Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang cukup sulit, sebab di masa remaja banyak orang yang akan mulai menghadapi banyak masalah, seperti masalah sosial, ekonomi, keluarga, atau psikologis.
Saat menginjak masa remaja, seseorang seringkali tidak merasa yakin akan siapa diri mereka sebenarnya dan bagaimana mereka harus berlaku dalam masyarakat.
Di masa ini, biasanya mereka akan mulai mencari jati dirinya dan status sosial melalui berbagai tindakan, bisa melalui tindakan positif namun juga tak jarang melalui tindakan negatif.
Tindakan negatif yang ditempuh para remaja dalam proses pencarian jati dirinya ini bisa berupa melakukan tindak pidana. Salah satu caranya adalah dengan mencari perhatian untuk menunjukkan eksistensi.
Berdasarkan data dari Kepolisian Negara Republik Indonesia, tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja di Indonesia cukup tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah kasus yang dilaporkan kepada pihak keamanan setiap tahunnya.
Contoh tindak pidana oleh anak-anak maupun remaja yang kerap terjadi di Indonesia adalah kasus pencurian, perjudian, penyalahgunaan narkoba, tindak kekerasan, dan lain-lain.
Faktor penyebab banyaknya anak-anak dan remaja melakukan tindak pidana ini beragam, di antaranya dalah faktor lingkungan dan pergaulan yang negatif.
Tak sedikit anak-anak dan remaja yang lahir dan tinggal di lingkungan yang sama dengan orang-orang yang juga melakukan kejahatan.
Lingkungan seperti ini tentu akan membawa pengaruh buruk pada anak di masa perkembangannya. Mereka akan mudah terpengaruh dan menganggap bahwa melakukan tindakan seperti orang di sekitarnya adalah hal yang wajar.
Faktor lain yang turut menyebabkan anak-anak dan remaja melakukan tindak kejahatan adalah ekonomi.
Kondisi keuangan keluarga yang kurang mampu membuat mereka terpaksa memilih jalan pintas melakukan kejahatan demi bisa “bertahan hidup.”
Faktor ekonomi ini juga erat kaitannya dengan faktor lain, yakni pendidikan. Sulitnya ekonomi di keluarga menyebabkan anak-anak dan remaja ini tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak.
Padahal mendapatkan pendidikan yang layak bagi anak seusia mereka ini adalah hal yang penting, sebab dengan pendidikan mereka jadi paham mengenai norma-norma sosial yang seharusnya diikuti.
Dengan banyaknya tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja maka hal itu tidak dapat disebut sebagai “kenakalan” semata.
Sebab, tindak kejahatan yang mereka lakukan bukan saja tidak sesuai dengan norma sosial, melainkan juga melanggar hukum.
Anak-anak dan remaja yang melakukan tindak pidana ini mungkin tidak paham akan konsekuensi atas tindakannya.
Tindak pidana dan kejahatan yang mereka lakukan mungkin adalah cara mereka untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi. Mereka tak sadar cara yang mereka tempuh justru malah merugikan orang lain dan juga diri mereka sendiri.
Maka dari itu, dalam menangani kasus tindak pidana oleh anak-anak dan remaja harus dilakukan dengan pendekatan berbeda, tidak bisa disamakan dengan penanganan tindak pidana orang dewasa.
Pendekatan rehabilitatif dianggap sebagai pendekatan yang lebih efektif dibandingkan dengan hukuman yang berat.
Pendekatan ini berfokus pada pemulihan anak-anak dan remaja yang melakukan tindak pidana dengan cara memberikan dukungan dan bimbingan agar dapat kembali ke jalur yang benar.
Pendekatan ini juga berfokus pada pencegahan tindak pidana dengan cara memberikan pendidikan dan pelatihan kepada mereka agar dapat menghindari tindak pidana di masa depan.
Akan tetapi dalam beberapa kasus, anak-anak dan remaja pelaku tindak pidana dinilai kelakuannya sudah tidak dapat diperbaiki dan mesti dikenakan sanksi hukuman yang setimpal.
Orangtua memiliki peran penting demi mencegah anaknya tidak melakukan tindak pidana yang bisa merugikan dirinya dan orang lain.
Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegah tindak pidana oleh anak-anak atau remaja.
Pendidikan dasar, dukungan, dan perhatian dari orangtua kepada anak adalah sumber pertama yang dibutuhkan anak dalam proses perkembanga mereka.
Pembentukan karakter serta pola pikir anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dan lingkungan yang mereka dapatkan bersama orangtua,
Oleh karenanya, agar anak tak menempuh jalan yang salah dalam masa perkembangan mental dan fisiknya, dibutuhkan pengawasan dan perhatian penuh dari orangtua.
Sebab jika anak tidak memperoleh pengawasan dan perhatian dari orangtuanya maka akan berdampak serius pada perkembangan anak.
Selain peran penting orangtua untuk mendampingi dan memberi dukungan dalam masa perkembangan anak, pemerintah juga mesti turut andil dalam pencegahan tindak pidana anak.
Pemerintah dapat melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan menanggulangi tindak pidana anak dan remaja.
Di antaranya adalah dengan memberikan kemudahan akses pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak dan remaja.
Pendidikan layak dan berkualitas di Indonesia masih belum merata didapatkan oleh seluruh anak di Indonesia. Anak-anak yang tinggal di kawasan pedalaman masih kesulitan untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Jadi, dengan upaya bersama pemerintah, orangtua, dan masyarakat untuk mencegah terjadinya tindak pidana anak dan remaja dengan cara meningkatkan pendidikan, membuat program pemberdayaan bagi anak-anak dan remaja, dan lain sebagainya, maka niscaya akan tercipta lingkungan yang positif.
Jika anak dan remaja tumbuh dan berkembang di lingkungan yang positif, dengan demikian mereka sebagai generasi penerus bangsa ini dapat menjadi generasi emas yang menjanjikan.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Anak-anak dan Remaja, Antara Kenakalan dan Krisis Identitas"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.