Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Apakah kamu pernah merasa bingung saat mendiskusikan masalah kesehatan mental dengan seseorang?
Atau pernahkah kamu kebingungan sendiri ketika coba menyampaikan perasaan kamu sendiri kepada tenaga ahli di bidang kesehatan mental karena ragu jika kata-katamu tidak bisa mewakili apa yang sebenarnya kamu maksud?
Permasalahan seperti di atas sering dialami banyak orang terutama meraka yang awam dan tak mengerti tentang istilah psikologi. Ketika kita mencoba mendeskripsikan keadaan kita dengan baik, kita pasti akan berusaha menghindari penyalahgunaan istilah psikologi umum karena tidak mengerti maksud dan maknanya.
Apalagi terdapat banyak sekali istilah dalam dunia psikologi. Maka dari itu, memahami perbedaan antara berbagai istilah psikologi tersebut menjadi penting jika kamu ingin bisa mengutarakan permasalahan yang mengganggu kesehatan mentalmu dengan akurat.
Dengan memahami berbagai istilah dalam psikologi, kita bisa memahami pengalaman dan perasaan diri kita sendiri, serta ketika kita coba menjelaskan apa yang dirasakan kepada orang lain terutama para profesional kesehatan mental akan lebih efektif.
Pada kesempatan ini saya akan coba menjelaskan tentang 7 istilah dalam psikologi yang maknanya berbeda namun kerap dianggap sama saja.
Sebelum lebih jauh membahas mengenai istilah dalam psikologi, akan lebih baik jika kita tahu lebih dulu tentang apa sebenarnya psikologi itu.
Pada dasarnya, psikologi adalah bidang yang kompleks dan terus berkembang yang berupaya memahami pikiran dan perilaku manusia.
Dengan psikologi, kita jadi bisa mempelajari dan mengetahui pikiran, perasaan, dan perilaku setiap manusia.
Tentu dalam menjelaskan pikiran, perasaan, dan perilaku manusia ini, akan menggunakan beberapa istilah tertentu dalam psikologi.
Ada banyak istilah dalam psikologi yang sering digunakan seolah-olah artinya sama, padahal makna dan implikasinya berbeda.
Misalnya, mencampuradukkan perasaan dan emosi lantas menganggap keduanya adalah hal yang sama.
Atau, yang sering kita temui, menggunakan kata depresi dan sedih tanpa mengetahui perbedaan di antara keduanya.
Atau, kenapa ada psikolog dan ada psikiater? Kenapa namanya berbeda kalau kerjaannya itu-itu juga? Apa bedanya?
Beberapa pertanyaan tadi akan menyebabkan kebingunan, kesalahpahaman, dan bahkan pada kasus ekstrem dapat menyebabkan kesalahan diagnosis terkait gangguan dan perawatan kesehatan mental (seharusnya tidak sampai ekstrem karena praktisi yang profesional dan ahli dapat menggali kebutuhan klien dengan tepat).
Maka dari itu, sebelum kita menggunakan istilah dalam psikologi untuk menjelaskan apa yang kita rasakan, ada baiknya pahami dulu 7 istilah psikologi yang kerap kali dianggap memilki makna sama padahal sebenarnya berbeda.
Perasaan dan emosi kurang lebih membahas hal yang terlihat sama; bahagia, sedih, dan lain-lain. Akan tetapi, emosi lebih intens dari perasaan.
Apa maksudnya?
Perasaan lebih mengacu kepada pengalaman subjektif dari kondisi mental seseorang. Umumnya perasaan sering digambarkan dengan kata-kata seperti, bahagia, sedih, marah, atau cemas.
Selain itu, perasaan dapat muncul dari berbagai sumber, termasuk peristiwa eksternal dan pemikiran atau keyakinan internal. Mereka biasanya lebih sementara dan dapat berfluktuasi sepanjang hari.
Sementara emosi merupakan keadaan psikologis kompleks yang melibatkan kombinasi gairah fisiologis, perasaan subjektif, dan ekspresi perilaku.
Tidak seperti perasaan, emosi memiliki pemicu yang lebih spesifik dan dapat diidentifikasi, seperti peristiwa atau situasi yang signifikan. Emosi juga lebih intens dan bertahan lebih lama daripada perasaan.
Dalam psikologi, terdapat teori-teori mengenai emosi dasar manusia, yang mana jika pembaca sekalian ingin memahaminya, salah satunya adalah dengan mengkaji film Inside Out (2015), yang pembuatan filmnya diasistensi oleh pakar emosi, Dr. Paul Ekman.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa perasaan bersifat temporer dan bisa bersumber dari banyak hal, sementara emosi adalah perasaan yang sudah naik kelas; ia bersifat lebih kuat dan intens, selain itu sumber dari emosi adalah kejadian yang cukup signifikan dalam hidup.
Perasaan mudah berubah-ubah, sedangkan emosi lebih sulit hilang dan pergi. Umumnya, emosi akan terlihat dalam perilaku sedangkan perasaan tidak.
Hari yang cerah membuat semua orang merasa bahagia, tapi hari yang cerah belum tentu membuat semua orang mengalami emosi bahagia, tergantung seberapa signifikan 'hari yang cerah' dalam hidup orang yang mengalaminya.
Di zaman dengan masyarakat yang memiliki kesadaran akan kesehatan mental lebih baik, kita sering mendengar hingga mengenal istilah seperti depresi.
Meskipun demikian, depresi seringkali dianggap sama dengan sedih, atau sebaliknya. Padahal hal tersebut bisa berpotensi mengglorifikasi sedih dan meremehkan depresi. Perlu dicatat, depresi dan sedih adalah dua hal yang berbeda.
Sedih merupakan respons emosional yang normal dan niscaya terjadi pada situasi sulit atau menantang yang dialami oleh seseorang.
Sedih adalah perasaan sakit atau ketidaknyamanan emosional yang sering disertai dengan tangisan, suasana hati yang buruk, dan penurunan energi atau motivasi. Kesedihan biasanya bersifat sementara dan dapat diselesaikan setelah situasi sulit tersebut berlalu.
Sementara depresi merupakan kondisi kesehatan mental yang melibatkan perasaan sedih dan putus asa yang terus-menerus dan parah.
Hal ini merupakan gangguan mood yang bisa mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memiliki gejala fisik, seperti perubahan nafsu makan, gangguan tidur, dan penurunan energi.
Perlu digarisbawahi bahwa depresi lebih dari sekadar merasa sedih. Depresi adalah keadaan yang secara terus-menerus dan meresap di dalam diri seseorang serta bisa berlangsung selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun.
Untuk menentukan apakah seseorang depresi, perlu diagnosis dari seorang profesional bersertifikasi.
Jadi, ketika seseorang merasa sedih, belum tentu berarti ia sedang mengalami depresi. Sebab, kesedihan adalah bagian normal dari pengalaman manusia, bahkan dapat bermanfaat sebagai cara untuk memproses emosi dan pengalaman yang sulit.
Sementara depresi, adalah kondisi medis yang memerlukan diagnosis dan perawatan profesional.
Selanjutnya ada kepribadian dan karakter. Kedua hal ini sering dianggap sama, padahal sebenarnya berbeda.
Kepribadian mengacu pada kumpulan sifat dan pola perilaku yang relatif konsisten dari waktu ke waktu dan lintas situasi. Ini mencakup berbagai faktor, termasuk temperamen, sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai.
Ciri-ciri kepribadian dapat diukur dan sering digunakan untuk memprediksi perilaku seseorang. Sebab, kepribadian dapat memberikan wawasan tentang bagaimana individu cenderung merespons dalam situasi yang berbeda.
Di sisi lain, karakter mengacu pada kualitas moral dan etika seseorang. Karakter ini melibatkan kemampuan untuk membedakan yang benar dari yang salah dan untuk bertindak sesuai dengan nilai serta prinsip seseorang.
Sementara kepribadian lebih fokus pada perbedaan individu dalam perilaku dan temperamen, karakter berkaitan dengan nilai-nilai moral dan etika yang dimiliki bersama lintas budaya dan masyarakat.
Ada sebuah analogi yang dapat membantu kita memahami perbedaan antara kepribadian dan karakter. Kepribadian seperti merek dan model mobil, ia memberikan informasi tentang desain dan kemampuan mobil. Sementara karakter, diibaratkan seperti pengemudi mobil yang menentukan bagaimana mobil dikemudikan dan ke mana perginya.
Ada banyak istilah untuk menjelaskan ketidaknyamanan yang kita alami, di antanya stres dan cemas. Apakah keduanya memiliki makna yang sama?
Tidak, stres dan cemas adalah dua hal yang berbeda. Stres merupakan respons alami terhadap ancaman atau tuntutan yang dialami oleh seseorang.
Stres adalah keadaan terangsang yang memicu serangkaian respons fisiologis dan psikologis yang dirancang untuk membantu kita mengatasi situasi yang menantang.
Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu stres, seperti pekerjaan, hubungan, kesulitan keuangan, atau penyakit fisik.
Stres memang bisa menjadi tidak menyenangkan dan tidak nyaman, tapi stres adalah bagian kehidupan yang normal dan bahkan perlu.
Di sisi lain, kecemasan adalah kekhawatiran atau ketakutan yang terus-menerus dan berlebihan tentang kejadian atau situasi di masa depan.
Tidak seperti stres, yang biasanya merupakan respons terhadap pemicu tertentu, kecemasan dapat bertahan meski tidak ada ancaman yang dapat diidentifikasi.
Kecemasan dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari dan dapat menyebabkan gejala fisik seperti detak jantung yang cepat, berkeringat, dan ketegangan otot.
Stres dan kecemasan mungkin memiliki beberapa ciri umum yang serupa, namun kedua hal ini adalah pengalaman psikologis yang berbeda.
Jadi secara sederhana bisa dikatakan bahwa stres adalah respons normal dan adaptif terhadap situasi yang menantang, sedangkan kecemasan adalah kekhawatiran atau ketakutan yang lebih persisten dan berlebihan.
Memahami perbedaan antara istilah-istilah ini dapat membantu individu mengidentifikasi dan mencari pengobatan yang tepat untuk masalah kesehatan mental dengan lebih baik.
Istilah neurosis digunakan untuk menggambarkan berbagai kondisi kesehatan mental seseorang, termasuk gangguan kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan somatik.
Neurosis ditandai dengan kesusahan dan gangguan fungsi, tetapi individu tetap berhubungan dengan kenyataan. Namun, dalam psikologi modern istilah neurosis tidak lagi digunakan untuk mendiagnosis kondisi kesehatan mental tertentu.
Selanjutnya, psikosis mengacu pada kondisi kesehatan mental yang parah yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan kenyataan, termasuk gejala seperti halusinasi, delusi, dan pemikiran yang tidak teratur.
Psikosis dapat menjadi gejala dari beberapa kondisi kesehatan mental, termasuk skizofrenia, gangguan bipolar, dan depresi berat.
Istilah psikosis dan neurosis memang tidak lagi digunakan sebagai istilah diagnostik, tapi memahami konteks historisnya dapat membantu individu lebih memahami evolusi diagnosis dan pengobatan kesehatan mental.
Istilah selanjutnya yang sering dianggap sama adalah mekanisme koping dan mekanisme pertahanan.
Mekanisme koping lebih mengacu pada upaya aktif yang dilakukan individu untuk mengelola stres atau mengatasi situasi yang sulit.
Strategi mengatasi situasi yang sulit ini bisa dalam bentuk pemecahan masalah, mencari dukungan sosial, terlibat dalam teknik relaksasi, dan pendekatan proaktif lainnya untuk mengelola stres.
Mekanisme koping ini umumnya dipandang sehat dan adaptif, sebab membantu individu mengelola situasi sulit dengan cara yang konstruktif dan proaktif.
Sementara mekanisme pertahanan adalah strategi psikologis bawah sadar yang digunakan individu untuk melindungi diri dari emosi yang tidak menyenangkan seperti kecemasan, rasa bersalah, dan rasa malu. Mekanisme pertahanan ini banyak dibahas dalam literatur psikoanalisis.
Mekanisme pertahanan dapat mencakup represi, penyangkalan, proyeksi, dan strategi bawah sadar lainnya yang digunakan individu untuk menghindari emosi atau pikiran yang tidak nyaman.
Maka dari itu, mekanisme pertahanan biasanya dipandang sebagai hal yang tak sehat dan maladaptif dalam jangka panjang sebab hanya memberikan kelegaan sementara.
Selain itu mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan penghindaran masalah penting dan kesulitan dalam hubungan interpersonal.
Baik mekanisme koping maupun mekanisme pertahanan, keduanya dapat digunakan untuk mengelola stres. Meskipun demikian, keduanya merupakan pendekatan yang berbeda secara fundamental.
Mekanisme koping bersifat proaktif dan sadar, sedangkan mekanisme pertahanan bersifat otomatis dan tidak sadar.
Memahami perbedaan antara mekanisme koping dan pertahanan dapat membantu individu mengelola stres dan emosi yang sulit dengan lebih baik dengan cara yang sehat dan konstruktif.
Kedua istilah ini sering sekali kita dengar. Apakah kamu tahu kalau sebenarnya psikiater dan psikolog itu adalah dua hal yang berbeda?
Psikolog adalah mereka yang menempuh jalur pendidikan S1 Psikologi dan melanjutkan S2 Profesi Psikologi. Sementara Psikiater adalah mereka yang menempuh jalur pendidikan S1 Kedokteran kemudian melanjutkan pendidikan spesialis gangguan jiwa (Sp.Kj). Jadi, pendekatannya akan berbeda.
Seorang psikolog adalah profesional kesehatan mental yang biasanya memiliki gelar doktor dalam bidang psikologi dan dilatih dalam studi tentang perilaku manusia serta proses mental.
Psikolog bekerja dengan individu, pasangan, keluarga, dan kelompok untuk memberikan terapi, konseling, dan intervensi lain untuk berbagai masalah kesehatan mental.
Psikolog menggunakan berbagai teknik dan pendekatan berbasis bukti, seperti terapi perilaku-kognitif (CBT), terapi psikoanalitik, dan terapi humanistik, untuk membantu klien meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan mereka.
Sementara psikiater adalah dokter spesialisasi perawatan kondisi kesehatan mental yang telah menyelesaikan residensi di bidang psikiatri.
Jadi seorang psikiater dapat meresepkan obat dan memberikan intervensi medis lainnya, seperti terapi elektrokonvulsif (ECT) dan stimulasi magnetik transkranial (TMS) untuk perawatan kondisi kesehatan mental.
Psikiater juga dapat memberikan terapi, tetapi biasanya difokuskan pada manajemen pengobatan dan aspek pengobatan medis lainnya.
Psikolog dan psikiater sama-sama mengatasi individu dengan masalah kesehatan mental, tapi pelatihan dan kualifikasi mereka berbeda, serta peran mereka dalam perawatan dapat bervariasi.
Dalam psikologi, masih banyak istilah yang terlihat dan terkesan memiliki makna sama, padahal sebenarnya berbeda.
Untuk membantu kita menjelaskan soal kondisi kesehatan mental kita, mengetahui dan memahami tentang istilah psikologi sangat penting.
Kita semua dapat berperan dalam mempromosikan penggunaan bahasa yang akurat dan mengurangi kebingungan seputar konsep psikologis yang penting.
Dengan meluangkan waktu untuk mempelajari perbedaan ini dan menggunakannya secara akurat dalam percakapan kita sendiri, kita dapat meningkatkan komunikasi dengan ahli kesehatan mental dan orang-orang terkasih. Alhasil, pada akhirnya juga mendukung kesehatan mental kita sendiri.
Jadi, mari kita melangkah menuju kesehatan mental yang lebih baik dengan berkomitmen untuk selalu berusaha menggunakan bahasa yang tepat saat mendiskusikan topik psikologis.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "7 Istilah dalam Psikologi yang Berbeda Namun Sering Dianggap Sama"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.