Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Komposter drum adalah salah satu wadah mengompos yang paling banyak digunakan. Materialnya yang kokoh dan tebal menjadi salah satu alasan mengapa komposter ini diminati.
Pertama kali saya memutuskan untuk memakai komposter drum adalah pada Desember tahun lalu.
Kala itu, hujan sedang deras-derasnya melanda kota Bekasi. Komposter saya yang semula terbuat dari kayu, berkali-kali tampias terkena curahan hujan.
Belum lagi sifat kayu yang mudah keropos, membuat kompos saya jadi sasaran empuk tikus.
Untuk itu saya memerlukan komposter yang tebal dan juga aman dari serangan hewan pengerat, lantas pilihan saya jatuh kepada komposter drum.
Keunggulan Komposter Drum
1. Muat banyak dan mudah mengambil kompos jadi
Untuk kamu yang berminat mengompos dalam jangka waktu panjang, maka komposter drum sangat cocok untuk digunakan. Komposter drum memiliki banyak varian ukuran, yang umumnya besar-besar.
Drum yang saya pakai berukuran 80 liter, dan sudah 4 bulan masih bisa untuk menampung kompos harian. Ada juga drum yang berukuran 60 liter, 120 liter, 150 liter, hingga 200 liter.
Salah satu penyebab yang membuat komposter drum bisa dipakai jangka panjang adalah bukaan di sisi bawah untuk mengambil kompos jadi alias kompos yang sudah matang.
Bukaan ini memudahkan kita untuk memanen kompos. Ya, kamu tidak perlu membongkar keseluruhan kompos seperti ketika mengompos di ember atau planter bag, cukup buka di lubang bawah maka kamu sudah bisa memanen si kompos.
Ketika kompostermu mulai penuh, kamu juga bisa memanfaatkan bukaan ini untuk mengambil kompos paling bawah agar terbuka ruang untuk kompos baru.
2. Memiliki penampungan air lindi
Selain bukaan untuk mengambil kompos jadi, komposter drum juga memiliki saringan yang memisahkan antara kompos padat dan kompos cair alias air lindi.
Menurut beberapa penelitian, air lindi sangat bermanfaat karena mengandung beberapa unsur hara dan mikroorganisme yang diturunkan dari kompos.
Air lindi bisa dijadikan pupuk untuk tanaman, bioaktivator untuk mempercepat proses pengomposan, hingga dijual sebagai pupuk organik cair (POC).
4. Tahan hujan dan anti tikus
Untuk kamu yang tinggal di daerah penghujan, penting sekali untuk memiliki komposter yang tidak mudah keropos ataupun lapuk jika terkena air hujan.
Untuk itu, komposter drum jadi pilihan yang cocok karena sudah dilengkapi material PVC yang kokoh lagi tebal.
Selain itu, komposter ini juga memiliki tutup yang rapat sehingga tidak akan membuat komposmu basah alias tampias apabila hujan.
Selain aman dari hujan, komposter drum pun aman dari serangan tikus. Seperti yang kita tahu, tikus sangat tertarik dengan bau dari sisa makanan.
Meskipun berada di tempat yang tertutup sekalipun, tikus tetap tahu letak makanan tersebut. Komposter ember saya pernah menjadi korban dari gigitan tikus hingga berlubang!
Namun semenjak beralih ke komposter drum, tikus tidak lagi bisa menyerang karena material drum yang tebal membuat bau tidak menyebar.
Sekalipun menyebar, gigitan tikus tidak akan mampu menembus bahan komposter drum yang tebal.
Kekurangan komposter drum
Seperti dua sisi mata uang, komposter drum juga memiliki beberapa kekurangan yang bisa kamu pertimbangkan sebelum memilih untuk memakai komposter ini.
1. Sulit diaduk
Bentuk komposter drum yang lonjong membuatnya memiliki kedalaman yang sulit tertembus. Jika komposmu sudah mencapai bagian atas, maka akan sulit sekali untuk mengaduk kompos di bagian bawah.
Dalam mengompos, proses pengadukan dapat membantu mikroorganisme untuk memperoleh oksigen agar tetap hidup. Kehidupan mikroorganisme sangat penting, karena merekalah yang bekerja memecah dan menguraikan sampah organik menjadi komponen yang lebih kecil lagi.
Lantas, bagaimana solusinya?
Saya menggunakan bambu panjang untuk memutar kompos di bagian dalam. Meski tidak seampuh pengadukan dengan sekop dan juga tidak mudah (karena kompos yang jarang diaduk akan mengeras), setidaknya hal ini dapat memasukkan sedikit oksigen ke sela terdalam kompos.
2. Membutuhkan area yang luas
Wujud komposter drum yang besar dan tinggi membuatnya memerlukan area yang luas untuk ditaruh.
Terlebih jika kamu tinggal di perumahan dengan area luar terbatas maka akan kesulitan dengan komposter drum ini.
Berbeda dengan komposter ember yang kecil dan bisa ditaruh di dapur, komposter drum harus ditaruh di luar rumah karena bentuknya yang besar bisa mengganggu aktivitas di dalam rumah.
Namun jika kamu memiliki pekarangan yang luas, maka tidak ada salahnya untuk memakai komposter drum.
Saya sendiri menaruh komposter ini di area kebun bersamaan dengan tanaman. Jadi ketika ada kompos yang sudah jadi, saya bisa langsung mengaplikasikannya pada media tanam.
3. Harga yang mahal
Dibanding jenis komposter lainnya, komposter drum memang termasuk di kategori mahal.
Untuk compost bag ukuran 50 hingga 200 liter, dihargai antara 45 - 100 ribu rupiah. Kemudian ada komposter ember yang harganya berkisar 80 ribu hingga 200 ribu rupiah.
Berbeda jauh dengan komposter drum yang kapasitas terkecilnya dibandrol dengan harga 300 ribu hingga 1 juta.
Mahalnya harga komposter drum tentu sebanding dengan kelebihannya yang tidak didapat dari komposter lain.
Jadi, apakah kamu sudah memutuskan untuk pakai kompoter drum, Kompasianer?
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Suka Duka Mengompos dengan Komposter Drum"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.