Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Memang hasil dari ChatGPT begitu wah. Namun perlu dilihat kembali, bahwa gaya bahasa dari narasi yang ditampilkan cukup ilmiah atau kaku.
Jika diperhatikan, teks yang dihasilkan oleh ChatGPT cenderung tidak reader-friendly. Gaya bahasa yang muncul terbaca seperti hasil terjemahan yang tidak nyaman untuk dibaca.
Akan beda rasanya jika dibandingkan dengan tulisan yang benar-benar dibuat oleh manusia. Di dalam teks yang dihasilkan ChatGPT bisa jadi ada pengulangan, loncatan ide, dan inkoherensi antar kalimat atau paragraf
Mendapatkan bantuan dari teknologi macam ChatGPT sudah menjadi mahfum. Toh kita selama ini juga mencari jawaban via mesin pencari seperti Google, Bing, atau Edge. Namun bukan berarti ada ketergantungan secara kognitif pada teknologi.
Dampaknya adalah kemalasan untuk menalar dan mengolah informasi yang kita terima. Bisa jadi akan banyak peneliti, siswa, dan guru yang banyak secara kuantitas tapi minim dalam kualitas.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "4 Cara Kita Menyikapi ChatGPT"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.