Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Belakangan ini, ChatGPT tengah naik daun dan digadang-gadang dapat menggantikan kejayaan Google.
ChatGPT adalah chatbot yang dikembangkan oleh Artificial Intelligence (AI) yang dapat menjawab pertanyaan secara luwes.
Dengan kehadiran ChatGPT, kini individu dapat dengan mudah memperoleh informasi, dan tidak perlu lagi memilih link mana yang mau dibuka dan dibaca.
Meskipun demikian, ChatGPT juga membawa ancaman bagi beberapa profesi.
Misalnya blogger yang mana kegiatannya tidak lepas dari publikasi konten. Ternyata, teknologi Artificial Intelligence (AI) dapat melakukan hal yang sama dengan hasil yang lebih baik, karena sudah menerapkan aturan penggunaan tata bahasa, tanda baca, dan sebagainya.
Semua itu bisa diprogram sehingga menghasilkan tulisan sejenis yang lebih baik dari segi aturan tata bahasa. Namun, bagaimana dari segi ide?
Saya yakin manusia lebih baik daripada mesin. Mencari ide-ide baru tidak dapat dilakukan oleh mesin, karena mereka tidak mempunyai kemampuan berpikir secara independen. Mereka bekerja tergantung program yang ditanam.
Benar, bahwa teknologi Artificial Intelligence (AI) dikombinasikan dengan machine learning, data science, dan ilmu lainnya bisa memprediksi masa depan. Tetapi mesin tidak dapat mengambil keputusan yang akan berpengaruh kepada masa depan.
Dengan prediksi masa depan yang dapat dibantu oleh teknologi Artificial Intelligence (AI), justru seharusnya kita dapat mengambil keputusan yang lebih baik untuk mencegah sesuatu yang buruk terjadi. Itulah salah satu kelebihan kita sebagai manusia, yang mana mampu mengambil keputusan dan risiko, mengubah cara pandang, mempelajari sesuatu secara independen, dan seterusnya.
Teknologi sifatnya membantu agar pekerjaan-pekerjaan kita menjadi lebih ringan. Bayangkan jika semuanya harus kita kerjakan secara manual, progres pekerjaan kita pasti lambat. Dan itu artinya sebuah kemunduran.
Akankah Kehadiran ChatGPT Mempermudah Pekerjaan di Masa Depan?
Saya punya pengalaman salah obat yang diberikan oleh seorang dokter muda. Saat itu saya hanya mengalami diare, kemudian saya menemui dokter untuk mendapatkan obat yang cocok sekaligus surat keterangan sakit untuk diteruskan ke tempat kerja, sebagai bukti bahwa saya benar-benar sedang sakit dan tidak dapat masuk kerja. Jika tidak butuh surat keterangan sakit, sebenarnya saya merasa tidak perlu bertemu dokter.
Ternyata setelah meminum obat dari dokter muda itu, malamnya perut serasa ditusuk-tusuk, sakit sekali, hingga tidak dapat tidur sampai subuh.
Besoknya saya langsung menuju rumah sakit dengan membawa obat dari dokter muda tersebut, karena saya yakin ada yang salah dengan obat ini.
Dan ternyata menurut dokter yang saya ditemui di rumah sakit, obat yang saya minum cukup berbahaya karena mengakibatkan tidak dapat BAB. Beliau melarang untuk melanjutkan minum obat tersebut.
Mungkin hal-hal seperti ini tidak perlu terjadi jika ChatGPT dapat membantu memberikan solusi dalam waktu cepat, tanpa membuat pasien menunggu. Tentu hal ini sangat membantu. Jauh lebih baik daripada membuka buku dihadapan pasien, dan membuat pasien menunggu dokter menemukan jenis obat yang cocok.
Namun bukan berarti, pada akhirnya skill dokter tidak diperlukan. Mesin mungkin dapat menentukan obat-obatan yang harus diberikan kepada pasien setelah diberitahu (input) mengenai gejala-gejala suatu penyakit, dan berdasarkan logika yang sudah ditanam, maka pasien harus diberi obat A dengan dosis sekian.
Kenyataannya, dokter manusia lebih mengerti kondisi pasiennya karena dialah yang berinteraksi langsung dengan pasien. Dokter yang dapat mengambil keputusan apakah dosis obat diberikan sesuai teori atau sesuai kondisi pasien.
Contoh lain, mahasiswa bikin makalah tinggal bertanya lewat ChatGPT? Ya bagus dong. Biaya lebih murah, waktu lebih cepat. Tetapi tentunya harus bertanggung jawab juga ketika diuji tentang pengertian mereka terhadap makalah tersebut.
Jika tidak bisa menjawab, sebagus apapun makalahnya mana bisa lulus. Ada bagusnya juga jika mereka ditantang untuk mengimplementasikan teori yang mereka paparkan dalam makalah di metaverse.
Tujuannya untuk meyakinkan diri bahwa mahasiswa akan dapat mengimplementasikannya dengan baik di dunia nyata kelak. Jadi pada akhirnya, sudah tidak perlu lagi memusingkan apakah makalah dibuat dengan menggunakan ChatGPT atau teknologi sejenis, atau dibuatkan orang lain, dan seterusnya
Sama saja dengan ujian open book. Boleh buka buku ketika ujian berlangsung, karena ujiannya bukan hafalan.
Saat ini, mungkin dunia belum siap menghadapi fenomena penggunaan chatGPT. Dikabarkan universitas di Perancis melarang mahasiswanya untuk menggunakan ChatGPT untuk menyelesaikan tugas.
Mungkin saat ini ChatGPT masih kaku, jadi terlihat sekali kalau hasil generate mesin dan mungkin hasilnya belum terlalu benar. Tetapi pada akhirnya saya rasa penggunaan ChatGPT tidak akan dapat dibendung. Apalagi kalau selamanya gratis dan hasilnya makin bagus. Saat ini, mungkin hasilnya masih dianggap selevel hasil kerja google translate yang kurang baik untuk menerjemahkan kalimat.
ChatGPT, sebaiknya hanya dijadikan sebagai alat bantu, sebagus apapun pengembanganya nanti.
Betul, bahwa dia dapat menghasilkan "sesuatu" dari hasil interaksi dengan manusia. Jika dia tidak punya jawaban atas pertanyaan kita, dia akan balik bertanya, pertanyaan yang mengarahkan.
Semoga ChatGPT dapat terus diupgrade agar mendekati kebutuhan kita, sehingga kita punya waktu meningkatkan diri.
Kita tidak belajar dari mesin atau robot pintar, tetapi kita dapat menjadikan mesin atau robot itu sebagai asisten atau alat bantu untuk mempermudah hidup. Mesin dibuat oleh manusia, jadi seharusnya kita tidak belajar "lagi" pada mesin (teknologi).
Jadikanlah teknologi sebagai alat bantu dalam hidup. Let's welcome this "new" technology, walau dasar ilmunya gak baru-baru banget juga, tetapi idenya, menurut saya, cukup brilian.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "ChatGPT sebagai Model Referensi Terbaru?"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.