Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Junjung Widagdo
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Junjung Widagdo adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Bisakah Kita PDKT dengan Bermodalkan Nekat?

Kompas.com - 30/07/2025, 13:58 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Kalau ada hal yang tidak suka ketika PDKT, barangkali, karena prosesnya yang kelamaan. Apalagi ketika penuh ketidakpastian, pasti akan terasa berat.

Mau bersikap hangat takut terlalu berharap, tapi kalau cuek malah dihantui overthinking dan cemburu berat. Saran saya sih, kalau memang suka, ya gass aja.

Cerita ini dari masa lalu, saat saya sering mengalami love at first sight. Ya, bukan sekali dua kali, tapi berkali-kali. Setiap kali jatuh cinta, harapannya sederhana, semoga cinta pertama ini jadi cinta terakhir, berakhir di pelaminan. 

Sayangnya, hidup tidak selalu seindah harapan. Saya harus melalui beberapa kisah, ada yang saya tinggalkan, ada juga yang meninggalkan saya, sampai akhirnya menemukan cinta yang tepat. 

Memang ada orang-orang yang lebih nyaman dengan PDKT santuy, pelan tapi pasti. Tapi menurut saya, pelan tapi pasti kadang justru berubah jadi pelan tapi hilang. 

Ada juga tipe PDKT ngglibeti, falsafah Jawa yang artinya kurang lebih selalu hadir setiap saat tanpa henti, sampai akhirnya membuat si pujaan hati luluh. 

Masalahnya, saya bukan tipe ngglibeti. Saya orang yang sungkanan, dan lebih lega kalau terus terang dari awal. Memang kesannya seperti bunuh diri, tapi buat saya itu jauh lebih menenangkan dibandingkan harus terjebak dalam penantian yang tak berujung.

Yuk Nikah!

Namanya cinta, memang nggak kenal waktu dan tempat. Bisa datang kapan saja, di mana saja. Termasuk saat pertama kali saya melihat dia, yang kini jadi istri saya.

Tempatnya? Di parkiran. Entah sedang menunggu siapa dia di sana. Gayanya waktu itu pakai kacamata flamboyan, mirip Uryu Ishida, karakter jenius di anime Bleach. Ia menoleh kanan-kiri, seolah sedang menunggu seorang teman.

Kalau boleh milih, saya sebenarnya ingin pertama ketemu itu di tempat yang lebih romantis, di kelas, di perpustakaan, atau dengan adegan buku jatuh lalu sama-sama memungut. 

Tapi ya sudahlah, realitanya di parkiran. Meski begitu, detik itu juga dunia seperti berhenti. Nafas melambat, degup jantung terdengar jelas, teriknya siang mendadak terasa seperti angin sore yang sepoi-sepoi. Saya benar-benar terkesima.

Sayangnya, pertemuan itu justru jadi awal penantian panjang. Setelah hari itu, dia menghilang. Setahun penuh tanpa kabar. Saya bingung harus mencari ke mana. Selama itu pula saya menahan perih dan rindu yang tak pernah ia tahu.

Lalu, tepat setahun kemudian, tak disangka kami dipertemukan kembali. Kali ini di sebuah praktikum. Saya jadi asisten dosen, dan dia seorang praktikan. Rasanya seperti takdir menyatukan kembali.

Dia bilang, “Maaf Kak, kemarin saya izin nggak bisa praktikum.” Entah kenapa, di telinga saya kalimat itu berubah jadi, “Maaf Kak, I love you so much.” Hahaha. Saat itu hati saya langsung berbunga-bunga.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Mencecap Masa Lalu lewat Es Krim di Kedai Jadul
Mencecap Masa Lalu lewat Es Krim di Kedai Jadul
Kata Netizen
Kini CFD Cibinong Tanpa Penjual Jajanan, Ada yang Berbeda?
Kini CFD Cibinong Tanpa Penjual Jajanan, Ada yang Berbeda?
Kata Netizen
Jalan-jalan ke Pasar Buku Legendaris Kwitang, Jakarta
Jalan-jalan ke Pasar Buku Legendaris Kwitang, Jakarta
Kata Netizen
Dunia Global Mesti Waspada Ancaman Penyakit Flu Burung
Dunia Global Mesti Waspada Ancaman Penyakit Flu Burung
Kata Netizen
Melihat Sekolah di Korea Selatan Mengurangi Sampah Makanan
Melihat Sekolah di Korea Selatan Mengurangi Sampah Makanan
Kata Netizen
Mencari Batas antara Teguran dan Kekerasan di Sekolah
Mencari Batas antara Teguran dan Kekerasan di Sekolah
Kata Netizen
Cara Petani Desa Talagasari Memaksimalkan Lahan
Cara Petani Desa Talagasari Memaksimalkan Lahan
Kata Netizen
Sikap Guru pada Murid yang Sering Disalahartikan
Sikap Guru pada Murid yang Sering Disalahartikan
Kata Netizen
Adakah Cara biar Adil Memberi Nafkah ke Orangtua?
Adakah Cara biar Adil Memberi Nafkah ke Orangtua?
Kata Netizen
Peran Komunitas Jaga Pariwisata di Pulau Merak Besar
Peran Komunitas Jaga Pariwisata di Pulau Merak Besar
Kata Netizen
ASN Dipindah Tugaskan, Bagaimana Kondisi Sosial dan Psikologisnya?
ASN Dipindah Tugaskan, Bagaimana Kondisi Sosial dan Psikologisnya?
Kata Netizen
Sudah Tidak Mau Pelihara, Kok Malah Hewannya Dibuang?
Sudah Tidak Mau Pelihara, Kok Malah Hewannya Dibuang?
Kata Netizen
Ragam Makanan Aceh Besar, Mana Jadi Favoritmu?
Ragam Makanan Aceh Besar, Mana Jadi Favoritmu?
Kata Netizen
Sudah Siapkah Menerima Bapak Rumah Tangga di Sekitar Kita?
Sudah Siapkah Menerima Bapak Rumah Tangga di Sekitar Kita?
Kata Netizen
Akan Tiba Satu Masa, Anak Enggan Diajak Pergi
Akan Tiba Satu Masa, Anak Enggan Diajak Pergi
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau