Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Junjung Widagdo
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Junjung Widagdo adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Belajar Memanen Hujan lewat Joglangan

Kompas.com - 30/08/2025, 15:58 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Pernahkah merasakan betapa repotnya mencari air bersih saat musim kemarau? Sebenarnya ke mana perginya air hujan yang setiap tahun turun begitu deras?

Kota Metro, Lampung, dahulu dikenal dengan hamparan sawah, pekarangan, dan rerumputan yang luas. Ruang-ruang terbuka hijau itu berfungsi alami sebagai daerah resapan air.

Namun kini, wajah kota telah banyak berubah. Pertumbuhan bangunan dan infrastruktur yang pesat membuat ruang resapan semakin berkurang.

Padahal, secara geografis Metro bukanlah daerah kering. Kota ini berada di dataran rendah dengan ketinggian 30–60 meter di atas permukaan laut, beriklim tropis lembap, dengan curah hujan tahunan yang tergolong sedang hingga tinggi.

Air tanah relatif dangkal dan mudah dijangkau. Tetapi, kenyataan tersebut tidak lantas membuat Metro terbebas dari ancaman krisis air.

Saya masih ingat pengalaman masa kecil hingga remaja, ketika setiap sore harus berjalan lebih dari seratus meter hanya untuk mengambil air dari sumber yang jauh.

Aktivitas yang dalam bahasa Jawa disebut ngangsu ini terasa begitu melelahkan.

Nah, dari pengalaman itu saya belajar, ketersediaan air tanah bisa saja bermasalah—bukan hanya karena faktor alam, tetapi juga akibat perilaku manusia yang tidak bijak mengelola lingkungan.

Joglangan sebagai Ikhtiar Sederhana

Salah satu cara sederhana menjaga ketersediaan air adalah dengan memanen air hujan agar tidak langsung terbuang begitu saja.

Sedangkan di daerah kering, masyarakat umumnya sudah akrab dengan tandon air hujan. Namun di Metro, tradisi itu hampir tidak dikenal.

Saya kemudian menemukan konsep joglangan, sebuah istilah dalam bahasa Jawa yang berarti lubang.

Praktiknya, kita membuat lubang di tanah untuk menampung air hujan agar bisa meresap kembali ke dalam tanah. Biayanya nyaris tidak ada—cukup bermodal cangkul dan tenaga.

Prinsipnya sama dengan “panen air hujan”, hanya saja hasilnya bukan ditampung dalam wadah, melainkan disalurkan kembali ke dalam tanah.

Jika setiap rumah membuat satu joglangan saja, bisa dibayangkan berapa ribu liter air hujan yang kembali menjadi cadangan air tanah setiap musim penghujan.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Mencecap Masa Lalu lewat Es Krim di Kedai Jadul
Mencecap Masa Lalu lewat Es Krim di Kedai Jadul
Kata Netizen
Kini CFD Cibinong Tanpa Penjual Jajanan, Ada yang Berbeda?
Kini CFD Cibinong Tanpa Penjual Jajanan, Ada yang Berbeda?
Kata Netizen
Jalan-jalan ke Pasar Buku Legendaris Kwitang, Jakarta
Jalan-jalan ke Pasar Buku Legendaris Kwitang, Jakarta
Kata Netizen
Dunia Global Mesti Waspada Ancaman Penyakit Flu Burung
Dunia Global Mesti Waspada Ancaman Penyakit Flu Burung
Kata Netizen
Melihat Sekolah di Korea Selatan Mengurangi Sampah Makanan
Melihat Sekolah di Korea Selatan Mengurangi Sampah Makanan
Kata Netizen
Mencari Batas antara Teguran dan Kekerasan di Sekolah
Mencari Batas antara Teguran dan Kekerasan di Sekolah
Kata Netizen
Cara Petani Desa Talagasari Memaksimalkan Lahan
Cara Petani Desa Talagasari Memaksimalkan Lahan
Kata Netizen
Sikap Guru pada Murid yang Sering Disalahartikan
Sikap Guru pada Murid yang Sering Disalahartikan
Kata Netizen
Adakah Cara biar Adil Memberi Nafkah ke Orangtua?
Adakah Cara biar Adil Memberi Nafkah ke Orangtua?
Kata Netizen
Peran Komunitas Jaga Pariwisata di Pulau Merak Besar
Peran Komunitas Jaga Pariwisata di Pulau Merak Besar
Kata Netizen
ASN Dipindah Tugaskan, Bagaimana Kondisi Sosial dan Psikologisnya?
ASN Dipindah Tugaskan, Bagaimana Kondisi Sosial dan Psikologisnya?
Kata Netizen
Sudah Tidak Mau Pelihara, Kok Malah Hewannya Dibuang?
Sudah Tidak Mau Pelihara, Kok Malah Hewannya Dibuang?
Kata Netizen
Ragam Makanan Aceh Besar, Mana Jadi Favoritmu?
Ragam Makanan Aceh Besar, Mana Jadi Favoritmu?
Kata Netizen
Sudah Siapkah Menerima Bapak Rumah Tangga di Sekitar Kita?
Sudah Siapkah Menerima Bapak Rumah Tangga di Sekitar Kita?
Kata Netizen
Akan Tiba Satu Masa, Anak Enggan Diajak Pergi
Akan Tiba Satu Masa, Anak Enggan Diajak Pergi
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau