Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Perkembangan teknologi digital yang semakin pesat telah menghasilkan berbagai fasilitas kemudahan bagi kehidupan manusia.
Jika selama ini pikiran kita akan robot yang bergerak hadir di depan kita untuk melayani dan berbicara, maka saat ini robot canggih ada dalam genggaman kita.
Teknologi smartphone telah dilengkapi fasilitas Artificial Intelligence (AI). Alat ini mampu memberikan jawaban terhadap segala pertanyaan. Semua bidang bisa dijawab dengan cepat dan lugas.
Di dalam dunia pendidikan, mulai dari jenjang persekolahan hingga level perguruan tinggi, dalam 2 tahun terkahir, AI telah banyak dimanfaatkan. Segala hal yang terkait dokumen, chatbox AI akan menjadi sasaran pertama.
Misalnya, dalam pembuatan perangkat ajar guru, tinggal mengerikan judul di chatbox AI, dalam sepersekian detik dokumen yang dibutuhkan sudah siap. Bahkan untuk penulisan soal-soal ujian pun, banyak guru yang mulai menggunakan chatbox AI.
Sementara, di level pendidikan tinggi, chatbox AI dimanfaatkan untuk penulisan makalah, jurnal, tesis, disertasi dan beragam dokumen penelitian lainnya.
Di ujung tahun 2024, chatbox AI semakin ramah pengguna. Dalam layanan media sosial seperti WhatsApp, Meta AI hadir di posisi pertama pada kolom pencarian.
Beragam topik yang dibutuhkan pengguna media sosial saat ini sudah tersedia. Tinggal pilih topiknya, jawaban langsung tersedia.
Untuk mencari sejarah dan arti nama pun, bisa langsung ditanyakan ke Meta AI. Saya sampai terpukau dan terhibur membaca hasil rekomendasi jawaban dari AI.
Melihat respon Meta AI yang cepat dan seolah seseorang yang sedang menjawab pertanyaan one on one, maka layaklah kini AI teman curhat bagi banyak pengguna smartphone.
Termasuk mereka yang hari-harinya banyak duduk di depan komputer. AI pun telah hadir sebagai teman yang akan membuat orang tersenyum dan tertawa sendiri.
Begitu mudahnya teknologi AI menjawab kebutuhan, maka tentunya akan memberikan kepuasan kepada penggunanya.
Singkatnya, teknologi AI berupa chatbox AI, Meta AI, gemini, dll telah membuat persoalan seseorang bisa mendapatkan solusi dalam waktu singkat.
Tetapi, di balik kecanggihan dan kemudahan yang diberikan oleh AI, sebagai makhluk sosial kita perlu bijak dalam memanfaatkannya. Teknologi AI bukanlah sahabat sejati. Idealnya, AI adalah solusi alternatif.
Teknologi AI idealnya dimanfaatkan sebagi sumber infomarsi. Chatbox AI bukanlah manusia yang paham kebutuhan emosional kita dengan baik. Bukan pula solusi keuangan di saat dompet dan rekening sedang sekarat.
AI tak bisa menyelesaikan kondisi kelaparan di masa paceklik dan tungku dapur tak bisa berasap.
AI boleh menjadi teman curhat untuk situasi dan kondisi tertentu. Namun, demikian, kita tak boleh ketergantungan.
Berikut ini beberapa dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh ketergantungan pada AI sebagai teman curhat.
Pertama, berkurangnya kreatifitas. Terlalu bergantung pada chatbox GOT dan AI akan mengurangi kinerja otak yang berefek pada turunnya kreatifitas berpikir.
Memanfaatkan AI mendorong penurunan kreatifitas seseorang untuk menciptakan ide dan karya yang orisinil. Dengan kata lain, kemampuan menjiplak bisa lebih dominan.
Memang, AI mampu membuat tugas-tugas bisa tuntas dalam waktu singkat. Tinggal ketik di mesin pencari dan tekan enter, semua teori dan data yang dibutuhkan langsung tersaji. Copy dan paste, lalu edit beberapa hal detail, tugas selesai.
Kedua, melambatnya kemampuan literasi dan numerasi bagi pelajar. Mengutamakan fasilitas AI akan memanjakan pelajar, sehingga operasi hitung paling sederhana pun, siswa kelas 12 SMA juga tidak tahu karena semua hasil akhir diserahkan pada mesin AI untuk menjawabnya.
Tingkat kemampuan berpikir untuk menjelajahi informasi detail tak berjalan lagi Semua dikerjakan mesin AI.
Ketiga, berkurangnya kesadaran dan komunikasi sosial. Menjadikan AI teman curhat akan membuat kehidupan sosial seseorang lebih soliter.
Bisa dibayangkan, jika dalam sebulan seseorang tak bercakal-cakap dengan sesamanya, maka ia bisa kehilangan mood interaksi sosial.
Tingkat kepedulian pada sesama pun akan berkurang. Sehingga, pada kondisi sebaliknya lingkungan sosial akan berkurang kepedulian pada dirinya.
Masih banyak dampak negatif lainnya terkiat menjadikan AI teman curhat. Sejauh ini, ketiga hal di atas adalah yang paling dominan saya temukan di lingkungan kerja.
Robot AI kini dalam genggaman kita, tetapi hubungan komunikatif dengan sesama manusia tidak boleh diabaikan. Sisi emosional kita paling baik difasilitasi oleh hubungan sosial dengan sesama.
Jadi, AI bukanlah sahabat sejati, melainkan alternatif mencari solusi ketika komunikasi dengan manusia menemui jalan buntu.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "AI Bukan Sahabat Sejati Tetapi Alternatif Solusi"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.