Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Gobin Dd
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Gobin Dd adalah seorang yang berprofesi sebagai Buruh. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Efek Negatif Terlalu Sering Bergantung pada "Orang Dalam"

Kompas.com - 04/12/2022, 21:35 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Akibatnya Terlalu Bergantung pada Orang Dalam Saat Seleksi Masuk Kerja"

Sulitnya mendapatkan pekerjaan di masa sekarang ini membuat banyak orang mengharapkan bantuan dari “orang dalam” yang berada di sebuah institusi, baik itu institusi dunia kerja maupun dunia pendidikan.

Istilah “orang dalam” mengacu kepada seseorang dalam sebuah institusi yang memiliki pengaruh kuat, bisa diandalkan, serta dapat dimanfaatkan untuk meloloskan tujuan tertentu.

Jika di dunia kerja, orang dalam akan bisa bermanfaat bagi seseorang pelamar kerja untuk bisa lolos seleksi dan diterima kerja di suatu institusi.

Selain itu, orang dalam juga bisa dimanfaatkan untuk seseorang yang sudah tergabung di suatu institusi untuk menaikkan pangkat, memberi keistimewaan, hingga menyediakan keuntungan-keuntungan tertentu.

Di samping itu, fenomena memanfaatkan orang dalam ini juga terjadi di dunia pendidikan. Seperti misalnya, agar bisa lulus dan masuk di sebuah institusi pendidikan nomor wahid, seseorang akan meminta bantuan pada orang dalam di institusi tersebut untuk meluluskannya.

Tak jarang, jika orang dalam tersebut sukses membantu seseorang mencapai tujuannya, mereka akan mendapat imbalan hadiah sebagai bentuk pendekatan personal.

Tujuan memberikan hadiah kepada orang dalam ini agar memperlancar proses seseorang tersebut mencapai tujuannya, baik itu diterima kerja maupun diterima di institusi pendidikan bermutu.

Para orang dalam itu bisa saja memiliki hubungan khusus terhadap seseorang yang meminta bantuan, misal karena faktor ikatan keluarga, budaya, asal daerah, hingga pertemanan.

Tak jarang pula, seseorang yang disebut orang dalam ini juga memiliki tujuan dan kepentingan tertentu. Seperi misalnya, sang orang dalam akan membantu meloloskan seseorang di tempatnya bekerja agar kelak orang itu bergabung di timnya.

Atau bisa juga si orang dalam akan memberikan suatu jabatan dan posisi tertentu kepada seseorang yang dinilai kelak akan bisa mendukungnya saat dibutuhkan.

Situasi seperti itu sudah banyak terjadi di dunia kerja. Tentu akan ada akibatnya, umumnya si orang dalam ini akan memberikan efek negatif terhadap kinerja sebuah institusi.

Sebab, jika hal itu terjadi terus-menerus maka akan meruntuhkan kapabilitas sebuah institusi dan akan memengaruhi kinerja.

Selain itu faktor orang dalam akan bisa mencederai nilai-nilai kejujuran yang terdapat di sebuah institusi, serta bisa memperburuk iklim dan sistem kerja.

Jika praktik dan fenomena mengandalkan orang dalam ini terus berlanjut maka sistem kerja di sebuah institusi akan berjalan sekadar sebagai balas jasa pada orang dalam.

Tentu hal ini akan mengakibatkan iklim kerja menjadi berat sebelah, sebab akan ada pekerja yang hanya patuh pada pemimpin tertentu, yang baginya pemimpin itu merupakan orang dalam.

Hal lain yang bisa terjadi adalah adanya pengelompokkan atau faksi si sebuah institusi kerja yang terbagi berdasarkan pengaruh orang dalam.

Semakin kuat dan seringnya seseorang menjadi “orang dalam” pada proses penerimaan ataupun pengangkatan posisi dan status seorang pekerja, semakin besar pula orang-orang yang akan mengekor orang tersebut untuk menjadi bagian dari kelompoknya.

Efek negatif lain yang akan terjadi adalah akan adanya pengabaian kualitas seorang pekerja maupun peserta didik karena tergeser oleh faktor nepotisme.

Teman, anggota keluarga, tetangga, dan lain-lainnya didahulukan untuk diterima kerja atau diterima sebagai peserta didik, tanpa menghiraukan kualitas orang tersebu.

Akibat tak dihiraukannya kualitas seseorang yang diterima itu, akan menimbulkan masalah jika kelak performa kerja orang tersebut tidak sesuai standar dan yang diharapkan sebuah institusi.

Jika hal ini terjadi tentu akan memengaruhi kualitas sebuah institusi dan akan menyudutkan si orang dalam yang meloloskan pekerja tadi.

Efek buruk yang terjadi jika praktik orang dalam ini terus berjalan dan mengakar adalah akan terciptanya sebuah siklus yang tak ada ujungnya dan terus berulang dari generasi ke generasi berikutnya.

Terlalu mengharapkan bantuan orang dalam untuk mendapat suatu pekerjaan atau diterima di institusi pendidikan tertentu, secara tak langsung akan mencerminkan rendahnya kualitas diri sendiri.

Jika seseorang berhasil masuk kerja atau diterima di institusi pendidikan tertentu tetapi kualitas dirinya tidak bisa mengimbangi dan hal itu diketahui orang lain, maka akan timbul sikap curiga dan sinis yang memunculkan ejekan-ejekan tertentu.

Pada titik ini, keberhasilan yang dicapai seseorang karena bantuan dari orang dalam tidak akan dipandang sebagai pencapaian yang bernilai di mata orang lain. Sebaliknya, orang lain akan cenderung tidak menaruh hormat kepada orang yang mengandalkan orang dalam.

Lantas, bagaimana mengatasi fenomena orang dalam ini?

Langkah pertama dan yang paling utama adalah tentu meningkatkan pengawasan yang lebih ketat dalam proses seleksi penerimaan karyawan maupun penerimaan peserta didik.

Agar pengawasan ketat dalam proses seleksi penerimaan bisa berjalan sesuai yang diharapkan, tentu faktor seorang pemimpin yang berintegritas dan menjunjung kejujuran sangatlah diperlukan.

Integritas diri itu muncul ketika seorang pemimpin bekerja demi institusi dan bukannya demi kepentingan pribadi atau pun golongan.

Pengawasan ketat ini juga turut melibatkan transparansi dalam melakukan penyeleksian. Dengan adanya transparansi ini, maka tiap-tiap orang akan bisa memiliki akses untuk melihat dan mengevaluasi setiap proses seleksi.

Transparansi hadir ketika setiap peserta yang mendaftar untuk bekerja atau pun mendaftar di sekolah bisa dipantau secara merata. Tak ada yang mendapat tempat spesial.

Di samping itu, sebuah institusi perlu menekankan kerahasiaan dalam proses seleksi. Hanya petugas tertentu yang berwenang, berintegritas, dan bertanggung jawab dalam memeriksan dan mendampingi proses seleksi.

Tentu saja, mereka yang bertugas ini sungguh-sungguh terbebaskan dari praktik nepotisme dan menekankan profesionalitas dalam bekerja.

Menghapus fenomena orang dalam bukanlah perkara mudah. Hal itu membutuhkan komitmen bersama, terutama komitmen sebagai sebuah institusi besar demi menjaga nama baik.

Apabila fenomena orang dalam sudah berakar, mau tidak mau institusi melakukan pembenahan luar-dalam, termasuk berani memangkas sosok-sosok berpengaruh kuat yang memainkan peran sebagai orang dalam di sebuah institusi kerja maupun pendidikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Kata Netizen
Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Kata Netizen
Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Kata Netizen
Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Kata Netizen
Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Kata Netizen
Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Kata Netizen
Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Kata Netizen
Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Kata Netizen
Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Kata Netizen
Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kata Netizen
Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Kata Netizen
Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Kata Netizen
Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Kata Netizen
Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Kata Netizen
Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com