Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Krisanti_Kazan
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Krisanti_Kazan adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

"Deep Talk" Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

Kompas.com - 27/04/2025, 16:34 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Pada momen seperti apa kiranya seorang Ibu bisa mendengarkan curhat anak laki-lakinya? Biasanya permasalahan apa? Cinta? Pertemanan?

Setiap malam sebelum tidur, saya dan Cato anak laki-laki saya punya satu kebiasaan kecil yang kami jaga dengan penuh cinta: ngobrol. 

Bukan soal PR atau nilai ulangan, tapi tentang hal-hal sepele yang ternyata tidak sepele tentang temannya yang bikin kesal, tentang mimpi aneh yang dia alami tadi malam, atau tentang rasa takut yang belum sempat dia ungkapkan di siang hari.

Kadang kami hanya bicara lima menit. Kadang bisa sampai setengah jam, tergantung seberapa dalam perasaannya ingin disampaikan malam itu.

Rutinitas ini bukan sesuatu yang langsung terjadi begitu saja. Tidak ada metode khusus, tidak ada panduan parenting yang saya ikuti.

Semua bermula dari rasa penasaran saya terhadap isi kepala anak saya, sejak dia duduk di bangku sekolah dasar. 

Awalnya, ia hanya menjawab pendek. "Ya." "Nggak tahu." "Biasa aja." Tapi saya terus menemaninya. Saya mendengarkan tanpa menghakimi. Lama-kelamaan, percakapan kami jadi lebih terbuka, lebih hangat, dan lebih bermakna.

Siapa sangka, obrolan sebelum tidur ini ternyata menjadi cara paling sederhana dan paling jitu untuk melatih anak saya berani bicara dan jujur mengungkapkan isi pikirannya. 

Mengapa Anak Laki-laki Perlu Dilatih Bicara Sejak Dini

Saya semakin menyadari pentingnya rutinitas kecil ini ketika melihat banyak anak laki-laki di sekeliling saya seperti keponakan, murid, bahkan anak teman yang tumbuh menjadi pribadi yang kaku, canggung, dan kesulitan mengekspresikan perasaannya.

Mereka pintar, aktif, dan penuh ide, tapi sering kali bingung saat harus menyampaikan apa yang ada di dalam kepala atau hatinya.

Kita hidup di masyarakat yang, secara tidak sadar, masih menanamkan pesan-pesan seperti "anak cowok harus kuat," "jangan cengeng," atau "nggak usah banyak ngomong, laki-laki itu cukup tunjukkan lewat tindakan."

Akibatnya, banyak anak laki-laki tumbuh dengan kebiasaan memendam perasaan. Mereka menjadi pribadi yang terbiasa diam saat kecewa, takut menunjukkan rasa sedih, dan enggan mengakui ketakutan.

Padahal, kemampuan bicara dan mengungkapkan pikiran itu bukan sekadar keterampilan komunikasi. Ini adalah fondasi penting untuk membangun kepercayaan diri, hubungan sosial yang sehat, dan kesehatan mental yang baik.

Anak yang terbiasa menyuarakan isi hatinya akan lebih mudah menyampaikan ketidaknyamanan, lebih peka terhadap orang lain, dan tidak segan mencari bantuan saat menghadapi masalah.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

'Deep Talk' Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

"Deep Talk" Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

Kata Netizen
Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Kata Netizen
Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Kata Netizen
Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Kata Netizen
Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kata Netizen
Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film 'Jumbo'

Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film "Jumbo"

Kata Netizen
Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Kata Netizen
Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Kata Netizen
Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kata Netizen
Film 'Jumbo' yang Hangat yang Menghibur

Film "Jumbo" yang Hangat yang Menghibur

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau