Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dokter Andri Psikiater
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Dokter Andri Psikiater adalah seorang yang berprofesi sebagai Dokter. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Penggunaan Ganja Bisa Memperparah Gejala Psikosis

Kompas.com - 20/11/2023, 16:44 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Salah satu topik penelitian dan perdebatan yang terus berlangsung di dunia kesehatan adalah hubungan antara penggunaan ganja dan psikosis.

Perlu diketahui, gejala psikosis yang utama adalah kebingungan, kekacauan proses pikir, halusinasi dan delusi (waham) seperti yang sering kita temukan pada pasien gangguan skizofrenia.

Meski seseorang yang menderita gangguan psikotik telah ditemukan memiliki tingkat penggunaan ganja yang tinggi, pertanyaannya adalah apakah ganja berkontribusi terhadap risiko psikosis tetap kompleks dan beragam serta menimbulkan banyak pertentangan dari para pendukung legalisasi ganja.

Terkait hal ini sebenarnya telah banyak data yang menunjukkan bahwa banyak masalah terkait penggunaan ganja dan timbulnya gejala psikosis di negara-negara yang melegalisasi ganja untuk penduduknya seperti Belanda dan Kanada.

Penggunaan Ganja dan Psikosis: Korelasi atau Sebab Akibat?

Secara konsisten beberapa penilitian yang dilakukan menunjukkan hubungan antara penggunaan ganja dan peningkatan risiko psikosis. Namun, penting untuk dicatat bahwa korelasi tidak selalu menyiratkan sebab akibat.

Hubungan antara ganja dan psikosis kemungkinan besar bersifat dua arah dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kerentanan genetik, pengaruh lingkungan, dan perbedaan individu.

Salah satu hipotesisnya adalah bahwa penggunaan ganja dapat bertindak sebagai faktor yang berkontribusi dalam perkembangan psikosis di antara individu yang rentan.

Sebuah studi longitudinal telah menemukan bahwa penggunaan ganja yang berat dan teratur selama masa remaja dikaitkan dengan peningkatan risiko pengembangan gangguan psikotik di kemudian hari.

Akan tetapi, sangat penting untuk mempertimbangkan bahwa tidak semua pengguna ganja mengembangkan psikosis, dan faktor-faktor lain, seperti kecenderungan genetik dan kondisi kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya, dapat berinteraksi dengan penggunaan ganja untuk meningkatkan risiko.

Dampak Ganja pada Perjalanan Penyakit Psikotik

Dari penelitian yang telah dilakukan, penggunaan ganja dapat berdampak negatif pada perjalanan dan outcome gangguan psikotik. Individu dengan skizofrenia atau gangguan psikotik lainnya yang menggunakan ganja cenderung mengalami gejala yang lebih parah, tingkat kekambuhan yang lebih tinggi, dan fungsi keseluruhan yang lebih buruk dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan ganja.

Penggunaan ganja telah dikaitkan dengan timbulnya psikosis yang lebih awal, peningkatan rawat inap, dan berkurangnya respons terhadap pengobatan.

Sampai saat ini mekanisme yang mendasari hubungan antara ganja dan psikosis masih belum sepenuhnya dipahami. Salah satu keungkinannya adalah bahwa senyawa psikoaktif tetrahidrokanabinol (THC) yang terdapat dalam ganja dapat mengganggu keseimbangan neurotransmiter di otak, terutama dopamin, yang telah terlibat dalam perkembangan psikosis.

Selain itu, penggunaan ganja juga dapat berinteraksi dengan faktor risiko lain, seperti stres, trauma, atau kerentanan genetik, untuk meningkatkan kemungkinan berkembangnya psikosis atau memperburuk gejala yang ada.

Jangan Coba-coba Menggunakan Ganja

Perlu diketahui. hubungan antara penggunaan ganja dan psikosis sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Meskipun memang penggunaan ganja secara konsisten dikaitkan dengan peningkatan risiko psikosis, akan tetapi sangat penting untuk mengenali bahwa penyebabnya belum ditetapkan secara pasti.

Interaksi antara kerentanan genetik, faktor lingkungan, dan karakteristik individu kemungkinan besar berkontribusi pada hubungan yang kompleks.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Masih Adakah Harapan di Tengah Keputusasaan?

Masih Adakah Harapan di Tengah Keputusasaan?

Kata Netizen
Dodol Wijen, Dodol Tradisional dari Desa Serdang Kulon

Dodol Wijen, Dodol Tradisional dari Desa Serdang Kulon

Kata Netizen
Penulis dan Penerbit Merugi di Hadapan Pembajakan Buku

Penulis dan Penerbit Merugi di Hadapan Pembajakan Buku

Kata Netizen
Apa Saja yang Disiapkan Sebelum Jelajah Pulau Jeju, Korea Selatan?

Apa Saja yang Disiapkan Sebelum Jelajah Pulau Jeju, Korea Selatan?

Kata Netizen
Oktober sebagai Bulannya Para Penyayang Hewan, Kenapa?

Oktober sebagai Bulannya Para Penyayang Hewan, Kenapa?

Kata Netizen
Praktik Joki Ilmiah, Bagaimana Menghilangkannya?

Praktik Joki Ilmiah, Bagaimana Menghilangkannya?

Kata Netizen
Buka Warung Makan, Kapan Waktu yang Tepat Rekrut Pegawai?

Buka Warung Makan, Kapan Waktu yang Tepat Rekrut Pegawai?

Kata Netizen
Katanya Susah Nabung, tetapi Belanja Terus

Katanya Susah Nabung, tetapi Belanja Terus

Kata Netizen
BIsakah Menjamin Ketahanan Pangan lewat Real Food?

BIsakah Menjamin Ketahanan Pangan lewat Real Food?

Kata Netizen
Eksistensi Toko Buku Bekas di Tengah Era Disrupsi

Eksistensi Toko Buku Bekas di Tengah Era Disrupsi

Kata Netizen
Logika Kelas Ekonomi antara Kaya dan Miskin

Logika Kelas Ekonomi antara Kaya dan Miskin

Kata Netizen
Stigma hingga Edukasi tentang Vasektomi

Stigma hingga Edukasi tentang Vasektomi

Kata Netizen
Tradisi Ngedekne Rumah dan Oblok-Oblok Tempe Berkuah

Tradisi Ngedekne Rumah dan Oblok-Oblok Tempe Berkuah

Kata Netizen
Antara Buku, Pendidikan, dan Kecerdasan Buatan

Antara Buku, Pendidikan, dan Kecerdasan Buatan

Kata Netizen
Antisipasi Penipuan lewat Digital Banking

Antisipasi Penipuan lewat Digital Banking

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau