Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Akhir semester tiba, pembicaraan mengenai perpisahan kelas maupun perpisahan sekolah atau wisuda terus terjadi
Ya, setiap tahun, masalah ini seakan tidak pernah habis dibicarakan. Terutama terkait dengan pergeseran konsep perpisahan yang kini sering disertai dengan wisuda.
Meski acara perpisahan sekolah sudah lama menjadi sebuah kebiasaan tapi adanya tambahan wisuda dengan toga membuat masalah ini semakin rumit. Mengapa kita perlu mencari solusi bagi permasalahan ini? Mari kita coba telaah bersama.
Seiring berjalannya waktu, acara perpisahan sekolah yang dahulu sederhana dan bermakna kini sering berubah menjadi perayaan yang mewah dan berbiaya tinggi.
Wisuda sekolah dengan toga yang awalnya hanya ada di perguruan tinggi, kini menjadi tren yang diikuti oleh banyak sekolah.
Padahal wisuda sesungguhnya adalah acara yang dilakukan untuk menandai keberhasilan menyelesaikan pendidikan tinggi, bukan sekolah dasar atau menengah. Hal ini memunculkan pro dan kontra di kalangan orangtua dan masyarakat.
Salah satu alasan mengapa masalah ini terus menjadi pergunjingan adalah karena kurangnya kesepahaman antara berbagai pihak terkait tujuan acara perpisahan sekolah.
Pada dasarnya acara perpisahan sekolah adalah momen yang penuh kenangan. dimana siswa, orangtua, dan guru dapat merayakan perjalanan pendidikan yang telah dilalui bersama.
Ini adalah saat yang tepat bagi siswa untuk mengucapkan terima kasih kepada guru dan teman-temannya. serta untuk menyimpan kenangan manis selama bersekolah.
Namun, sejak adanya wisuda sekolah lalu banyak yang merasa bahwa acara ini lebih menekankan pada prestise dan kemewahan, bukan pada makna sejatinya.
Seringkali, orangtua merasa tertekan untuk mengeluarkan biaya besar. meskipun sebagian besar siswa hanya ingin merayakan kelulusan dengan cara yang sederhana namun bermakna.
Ada juga orangtua yang merasa keberatan dengan biaya yang dikeluarkan. karena tidak semua keluarga memiliki kemampuan finansial yang sama.
Pergeseran ini semakin jelas ketika acara perpisahan tidak lagi hanya melibatkan siswa dan guru tetapi juga orangtua.
Tidak jarang beberapa orangtua merasa kesulitan mengikuti kemewahan acara yang diinginkan, padahal mereka hanya ingin momen itu berlangsung dengan sederhana.
Inilah sebabnya mengapa perpisahan sekolah yang dulu dilakukan dengan penuh kehangatan kini seringkali menimbulkan ketegangan antar orangtua.
Tidak bisa dimungkiri bahwa perkembangan zaman memang mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap banyak hal termasuk konsep perpisahan sekolah.
Dalam era media sosial seperti sekarang pun dokumentasi menjadi segalanya. Namun, alangkah bijaknya jika dokumentasi itu bukan sekadar menampilkan kemewahan. melainkan merekam momen penuh makna yang mempererat hubungan antar siswa, guru, dan orangtua.
Satu video dokumenter yang sederhana namun penuh kisah bisa lebih berharga dibanding ratusan foto dengan latar dekorasi mahal namun "b aja".
Sekolah sebagai lembaga pendidikan seharusnya bisa lebih bijak dalam menyikapi fenomena ini. Pada dasarnya, acara perpisahan adalah bagian dari fase akhir pendidikan yang perlu diadakan. tetapi tidak harus dilaksanakan dengan kemewahan. Yang terpenting adalah makna dari perpisahan itu sendiri bukan kemegahannya.
Di sinilah peran guru dan pihak sekolah sangat penting dalam mengarahkan para orangtua agar memahami tujuan utama dari acara tersebut.
Selain itu, ada baiknya jika sejak awal sekolah mengambil keputusan yang jelas mengenai perpisahan dan tidak melibatkan acara wisuda yang mengenakan toga.
Jadi, dengan menghindari kesan bahwa perpisahan harus megah maka sekolah dapat menghindari potensi kesalahpahaman dan konflik antar orangtua.
Sebaiknya sekolah memberikan pemahaman kepada orangtua bahwa acara perpisahan dapat diselenggarakan dengan sederhana dan tetap bermakna.
Perpisahan sekolah sebenarnya bukan hanya sekedar momen untuk merayakan kelulusan. tetapi juga sebagai kesempatan bagi siswa untuk mengenang perjalanan pendidikan mereka. Hal inilah yang harus menjadi fokus utama bukan sekadar mengenakan toga atau merayakan dengan pesta mewah.
Siswa dan orangtua harus lebih mengutamakan kenangan indah bersama teman-teman dan guru-guru. serta rasa hormat terhadap jasa-jasa yang telah diberikan selama masa sekolah.
Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah dengan membuat acara perpisahan yang lebih bersifat personal dan sesuai dengan kemampuan finansial orangtua. Misalnya, acara dapat dilakukan di lingkungan sekolah dengan format yang lebih sederhana.
Hal ini akan mengurangi beban biaya yang harus ditanggung oleh orangtua dan memungkinkan lebih banyak siswa untuk ikut serta tanpa merasa tertekan.
Tentu saja, untuk mencapainya diperlukan komitmen dari semua pihak ---sekolah, orangtua, Dinas Pendidikan dan pemerintah daerah.
Pemerintah daerah dan dinas pendidikan setempat perlu memberikan panduan yang jelas mengenai penyelenggaraan perpisahan sekolah. Mereka harus memberikan regulasi yang mengatur acara ini. sehingga tidak ada oknum yang menyelenggarakan perpisahan dengan cara yang terlalu mewah atau membebani orangtua.
Misalnya, aturan yang melarang penyelenggaraan acara perpisahan di hotel mewah, larangan untuk menyewa toga atau seragam khusus, dan larangan untuk mengadakan pesta besar dengan biaya yang tinggi.
Selain itu, kenang-kenangan atau cinderamata yang diberikan kepada siswa atau guru juga sebaiknya tidak menjadi beban yang harus ditanggung orangtua.
Kenangan yang paling berharga bagi siswa adalah bukan benda fisik melainkan pengalaman dan hubungan yang terjalin selama di sekolah.
Dengan adanya aturan semacam ini diharapkan perpisahan sekolah dapat kembali ke tujuan asalnya yakni sebagai momen yang penuh makna tanpa harus melibatkan pengeluaran yang berlebihan.
Pemerintah dan dinas pendidikan dapat mengedukasi masyarakat untuk menyelenggarakan acara yang sesuai dengan prinsip kesederhanaan dan kebermanfaatan.
Begitu pula dengan peran media massa dan para konten kreator pendidikan. Mereka bisa turut menyebarkan pesan bahwa perpisahan sekolah yang berkesan tidak harus dengan konsep wisuda. Justru, acara yang sederhana namun menyentuh hati akan lebih diingat sepanjang hayat.
Para orangtua juga perlu lebih bijaksana dalam menyikapi perpisahan sekolah. Mereka harus menyadari bahwa tidak perlu melibatkan biaya besar untuk membuat acara yang berkesan. Sederhana tidak berarti kurang berarti.
Kenangan yang dihasilkan dari acara yang penuh kehangatan, penuh kebersamaan, dan penuh penghargaan akan lebih dikenang lama oleh siswa daripada acara yang sekadar berfokus pada kemewahan dan kesan formalitas.
Mungkin kita perlu kembali menyadari bahwa pendidikan tidak hanya soal akademik tapi juga pendidikan karakter. Salah satunya adalah membiasakan anak-anak pada nilai kesederhanaan, empati, dan kebersamaan. Acara perpisahan adalah momen edukatif jika dirancang dengan tujuan ini.
Kita semua tentu ingin generasi muda tumbuh menjadi pribadi yang bersahaja, mampu menghargai nilai-nilai kehidupan tanpa harus tergantung pada simbol materi. Maka dari itu, mari kita mulai dari hal kecil seperti cara melepas mereka dari sekolah.
Sekolah harus terus-menerus mengambil peran aktif dalam memberi panduan kepada orangtua terkait penyelenggaraan acara perpisahan.
Jadi, dengan mengedepankan komunikasi yang terbuka dan bijak maka sekolah dapat membantu menciptakan suasana yang kondusif untuk merayakan kelulusan tanpa menciptakan perbedaan kelas diantara orangtua siswa.
Kita harus ingat bahwa yang terpenting dalam sebuah perpisahan adalah bukan pesta atau kemewahan tetapi kenangan yang tak terlupakan.
Mari kita kembalikan acara perpisahan sekolah seperti yang dulu. Ya, sederhana namun penuh makna. Sebuah perpisahan yang penuh rasa syukur, penghargaan, dan semangat untuk melangkah ke jenjang berikutnya.
Ayo kita semua bersatu untuk mengatakan bahwa wisuda sekolah tidak perlu dilakukan. Cukup dengan acara perpisahan yang sederhana namun tetap memiliki makna yang mendalam.
Supaya kita tidak perlu lagi mempermasalahkan acara perpisahan yang berlebihan. kita fokus pada tujuan sejatinya yang akan dikenang sepanjang masa. tanpa perlu biaya yang memberatkan, tanpa perlu kemewahan yang tidak penting.
Setiap akhir Semester Genap akan menjadi momen yang ditunggu bukan karena pesta tetapi karena akan menjadi penanda kedewasaan, keberhasilan, dan harapan baru.
Orangtua akan merasa tenang, guru akan merasa dihormati, dan siswa akan membawa semangat baru dalam hidup mereka.
Semestinya kita sudah bisa mengakhiri polemik wisuda sekolah ini. Mari dari pihak sekolah maupun wali murid bisa menghidupkan kembali budaya perpisahan sekolah yang sederhana, hangat, dan penuh makna.
Pasanya, biar bagaimanapun pendidikan adalah tentang jiwa, bukan hanya gaya.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Satu Suara Mencari Titik Temu Perpisahan dan Wisuda Sekolah"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.