Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Efrain Limbong
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Efrain Limbong adalah seorang yang berprofesi sebagai Jurnalis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Potret Pria Pemecah Biji Kemiri Desa Uwemanje di Tengah Modernisasi

Kompas.com - 05/11/2022, 08:04 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Biji Kemiri, Kearifan Lokal dan Produktivitas di Usia Senja"

Kemajuan teknologi di era modernisasi tentu sebuah keniscayaan sekaligus kebutuhan bagi peradaban yang maju. Meski demikian, teknologi yang semakin maju, tidak serta merta menjadi sebuah instrumen sempurna sekaligus final. Karena ternyata masih ada beberapa individu yang memilih cara yang masih tradisional dalam berativitas.

Adalah pria lanjut usia di penghujung ketinggian Desa Uwemanje Kecamatan Kinovora, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah yang masih menerapkan aktivitas memecah biji kemiri dengan menggunakan tangan.

Dengan tangannya yang lihai, ia mampu memecah biji kemiri yang keras hingga 40 kilogram.

Sebagian biji kemiri yang sudah dikupas secara manualKompasianer/Efrain Limbong Sebagian biji kemiri yang sudah dikupas secara manual
Aktivitas tradisional dipilihnya bukan karena ia gagap teknologi maupun kesulitan mendapatkan mesin pemecah biji kemiri, cara tersebut dipilihnya guna meminimalkan biji kemiri mengalami kerusakan parah akibat penggunaan mesin.

Mungkin inilah kearifan lokal versi pria asal Desa Uwemanje dalam menggeluti pekerjaannya.

Baginya, setiap biji kemiri yang dipecah secara manual, tetap punya harga untuk mencukupi satu kilogram. Sebab, dalam satu kilogram biji kemiri yang dipecah, harga jual dapat mencapai 28.000 rupiah. Jika 40 kilogram yang dipecah, maka pendapatan yang diperoleh bisa mencapai 1.120.000 rupiah.

Kearifan Lokal dan Produktivitas di Usia Senja

Potret pria senja pemecah biji kemiri di Desa Uwemanje memperlihatkan bahwa kemajuan teknologi tidak serta merta membuat dirinya meninggalkan cara tradisional. 

Meski sudah memasuki usia senja, banyak pembelajaran tentang bagaimana ia berjuang dengan caranya sendiri agar bisa menghidupi keluarga di tengah modernisasi.

Sebagaimana adagium Bung Karno di masa revolusi dulu bahwa kita berjuang karena ingin memperbaiki nasib kita. Maka cara masing-masing orang dalam berjuang agar bisa hidup dan nasibnya lebih baik tentu berbeda-beda.

Kita tidak bisa memaksakan orang lain mengubah cara berjuangnya, jika tidak datang dari dirinya sendiri. Perlu edukasi secara bertahap serta meyakinkan jika transformasi pola kerja berbasis teknologi juga bisa memberi impact yang lebih besar.

Sekali lagi, kita patut menghargai kearifan lokal orang lain sebagai pilihan hidup. Mungkin saja Anda sangat terbantu menggunakan sarana teknologi dalam berjuang menggeluti aktivitas keseharian.

Namun nun jauh di sana, masih ada yang berjuang dengan cara tradisional. Mereka tetap produktif dan tak banyak mengumbar keluhan, karena itulah peradaban keseharian mereka secara temurun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Frugal Living sampai Ekstrem, Adakah yang Dirugikan?

Frugal Living sampai Ekstrem, Adakah yang Dirugikan?

Kata Netizen
Sumpah Pemuda dan Kesadaran Berbahasa Indonesia

Sumpah Pemuda dan Kesadaran Berbahasa Indonesia

Kata Netizen
Bagaimana Antisipasi Penularan Wabah Penyakit Sapi Ngorok?

Bagaimana Antisipasi Penularan Wabah Penyakit Sapi Ngorok?

Kata Netizen
Ini Alasan Kompos Disebut sebagai 'Emas Hitam'

Ini Alasan Kompos Disebut sebagai "Emas Hitam"

Kata Netizen
Kenali Motif Penipuan di Industri Jasa Keuangan

Kenali Motif Penipuan di Industri Jasa Keuangan

Kata Netizen
Kapan Memulai Chemistry dengan Calon Mertua?

Kapan Memulai Chemistry dengan Calon Mertua?

Kata Netizen
Akhir Kisah Erik ten Hag dan Manchester United

Akhir Kisah Erik ten Hag dan Manchester United

Kata Netizen
Bagaimana Menghadapi Perundungan di Tempat Kerja?

Bagaimana Menghadapi Perundungan di Tempat Kerja?

Kata Netizen
Bisakah Kota Global Direalisasikan di Indonesia?

Bisakah Kota Global Direalisasikan di Indonesia?

Kata Netizen
Masih Adakah Harapan di Tengah Keputusasaan?

Masih Adakah Harapan di Tengah Keputusasaan?

Kata Netizen
Dodol Wijen, Dodol Tradisional dari Desa Serdang Kulon

Dodol Wijen, Dodol Tradisional dari Desa Serdang Kulon

Kata Netizen
Penulis dan Penerbit Merugi di Hadapan Pembajakan Buku

Penulis dan Penerbit Merugi di Hadapan Pembajakan Buku

Kata Netizen
Apa Saja yang Disiapkan Sebelum Jelajah Pulau Jeju, Korea Selatan?

Apa Saja yang Disiapkan Sebelum Jelajah Pulau Jeju, Korea Selatan?

Kata Netizen
Oktober sebagai Bulannya Para Penyayang Hewan, Kenapa?

Oktober sebagai Bulannya Para Penyayang Hewan, Kenapa?

Kata Netizen
Praktik Joki Ilmiah, Bagaimana Menghilangkannya?

Praktik Joki Ilmiah, Bagaimana Menghilangkannya?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau