Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Jadi emang di dalam masyarakat peran kader TB sangat penting dalam upaya mengurangi kasus TB, terutama di negara-negara berkembang sebab TB masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Dengan adanya kader TB, harapannya penderita TB dapat ditemukan dan diobati lebih awal sehingga dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut dan memperbaiki kualitas hidup penderita TB dan keluarganya.
Akan tetapi, dalam mendeteksi, mengedukasi, serta memfasilitasi pengobatan, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh para kader TB ini.
Di antaranya adalah pengetahuan kader yang belum optimal mengenai prosedur investigasi kontak, kurangnya kepercayaan dari masyarakat terhadap kader TB, keterbatasan keterlibatan kader dalam melakukan tugasnya, kurangnya alat bantu pendidikan dan informasi (KIE) yang tersedia di lapangan, kurang optimalnya kolaborasi antara kader TB dengan pelayanan kesehatan primer, dan masalah terkait dengan pengumpulan data mengenai kontribusi kader dalam layanan kesehatan primer.
Dengan penemuan kasus TB di tahun 2022 lalu dengan angka tertinggi hingga lebih dari 700 ribu, maka sebetulnya pemerintah patut bangga. Meski memang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pemerintah terutama terkait kendala yang dialami oleh para kader TB.
Jika kendala-kendala yang dihadapi oleh kader TB dapat segera diatasi oleh pemerintah maka tentu harapanya capaian deteksi kasus TB akan semakin baik di masa yang akan datang.
Untuk sekarang, mari beri apresiasi bagi seluruh pihak yang telah terlibat dalam penemuan dan penanganan kasus-kasus TB di Indonesia selama ini, mulai dari pemerintah, pembuat kebijakan, tenaga kesehatan, hingga kader, serta seluruh masyarakat yang terlibat.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Membuka Mata terhadap Peran Kader Tuberkulosis"