan terhadap perempuan, semua pelakunya adalah laki-laki yang merupakan orang terdekat korban.

Banyaknya kasus femisida tersebut menunjukkan bahwa perempuan seolah bisa ditundukkan begitu saja dan laki-laki berhak melakukan apa saja terhadap perempuan, termasuk membunuh.

Biasanya tindakan brutal kaum laki-laki terhadap perempuan tersebut berawal dari kekerasan yang dianggap wajar dan dimaklumi berulang kali.

Tak jarang bahkan pelaku tindakan brutal tersebut justru malah dimaafkan. Sehingga ketika kebiasaan tersebut semakin mengakar, akibatnya adalah pembiaran dan akan dianggap wajar bila ada kasus pembunuhan terhadap perempuan.

Jika masih menganggap wajar terhadap femisida, berarti ada yang salah dalam masyarakat kita. Justru dengan banyaknya kasus femisida tersebut harusnya malah memantik rasa kekhawatiran kita.

Karena tentu kita tak mau bila yang menjadi korban adalah orang terdekat kita, seperti adik, kakak, ibu, tante, atau perempuan yang kita cintai.

Oleh karenanya penting untuk meningkatkan rasa kepedulian terhadap segala kasus kekerasan yang melibatkan perempuan sebagai korban dan mendorong agar para pelaku mendapat hukuman semaksimal mungkin.

Sekali lagi mari buka mata terhadap banyaknya femisida dan pahami bahwa pembunuhan terhadap perempuan karena mereka perempuan tak bisa dibiarkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Jumlah Mesin ATM Terus Berkurang, Ada Apa?

Jumlah Mesin ATM Terus Berkurang, Ada Apa?

Kata Netizen
4 Alasan Orang Indonesia Suka Makanan Pedas

4 Alasan Orang Indonesia Suka Makanan Pedas

Kata Netizen
Peran Vital Guru Honorer dan 'Cleansing' yang Terjadi

Peran Vital Guru Honorer dan "Cleansing" yang Terjadi

Kata Netizen
Menyikap 'Rayuan Bos', Apa yang Mesti Dilakukan Bawahan?

Menyikap "Rayuan Bos", Apa yang Mesti Dilakukan Bawahan?

Kata Netizen
Lembaga Survei, Elektabilitas, dan Strategi Partai

Lembaga Survei, Elektabilitas, dan Strategi Partai

Kata Netizen
Dari Seorang Introvert Kita Belajar...

Dari Seorang Introvert Kita Belajar...

Kata Netizen
Menyemangati Anak Ketika Gagal Masuk Sekolah Favorit

Menyemangati Anak Ketika Gagal Masuk Sekolah Favorit

Kata Netizen
Budget Tipis dari Klien, Terima atau Tolak?

Budget Tipis dari Klien, Terima atau Tolak?

Kata Netizen
5 Cara Meningkatkan Kinerja Guru Sesuai dengan Kurikulum Merdeka

5 Cara Meningkatkan Kinerja Guru Sesuai dengan Kurikulum Merdeka

Kata Netizen
Fenomena 'Makan Tabungan', Kenapa Bisa Makin Marak?

Fenomena "Makan Tabungan", Kenapa Bisa Makin Marak?

Kata Netizen
Pemimpin Populis pada Pilkada 2024

Pemimpin Populis pada Pilkada 2024

Kata Netizen
Istri Alami Baby Blues, Bukan Berarti Manja atau Lebay

Istri Alami Baby Blues, Bukan Berarti Manja atau Lebay

Kata Netizen
PPBD dan Niat Membuat Pendidikan Berkualitas serta Berkeadilan

PPBD dan Niat Membuat Pendidikan Berkualitas serta Berkeadilan

Kata Netizen
Apa yang Dipertimbangkan Sebelum Resign dari PNS?

Apa yang Dipertimbangkan Sebelum Resign dari PNS?

Kata Netizen
Ketika Judi Online Mulai Menyasar Pelajar

Ketika Judi Online Mulai Menyasar Pelajar

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com