Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andri Mastiyanto
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Andri Mastiyanto adalah seorang yang berprofesi sebagai Tenaga Kesehatan. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Daripada Dikirim ke Barak, Lebih Baik Rehabilitasi Sosial

Kompas.com - 17/05/2025, 19:06 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Program yang tengah dijalani Gubenur Jawa Barat, Dedi Mulyadi cukup menghebohkan terkait mengirim anak nakal di sekolah ke barak militer.

Daku (saya) pun tersentak mendengar hal itu,

Membayang program itu saya kemudian berpikir: apakah siswa-siswi nakal di sekolah akan dapat didikan penguatan karakter?

Ide ini terkuak ketika Kang Dedi dalam kunjungannya ke Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha, Batalyon Artileri Medan 9, di Purwakarta, Sabtu (3/5/2025), menegaskan bahwa kebijakan tersebut diambil demi kebaikan dan nasionalisme bangsa Indonesia.

Tapi apakah Kang Dedi mendengar kritik dari Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro yang menilai wacana Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengirim siswa nakal ke barak TNI sungguh tidak tepat. 

Atnike menilai bahwa TNI tidak memiliki kewenangan untuk dapat melakukan civic education atau pendidikan kewarganegaraan terhadap siswa-siswa yang dianggap nakal ini.

Patut dicermati, pernah terekspose pendidikan ala-ala militer (semi militer) di perguruan tinggi kedinasan menimbulkan jiwa-jiwa senioritas yang berujung kekerasan. 

Tentara yang baru lulus dari pendidikan dijadikan bahan obrolan warga disela-sela pos ronda "abis pendidikan masih galak-galak-nya, jangan disenggol". 

Tentara memang dididik untuk bela negara, terampil bela diri, menggunakan senjata, patuh pada satu komando, dan siap mengorbankan jiwa dan raga untuk negara.

Untuk itu kita mesti tahu dulu, apa sih kriteria siswa nakal yang akan dikirim ke barak TNI menurut kang Dedi?

Sebagaimana dilansir dari kompas.com, berikut ii kriteria anak-anak yang digolongkan nakal tersebut:

  • Tukang tawuran
  • Tukang mabok
  • Tukang main game online
  • Tukang begadang
  • Tukang bolos
  • Suka melawan orang tua dan pengancaman
  • Kerap membuat ribut di sekolah

Kang Dedi mengusulkan agar siswa yang berulang kali (tidak hanya sekali) melakukan pelanggaran berat dapat digembleng dalam lingkungan militer untuk menanamkan rasa disiplin dan tanggung jawab.

Selama enam bulan siswa akan dibina di barak dan tidak mengikuti sekolah formal. TNI yang akan menjemput langsung siswa ke rumah untuk dibina karakter dan perilakunya

Kenapa tidak mencoba mendidik karakter siswa bandel di Rehabilitasi Sosial? Kalau imagenya untuk pendidikan akan lebih pas di Rehabilitasi Sosial bukan di militer.

Daku bisa bilang begitu karena pernah berkerja di bagian Rehabilitasi NAPZA RSKO Jakarta (2015 s/d 2019) yang menggunakan konsep rehabilitasi sosial yang bersinergi dengan penanganan medis.

Saat berkerja di Unit Rehabilitasi NAPZA (Narkoba) RSKO Jakarta, Daku merasakan program Rehabilitasi NAPZA yang berbasis rehabilitasi sosial dapat merubah perilaku negatif pecandu ke perilaku warga pada umum-nya.

Dalam rehabilitasi narkoba, fokus utama adalah mengubah perilaku negatif pecandu agar mereka bisa hidup sehat, mandiri, dan bebas dari ketergantungan. 

Perilaku negatif pecandu narkoba yang harus diubah yang 11-13 dengan kenakalan siswa selama proses rehabilitasi sosial:

1. Ketergantungan terhadap zat (narkoba, bisa alkohol) - siswa tukang mabok

  • Apa yang diharapkan berubah: menghentikan penggunaan zat adiktif dan belajar hidup tanpa ketergantungan.

  • Pendekatan: terapi perilaku.

2. Denial (penyangkalan terhadap masalah yang mereka lakukan) - siswa tukang mabok & perilaku negatif.

  • Apa yang diharapkan berubah: mengakui bahwa diri mereka memiliki masalah dengan penggunaan zat atau perilaku negatif

  • Pendekatan: dengan konseling individu dan kelompok untuk membangun kesadaran diri bahwa mereka harus berubah.

3. Perilaku manipulatif - siswa tukang mabok, bolos, main games online.

  • Apa yang diharapkan berubah: kebiasaan memanipulasi orang lain untuk mendapatkan zat adiktif atau menghindari tanggung jawab.

  • Pendekatan: terapi perilaku dan penguatan nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab.

4. Anti sosial atau isolasi sosial - siswa tukang mabok, suka bolos, suka tawuran, suka main games online

  • Apa yang diharapkan berubah: Menghindari dari lingkungan sosial yang kurang sehat atau menolak aturan sosial.

  • Pendekatan: terapi kelompok dan kegiatan sosial yang membangun keterampilan interpersonal.

5. Impulsivitas dan kontrol diri yang lemah - siswa tukang mabok, tukang tawuran, suka bolos

  • Apa yang diharapkan berubah: Kesulitan diri menahan keinginan untuk menggunakan zat adiktif, mudah tersulut, lari dari tanggung jawab.

  • Pendekatan: terapi kognitif dan pelatihan mengendalikan emosi.

6. Ketergantungan pada lingkungan dan teman sebaya perilaku negatif - siswa tukang mabok, tukang tawuran, tukang bolos, dll

  • Apa yang diharapkan berubah: memutus hubungan dengan teman-teman yang mendorong penggunaan zat adiktif dan perilaku negatif.

  • Pendekatan: pembentukan jaringan sosial baru yang mendukung perubahan perilaku positif.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Wisuda TK Lengkap dengan Toga dan Lainnya, Belebihan?
Wisuda TK Lengkap dengan Toga dan Lainnya, Belebihan?
Kata Netizen
Jika Kita Tinggal di Rumah Subsidi Seluas 14 Meter Persegi
Jika Kita Tinggal di Rumah Subsidi Seluas 14 Meter Persegi
Kata Netizen
Kini Naik Bus dari Bogor ke Jakarta Kurang dari 'Goceng'
Kini Naik Bus dari Bogor ke Jakarta Kurang dari "Goceng"
Kata Netizen
Diet Saja Tak Cukup untuk Atasi Perut Buncit
Diet Saja Tak Cukup untuk Atasi Perut Buncit
Kata Netizen
Bisakah Berharap Rusun Bebas dari Asap Rokok?
Bisakah Berharap Rusun Bebas dari Asap Rokok?
Kata Netizen
Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Kata Netizen
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Kata Netizen
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Kata Netizen
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Kata Netizen
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Kata Netizen
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Kata Netizen
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Kata Netizen
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Kata Netizen
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Kata Netizen
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau