Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dean Ruwayari
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Dean Ruwayari adalah seorang yang berprofesi sebagai Human Resources. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Emoji dalam Kehidupan Kita Sehari-hari

Kompas.com - 21/03/2024, 22:22 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Bentuk percakapan di aplikasi pesan makin berkembang. Jika dulu kata-kata disingkat, kini banyak sekali ungkapan tergambar dalam bentuk emoji.

Emoji ini pada akhirnya memiliki fungsi yang beragam, ada juga yang menggunakannya sebagai penghias pada akhir kalimat atau pengungkapan kata-kata maupun emosi.

Jika kita menengok lagi ke belakang, emoji pertama kali ditemukan di jaringan intranet Universitas Carnegie Mellon di AS sejak tahun 1982.

Bentuk emoji pertama dibentuk oleh Profesor Scott Felman dengan menggabungkan titik dua, tanda hubung, dan tanda kurung tutup untuk membuat wajah tersenyum. Itu kemudian dinamakan "smiley".

Namun, setiap emoji tidak muncul secara tiba-tiba, ada yang namanya suatu konsorsium Emoji yang mengawasi standar Emoji dan memperkenalkan Emoji baru setiap bulan September.

Unicode Consortium, namanya. Mereka bertugas menjauhkan ikon buruk dari aplikasi perpesanan.

Tujuan lainnya yakni dari mengelola dan menerbitkan Standar Unicode yang dikembangkan untuk mengganti skema pengodean karakter saat ini yang ukuran dan lingkupnya terbatas dan belum mampu menampung multilingualisme.

Kita bisa lihat perkembangan yang Unicode Consortium setiap tahunnya. Pada tahun 2015, kita akhirnya bisa lihat warna kulit yang berbeda untuk emoji.

Setahun berselang, 2016, konsorsium Emoji mengupdate opsi gender laki-laki dan perempuan. Lalu, pada tahun 2019 mengupdate 203 Emoji baru termasuk pasangan inklusif gender untuk pertama kalinya.

Tidak hanya itu, pada tahun yang sama, konsorsium Emoji menambah Emoji lainnya seperti bawang, anjing, orang dengan disabilitas, dan sebagainya.

Hari ini, paling tidak lebih kurang ada 3.600 Emoji untuk digunakan mewakili emosi dan situasi apapun. Lebih dari itu, kemungkinan ada emosi yang tidak bisa kita gambarkan dengan kata-kata tapi ada Emojinya.

Jadi, bagaimana transformasi itu terjadi? Bagaimana Emoji berubah dari coretan tanda baca menjadi emosi tingkat lanjut?

Pada 1990-an produsen ponsel asal Jepang menambahkan gambar dan karakter khusus ke perangkat lunak ponsel mereka.

Produsen ponsel seperti Docomo dan SoftBank menggunakan Emoji dalam perangkat lunak mereka. Selama era ini, sebagian besar urusan Emoji menjadi hal penting di Jepang.

Akan tetapi, ada fakta menarik: bahwa "Emoji" bukan mengacu dari kata bahasa Inggris "emosi", tetapi berasal dari kata Jepang "Emoji" yang artinya "gambar karakter".

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "40+ Tahun Emoji, Apa yang Perlu Ditingkatkan?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Jumlah Mesin ATM Terus Berkurang, Ada Apa?

Jumlah Mesin ATM Terus Berkurang, Ada Apa?

Kata Netizen
4 Alasan Orang Indonesia Suka Makanan Pedas

4 Alasan Orang Indonesia Suka Makanan Pedas

Kata Netizen
Peran Vital Guru Honorer dan 'Cleansing' yang Terjadi

Peran Vital Guru Honorer dan "Cleansing" yang Terjadi

Kata Netizen
Menyikap 'Rayuan Bos', Apa yang Mesti Dilakukan Bawahan?

Menyikap "Rayuan Bos", Apa yang Mesti Dilakukan Bawahan?

Kata Netizen
Lembaga Survei, Elektabilitas, dan Strategi Partai

Lembaga Survei, Elektabilitas, dan Strategi Partai

Kata Netizen
Dari Seorang Introvert Kita Belajar...

Dari Seorang Introvert Kita Belajar...

Kata Netizen
Menyemangati Anak Ketika Gagal Masuk Sekolah Favorit

Menyemangati Anak Ketika Gagal Masuk Sekolah Favorit

Kata Netizen
Budget Tipis dari Klien, Terima atau Tolak?

Budget Tipis dari Klien, Terima atau Tolak?

Kata Netizen
5 Cara Meningkatkan Kinerja Guru Sesuai dengan Kurikulum Merdeka

5 Cara Meningkatkan Kinerja Guru Sesuai dengan Kurikulum Merdeka

Kata Netizen
Fenomena 'Makan Tabungan', Kenapa Bisa Makin Marak?

Fenomena "Makan Tabungan", Kenapa Bisa Makin Marak?

Kata Netizen
Pemimpin Populis pada Pilkada 2024

Pemimpin Populis pada Pilkada 2024

Kata Netizen
Istri Alami Baby Blues, Bukan Berarti Manja atau Lebay

Istri Alami Baby Blues, Bukan Berarti Manja atau Lebay

Kata Netizen
PPBD dan Niat Membuat Pendidikan Berkualitas serta Berkeadilan

PPBD dan Niat Membuat Pendidikan Berkualitas serta Berkeadilan

Kata Netizen
Apa yang Dipertimbangkan Sebelum Resign dari PNS?

Apa yang Dipertimbangkan Sebelum Resign dari PNS?

Kata Netizen
Ketika Judi Online Mulai Menyasar Pelajar

Ketika Judi Online Mulai Menyasar Pelajar

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com