Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Uli Hartati
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Uli Hartati adalah seorang yang berprofesi sebagai Administrasi. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Katanya Susah Nabung, tetapi Belanja Terus

Kompas.com - 08/10/2024, 13:46 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Fenomena doom spending ini erat kaitannya dengan kebiasaan untuk menghilangkan stres dan kondisi ekonomi seseorang.

Apalagi ketika merasa tidak mampu mencapai stabilitas finansial atau merasa terlalu jauh dari impian seperti "menjadi kaya," hal itu bisa memicu perilaku belanja impulsif sebagai bentuk pelarian atau penghiburan. 

Mungkinkah itu yang aku alami? Atau perasaan YOLO "You Live Only Once?" entahlah, aku sering melihat temna-temanku yang kaya tak bahagia, kadang mereka bingung bagaimana mendapatkan kebahagiaan dari uang yang dimilkinya. Sementara aku uang yang ada padahal tak banyak tapi kok bisa bahagia ya ngabisin uang haha.

Dalam psikologi, kondisi ini dikenal sebagai escapism---menggunakan kegiatan tertentu, seperti belanja, untuk melarikan diri dari kenyataan yang penuh tekanan.

Selain itu, stres karena beban ekonomi yang tinggi dapat membuat seseorang merasa kehilangan kontrol atas keuangannya, dan mereka mungkin berpikir, "Jika tidak bisa menjadi kaya, lebih baik menikmati hidup sekarang dengan menghabiskan uang."

Doom Spending, Mengapa Generasi Z dan Milenial Rentan dan Tips Menghindarinya

Ketika kemudahan akses digital, generasi Z dan milenial sering kali terjebak dalam perilaku belanja impulsif atau lazim disebut dengan "doom spending"

Fenomena ini bisa jadi muncul karena penggunaan teknologi yang mendukung kemampuan belanja online dengan cepat dan tanpa batas. Namun, apa sebenarnya doom spending, dan bagaimana cara mengelolanya?

Apa Itu Generasi Z dan Milenial?

Generasi Z (kelahiran pertengahan 1990-an hingga awal 2000-an) dan milenial (kelahiran antara awal 1980-an hingga pertengahan 1990-an) adalah generasi yang tumbuh di era teknologi dan informasi.

Gen Z cenderung terbiasa dengan teknologi digital dan memiliki kecenderungan dalam gaya hidup yang lebih terhubung secara online. Kalo aku ya lebih jago dari Gen Z haha dari teknologi sederhana sampai secanggih hari ini.

Apa Itu Doom Spending?

Doom spending merujuk pada kebiasaan belanja yang dilakukan tanpa pertimbangan matang, seringkali karena dorongan emosi atau impulsif.

Ini bisa terjadi saat seseorang membeli barang yang tidak diperlukan atau melebihi kemampuan finansialnya, sering kali tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang. Nah, seperti diawal bahwa doom spending ini punya kaitan dengan kondisi psikis seseorang.

Apa yang Dirasakan Saat atau Setelah Doom Spending?

Aku pribadi biasanya nggak merasa apa-apa sih, mungkin juga karena yang aku beli adalah kebutuhan atau keinginan yang sudah lama aku tunda?

Namun bila itu adalah fenomena doom spending biasanya pelaku setelah melakukan doom spending mungkin merasakan penyesalan, kecemasan finansial, atau bahkan tekanan psikologis karena keputusan impulsif tersebut. 

Hal ini bisa mempengaruhi kesejahteraan mental dan finansial jangka panjang. Duh apalagi ya saat ini paylater itu kek menjerat GenZ belanja tanpa ada uang tetap bisa punya barang.

Tip Menghindari Doom Spending

1. Buat Rencana Belanja 

Tetapkan anggaran dan prioritas belanja sebelum memasuki toko atau situs online, sebagai Ibu aku juga udah punya anggaran buat belanja kebutuhan dapur, kamar mandi, laundry, dan alokasi pendidikan anak, kewajiban Utaman dulu pokoknya.

2. Berikan Batas Waktu

Beri diri waktu untuk memikirkan pembelian, hindari belanja saat emosi sedang tidak stabil.

3. Evaluasi Kebutuhan vs Keinginan

Pertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya diinginkan. Masalahnya apa yang dibutuhkan biasanya ku inginkan sih haha becyandaa!

4. Gunakan Daftar Belanja

Banyak yang berhasil dengan melakukan ini, tulis daftar barang yang dibutuhkan sebelum berbelanja untuk menghindari impulsif belanja yang tidak perlu. Namun aku pribadi tidak melakukannya karena jarang juga melenceng kalau saat berbelanja

5. Kontrol Akses Digital

Batasi akses ke platform belanja online dan aplikasi e-commerce jika perlu. Untungnya aku generasi yang masih suka berbelanja offline dan merasa nggak asyik aja kalau beli online, kadang merasa terselamatkan juga.

Apa Saja yang Diperhatikan Sebelum Memutuskan Membeli Barang?

Sebelum membeli barang, penting untuk mempertimbangkan beberapa hal:

- Apakah barang tersebut benar-benar diperlukan?
- Apakah bisa membeli barang tersebut tanpa mengorbankan kebutuhan lain?
- Apakah ada opsi yang lebih murah atau lebih sesuai dengan anggaran?

Dengan mempertimbangkan hal-hal ini, generasi Z dan milenial dapat mengurangi risiko doom spending dan mengelola keuangan secara lebih bijak. Dengan begitu, kita bisa lebih fokus pada mencapai tujuan finansial jangka panjang dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Nggak Bisa Nabung, Kok Malah Belanja?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Buka Warung Makan, Kapan Waktu yang Tepat Rekrut Pegawai?

Buka Warung Makan, Kapan Waktu yang Tepat Rekrut Pegawai?

Kata Netizen
Katanya Susah Nabung, tetapi Belanja Terus

Katanya Susah Nabung, tetapi Belanja Terus

Kata Netizen
BIsakah Menjamin Ketahanan Pangan lewat Real Food?

BIsakah Menjamin Ketahanan Pangan lewat Real Food?

Kata Netizen
Eksistensi Toko Buku Bekas di Tengah Era Disrupsi

Eksistensi Toko Buku Bekas di Tengah Era Disrupsi

Kata Netizen
Logika Kelas Ekonomi antara Kaya dan Miskin

Logika Kelas Ekonomi antara Kaya dan Miskin

Kata Netizen
Stigma hingga Edukasi tentang Vasektomi

Stigma hingga Edukasi tentang Vasektomi

Kata Netizen
Tradisi Ngedekne Rumah dan Oblok-Oblok Tempe Berkuah

Tradisi Ngedekne Rumah dan Oblok-Oblok Tempe Berkuah

Kata Netizen
Antara Buku, Pendidikan, dan Kecerdasan Buatan

Antara Buku, Pendidikan, dan Kecerdasan Buatan

Kata Netizen
Antisipasi Penipuan lewat Digital Banking

Antisipasi Penipuan lewat Digital Banking

Kata Netizen
Apakah Kamu Termasuk Pendikte di Lingkungan Kerja?

Apakah Kamu Termasuk Pendikte di Lingkungan Kerja?

Kata Netizen
Tes Sidik Jari dari Sudut Pandang Psikologis

Tes Sidik Jari dari Sudut Pandang Psikologis

Kata Netizen
Utang, Paylater, dan Pinjol

Utang, Paylater, dan Pinjol

Kata Netizen
'Wedding Anniversary', Sederhana tetapi Penuh Makna

"Wedding Anniversary", Sederhana tetapi Penuh Makna

Kata Netizen
Bonding Orangtua Masa Kini, Anak adalah Teman

Bonding Orangtua Masa Kini, Anak adalah Teman

Kata Netizen
Kapan Sebaiknya Hewan Divaksin?

Kapan Sebaiknya Hewan Divaksin?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau