Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Giri Lumakto
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Giri Lumakto adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Sikapi Kemunculan ChatGPT dengan Terapkan 4 Hal Ini

Kompas.com - 11/01/2023, 16:39 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Kabar rilisnya ChatGPT oleh OpenAI cukup membuat heboh. Apa itu ChatGPT? ChatGPT adalah chatbot berbasis tekonologi AI (Artificial Intelligence) dengan 175 parameter dan 570 gigabyte teks.

Oleh karenanya tak mengherankan bila hasil dari interaksi kita dengan ChatGPT berupa teks sangat luar biasa hasilnya. Bahkan kabarnya sudah ada buku anak, inspirasi lirik lagu, tugas esai, bahkan logo dan animasi 3D yang dibuat dengan ChatGPT.

Kemunculan ChatGPT ini membuat semua hal serasa begitu mudah. Meski demikian, kehadiran ChatGPT ini dibayangi oleh isu etik dan pelanggaran hak cipta.

Sebab, apa yang dihasilkan ChatGPT adalah himpunan dari begitu banyak data yang sudah terdapat di internet. Apa yang dihasilkan oleh ChatGPT adalah produk dari hasil kurasi yang sudah dihilangkan sumber serta referensi atribusi tulisan yang sudah ada.

Artinya, kehadiran ChatGPT tak semata-mata lantas membuat sesuatu yang benar-benar baru dan mesti kita sikapi dengan baik dan etis dengan memperhatikan beberapa hal berikut.

1. Sebagai Pintu, Bukan "Isi Rumahnya"

Kehadiran ChatGPT sebaiknya disikapi sekadar pintu, bukan isi yang ada di dalam rumah.

Sebab, data yang dihimpun oleh ChatGPT adalah data terbuka (open) dari internet yang diserok (scrapping).

Apa yang dihasilkan oleh robot dalam sebuah percakapan yang kita lakukan sebaiknya dianggap sebagai jalan masuk menuju informasi yang lebih mendalam,

Jangan semata-mata menelan apa yang dihasilkan oleh ChatGPT dalam sebuah percakapan yang kita ingin tahu jawabannya. Sebab, bisa jadi masih ada informasi lebih mendalam jika kita mau kembali menelusur internet dari kata kunci yang dihasilkan oleh ChatGPT.

2. Sebagai Sumber Ide, Bukan Kontennya

Jadikan hasil percakapan dengan ChatGPT sebagai ide, bukan konten utama. Cara kerja ChatGPT secara sederhana adalah degnan merangkum semua ide ke paragraf/poin-poin yang sudah gramatikal.

Teks yang dihasilkan oleh ChatGPT ini tentu saja berasal dari tulisan banyak orang yang sudah tersebar di internet. Bisa saja apa yang dihasilkan ChatGPT adalah tulisan milik peneliti, artis, blogger, dan sebagainya.

Oleh karena itu, rangkuman dari ChatGPT ini sebaiknya diperlakukan sebagai ide atau gagasan untuk kita membuat sesuatu yang lebih mendalam terhadap suatu topik.

3. Sebagai Referensi Populer, Bukan Mendalam

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, apa yang dihasilkan oleh ChatGPT adalah rangkuman dari banyak tulisan yang sudah ada serta sering dicari orang di internet.

Oleh karenanya ChatGPT tak lepas dari isu pelanggaran hak cipta dan kita sebagai pengguna ChatGPT perlu kehati-hatian dalam menghlaim apa yang sudah dihasilkan ChatGPT sebagai karya milik pribadi.

Ditambah lagi, secara personal hasil instan dari ChatGPT ini dapat mengaburkan pemahaman mendalam kita terhadap suatu topik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Kata Netizen
Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Kata Netizen
Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Kata Netizen
Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Kata Netizen
Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Kata Netizen
Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Kata Netizen
Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Kata Netizen
Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Kata Netizen
Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kata Netizen
Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Kata Netizen
Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Kata Netizen
Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Kata Netizen
Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Kata Netizen
Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Kata Netizen
Mengapa 'BI Checking' Dijadikan Syarat Mencari Kerja?

Mengapa "BI Checking" Dijadikan Syarat Mencari Kerja?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com