Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagas Kurniawan
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Bagas Kurniawan adalah seorang yang berprofesi sebagai Auditor. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Melihat Sisi Lain MBG dari Sudut Keamanan Pangan

Kompas.com - 20/05/2025, 18:42 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Program MBG bertujuan untuk mengatasi masalah malnutrisi dan stunting dengan menyediakan makanan bergizi gratis kepada sekitar 83 juta anak sekolah, balita, ibu hamil, dan menyusui hingga tahun 2029.

Namun, sejak peluncurannya, program ini menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait dengan keamanan pangan.

Sejumlah kasus keracunan makanan dilaporkan di berbagai daerah, menimbulkan kekhawatiran tentang efektivitas dan keselamatan program ini. 

Tantangan terbesar dalam implementasi program ini adalah penerapan sistem keamanan pangan dalam membuat makanan bergizi agar aman untuk dikonsumsi. 

Selain karena waktu pembuatan, 4 hour rule, kemasan makanan, kualitas bahan baku, dan jarak transportasi pengantaran makanan, hal yang menjadi persoalan utama dari kaca mata keamanan pangan adalah tentang kebersihan dapur. 

Dapur yang bersih juga akan berdampak besar untuk mencegah terjadinya kasus keracunan makanan.

Kasus Keracunan Makanan dalam Program MBG

Sejak awal 2025, beberapa insiden keracunan makanan dilaporkan di berbagai wilayah Indonesia.

Salah satu contoh kasus yang terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, di mana lebih dari 165 siswa dari dua sekolah mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program MBG. 

Pemeriksaan awal menunjukkan adanya kontaminasi bakteri seperti Staphylococcus, E. coli, dan Salmonella dalam makanan yang dikonsumsi (scmp.com).

Kasus serupa juga terjadi di daerah lain, termasuk Sukoharjo, Jawa Tengah; Bombana, Sulawesi Tenggara; dan Batang, Jawa Tengah. 

Sedangkan di Sukoharjo, misalnya, 40 siswa mengalami keracunan setelah menyantap makanan MBG pada Januari 2025. Insiden-insiden ini menyoroti masalah serius dalam pengelolaan keamanan pangan dalam program MBG.

Faktor Penyebab Krisis Keamanan Pangan

Beberapa faktor berkontribusi terhadap terjadinya kasus keracunan makanan dalam program MBG:

1. Kurangnya Pelatihan bagi Penyedia Makanan

Banyak penyedia makanan dalam program MBG tidak memiliki pelatihan yang memadai dalam hal keamanan pangan. Hal ini meningkatkan risiko kontaminasi selama proses persiapan dan distribusi makanan.

2. Distribusi dan Penyimpanan yang Tidak Memadai

Proses distribusi makanan dari dapur ke sekolah sering kali tidak memenuhi standar keamanan, seperti suhu penyimpanan yang tidak tepat dan waktu pengiriman yang terlalu lama. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri dalam makanan sebelum dikonsumsi.

3. Kurangnya Pengawasan dan Evaluasi

Pengawasan terhadap pelaksanaan program MBG masih lemah. Badan Gizi Nasional (BGN) sebagai pelaksana program perlu meningkatkan mekanisme evaluasi dan pengawasan untuk memastikan standar keamanan pangan dipatuhi di seluruh daerah.

Solusi untuk Meningkatkan Keamanan Pangan dalam Program MBG

Untuk mengatasi krisis keamanan pangan dalam program MBG, beberapa langkah strategis perlu diambil.

1. Standarisasi dan Sertifikasi Penyedia Makanan

Pemerintah harus menetapkan standar keamanan pangan yang ketat dan mewajibkan semua penyedia makanan dalam program MBG untuk mendapatkan sertifikasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 

Pelatihan wajib dalam keamanan pangan seperti CPPOB dan HACCP juga harus diberikan kepada semua penyedia. Bahkan, dalam Permenkes no 2 tahun 2023 sudah diatur mengenai standar untuk restoran atau dapur untuk penyedia makanan.

2. Penguatan Proses Distribusi dan Penyimpanan

BGN perlu menetapkan protokol distribusi yang memastikan makanan disimpan dan dikirim dalam kondisi yang aman, termasuk penggunaan kendaraan berpendingin dan batas waktu pengiriman yang ketat (Redmond & Griffith, 2003).

3. Pengawasan dan Evaluasi Berkala

Mekanisme pengawasan harus diperkuat dengan inspeksi rutin dan evaluasi berkala terhadap penyedia makanan dan dapur MBG.

Sistem pelaporan insiden juga harus ditingkatkan untuk memungkinkan respons cepat terhadap kasus keracunan (WHO, 2006).

4. Transparansi dan Komunikasi Publik

Pemerintah perlu secara terbuka mengkomunikasikan langkah-langkah yang diambil untuk menangani insiden keracunan dan meningkatkan keamanan pangan.

Hal ini penting untuk membangun kembali kepercayaan publik terhadap program MBG (Kompas, 2025).

5. Kolaborasi dengan Pakar dan Lembaga Terkait

BGN harus bekerja sama dengan pakar gizi, lembaga penelitian, dan organisasi masyarakat sipil untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan keamanan pangan yang efektif dalam program MBG.

Kesimpulan

Program Makan Bergizi Gratis memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah malnutrisi dan stunting di Indonesia. 

Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada kemampuan pemerintah untuk memastikan keamanan pangan dan penerapannya yang serius pada dapur penyedia MBG dalam setiap tahap pelaksanaannya. 

Dengan mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor penyebab keracunan makanan, serta menerapkan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan

Harapannya, tentu saja, program MBG dapat mencapai tujuannya dan memberikan manfaat jangka panjang bagi generasi mendatang.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Sudut Pandang Keamanan Pangan dalam Program Makan Bergizi Gratis"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Melihat Sisi Lain MBG dari Sudut Keamanan Pangan
Melihat Sisi Lain MBG dari Sudut Keamanan Pangan
Kata Netizen
Daripada Dikirim ke Barak, Lebih Baik Rehabilitasi Sosial
Daripada Dikirim ke Barak, Lebih Baik Rehabilitasi Sosial
Kata Netizen
Di Balik Layar Cerita Mengompos dengan Komposter Drum
Di Balik Layar Cerita Mengompos dengan Komposter Drum
Kata Netizen
Jika MBG Dimasak oleh Ibu Sendiri...
Jika MBG Dimasak oleh Ibu Sendiri...
Kata Netizen
Standarisasi MBG, dari Pengawasan hingga Sanksi
Standarisasi MBG, dari Pengawasan hingga Sanksi
Kata Netizen
Mencari Jalan Tengah Wisuda Sekolah agar Terlaksana
Mencari Jalan Tengah Wisuda Sekolah agar Terlaksana
Kata Netizen
6 Tips Memilih Kambing yang Cukup Umur untuk Kurban
6 Tips Memilih Kambing yang Cukup Umur untuk Kurban
Kata Netizen
Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai 'Skin Tone'?
Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai "Skin Tone"?
Kata Netizen
Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?
Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?
Kata Netizen
'Deep Talk' Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?
"Deep Talk" Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?
Kata Netizen
Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan
Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan
Kata Netizen
Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca
Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca
Kata Netizen
Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata
Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata
Kata Netizen
Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?
Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?
Kata Netizen
Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film 'Jumbo'
Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film "Jumbo"
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau