Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Widi Kurniawan
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Widi Kurniawan adalah seorang yang berprofesi sebagai Human Resources. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kompas.com - 05/11/2024, 20:19 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Menjadi pengguna rutin transportasi publik bisa membuat seseorang menjadi pejalan kaki yang handal. Pengguna transportasi publik bahkan punya potensi melahap ribuan langkah tiap harinya.

Setidaknya itulah pengalaman saya. Tiap hari saya menjadi penglaju Bogor-Jakarta dengan menggunakan transportasi publik, dan minimal lima ribu langkah sudah tergapai. 

Dan lima ribu langkah ini hanya hitungan kasar aya saat berangkat dan pulang kerja. Sedangkan di antara itu, mondar-mandir saat bekerja, bolak-balik ke toilet, ke tempat makan, masjid dan lain-lain belum dihitung.

Perjalanan dimulai tiap pagi saat saya menitipkan sepeda motor di dekat Stasiun Bojonggede. Setelah itu saya harus berjalan kaki dari lokasi penitipan motor sampai dengan peron di mana saya biasa naik KRL Commuter Line, dengan jarak yang lumayan yaitu sekitar 400 meter.

Setelah naik Commuter Line selama kurang lebih 1 jam, saya pun turun di Stasiun Manggarai untuk berganti kereta ke arah Stasiun Sudirman.

Bersama para penumpang lain, saya mesti berjalan menyusuri peron dan menuruni dua lantai ke bawah untuk sampai ke peron Jalur 1 dan Jalur 2.

Kemudian saya harus naik kereta lagi dan turun lagi di Stasiun Sudirman. Dari sini saya lanjut jalan kaki ke arah Stasiun MRT Dukuh Atas yang juga terdiri dari tiga level lantai. Jika ditotal mungkin kurang lebih 500 meter harus saya lalui hingga naik MRT.

Turun dari MRT hingga keluar stasiun dan menuju tempat kerja juga bukan terbilang dekat, sehingga butuh ratusan langkah kaki.

Itu baru berangkat kerja, pulangnya justru lebih jauh lagi karena seperti di Stasiun Bojonggede misalnya, peron berangkat ke arah Jakarta dan ke arah Bogor tentu berbeda. Jadi saya mesti jalan memutar melalui underpass naik turun tangga, dan ini cukup bisa membuat betis kaki saya mengeras.

Bagi orang yang belum terbiasa, naik transportasi publik dengan konsekuensi berjalan kaki lumayan jauh untuk transit atau melangkah dari halte/stasiun pemberhentian ke tempat tujuan, sudah pasti menjadi tantangan tersendiri. 

Bahkan tak jarang, orang bukan malas naik transportasinya, melainkan malas harus jalan kaki berpindah moda.

Hal seperti ini diakui oleh salah seorang kawan yang mengaku malas naik LRT dari Stasiun LRT Dukuh Atas, karena meskipun sudah terintegrasi dengan Stasiun MRT Dukuh Atas dan Stasiun KRL Sudirman, jaraknya terbilang melelahkan.

Bayangkan, dari Stasiun MRT Dukuh Atas untuk berganti moda di Stasiun LRT Dukuh Atas jaraknya lebih dari 1,5 kilometer (hitungan dari google maps) dan harus dicapai dengan jalan kaki.

Tidak bisa naik ojek online atau naik kendaraan apapun karena melewati Jembatan Multiguna, yang kurang lebih mirip jembatan penyeberangan orang (JPO).

"Enak sih sebenarnya naik LRT, bisa nyambung dari MRT, tapi jalannya tuh jauh banget," ucap kawan tersebut. 

Halaman Berikutnya
Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Jadikan Sekolah sebagai Penjaga Bahasa Daerah

Jadikan Sekolah sebagai Penjaga Bahasa Daerah

Kata Netizen
Merasa Kesepian dalam Rumah Tangga, Bisakah Terjadi?

Merasa Kesepian dalam Rumah Tangga, Bisakah Terjadi?

Kata Netizen
Revitalisasi Pasar Tradisional, Adakah Dampaknya dengan Masa Depan?

Revitalisasi Pasar Tradisional, Adakah Dampaknya dengan Masa Depan?

Kata Netizen
Frugal Living sampai Ekstrem, Adakah yang Dirugikan?

Frugal Living sampai Ekstrem, Adakah yang Dirugikan?

Kata Netizen
Sumpah Pemuda dan Kesadaran Berbahasa Indonesia

Sumpah Pemuda dan Kesadaran Berbahasa Indonesia

Kata Netizen
Bagaimana Antisipasi Penularan Wabah Penyakit Sapi Ngorok?

Bagaimana Antisipasi Penularan Wabah Penyakit Sapi Ngorok?

Kata Netizen
Ini Alasan Kompos Disebut sebagai 'Emas Hitam'

Ini Alasan Kompos Disebut sebagai "Emas Hitam"

Kata Netizen
Kenali Motif Penipuan di Industri Jasa Keuangan

Kenali Motif Penipuan di Industri Jasa Keuangan

Kata Netizen
Kapan Memulai Chemistry dengan Calon Mertua?

Kapan Memulai Chemistry dengan Calon Mertua?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau