Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Nauval
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Muhammad Nauval adalah seorang yang berprofesi sebagai Perawat. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Nostalgia Naik “Labi-labi”, Angkutan Umum Khas Aceh

Kompas.com - 13/11/2022, 16:00 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mengenal "Labi-labi", Angkutan Umum Khas Aceh yang Eksistensinya Kini Mulai Memudar"

Indonesia adalah negara yang unik. Selain terkenal dengan banyaknya suku serta adat istiadat, keunikan lainnya juga dapat dilihat pada moda transportasi umum.

Jika di Jakarta ada bajaj, maka di Aceh ada labi-labi.

Labi-labi merupakan angkutan umum yang populer sejak tahun 80-an yang memiliki bentuk seperti mobil pick up dengan tempat duduk dan penutup di bagian atas.

Jika dilihat sekilas, bentuknya memang mirip seperti kura-kura, mempunyai cangkang di bagian punggung belakang.

Eksistensi labi-labi di tengah masyarakat kian hari semakin memudar. Kini, masyarakat lebih sering menggunakan kendaraan pribadi ketimbang menggunakan labi-labi.

Meski demikian, labi-labi tetap masih beroperasi di jalanan kota-kota yang ada di Aceh. Tidak berbeda jauh dengan jenis angkutan lainnya, labi-labi juga mempunyai rute khusus dan tarif yang berbeda-beda.

Pengalaman Menggunakan Labi-labi

Rute dan kode yang ada di labi-labi tidak berubah dari dulu hingga sekarang. Ini mengikuti arah kecamatan dan kampung yang ada di Aceh. Kodenya pun tidak terlalu susah untuk diingat, misal 01,02,03, dan 04.

Ketika saya masih duduk di bangku SMP, saya selalu ingat dua kode labi-labi yang akan saya tumpangi.

Kode 01 untuk menuju kota dan kode 02 untuk pulang ke rumah. Tarifnya pun cukup murah, yaitu Rp 2.000.

Adapun tarif labi-labi untuk anak sekolah dan orang dewasa berbeda. Jika anak sekolah dipatok Rp 2.000, maka untuk orang dewasa tarifnya bisa mencapai Rp 5.000 tergantung jarak yang ditempuh.

Labi-labi beroperasi dari pukul 06.00 pagi hingga 18.00 sore. Jika mencari labi-labi, maka penumpang cukup tunggu saja di pinggir jalan. Dan jika sedang terburu-buru, langsung ke terminal, karena di sanalah labi-labi mangkal.

Labi-labi, Moda Transportasi Pilihan Ibu-ibu

Di Aceh, pengguna labi-labi didominasi oleh ibu-ibu. Kebanyakan ibu-ibu menggunakan labi-labi sebagai transportasi untuk ke pasar.

Tidak hanya itu, ibu-ibu juga sering menggunakan labi-labi untuk mengantar rombongan pergi takziah atau mengunjungi orang sakit karena dirasa cukup menghemat biaya dibandingkan menyewa mobil rental.

Jika banyak diminati ibu-ibu, apakah labi-labi merupakan kendaaraan yang sudah pasti aman? Belum tentu. Sebab, labi-labi juga rentan alami kecelakaan karena beberapa hal, seperti berikut:

Pertama, Supir yang Suka Ngebut dan Mengejar Setoran

Kebanyakan labi-labi adalah mobil kepunyaan pribadi. Namun ada juga sopir labi-labi yang menyewa labi-labi dari orang lain. Kalau seperti ini, maka jelas keuntungannya akan dibagi dua dengan pemilik mobil.

Biasanya mekanisme pembagiannya akan ditetapkan sesuai kesepakatan sopir dan pemilik labi-labi. Maka tidak heran jika didapati banyak sopir labi-labi yang kebut-kebutan guna mengejar setoran.

Ketika saya duduk di bangku SMP, kebanyakan sopir labi-labi didominasi oleh mereka yang masih tergolong muda, yaitu umur 24 hingga 28 tahun. Semangat menyopir sembari mengejar penumpang masih sangat tinggi sekali.

Namun tentu saja, kebut-kebutan di jalan dengan dalih alasan seperti itu tidak dapat dibenarkan. Karena keselamatan diri dan penumpang adalah yang paling utama dari semuanya.

Kedua, Kapasitas Penumpang yang Melebihi Muatan Normal

Pemandangan anak-anak sekolah yang bergelantungan dan duduk di atas atap labi-labi ketika pulang sekolah merupakan hal lumrah. Bahkan, fenomena tersebut masih sering pula saya jumpai hingga sekarang ini.

Jika normalnya dalam satu labi-labi memuat sekitar 15 hingga 18 orang penumpang. Namun jika banyak penumpang bergelantungan, maka jumlahnya bisa bertambah 5 hingga 8 orang sekali jalan.

Biasanya labi-labi yang seperti ini akan memilih jalan kampung untuk mengantar penumpang, agar terhindar dari razia polisi di jalanan.

Itulah sepenggal pengalaman saya dengan labi-labi, angkutan umum khas Aceh. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau