Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Dukungan bersama, MBG bisa menjadi tonggak kebangkitan dalam memperbaiki pola makan anak-anak kita dan, lebih luas lagi, mendukung Indonesia Emas 2045.
Namun, seperti halnya setiap perubahan besar, dibutuhkan jiwa besar untuk bersama-sama memastikan keberhasilannya.
Sedangkan di Kota Metro, Lampung, program Makan Bergizi Gratis (MBG) masih dalam tahap persiapan pada Rabu (8/01/2025). Saya termasuk salah satu guru yang menantikan pelaksanaan program ini di sekolah kami.
Antusiasme dalam menyambut program MBG ini sangat baik di lingkungan sekolah kami, meskipun ada berbagai kecemasan terkait pelaksanaannya.
Dalam beberapa obrolan santai, sejumlah rekan menunjukkan semangat mereka terhadap program ini. Namun, tidak sedikit pula yang meragukan keberhasilannya.
Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaannya, terutama terkait sumber pendanaan yang diperlukan.
Selain itu, terdapat pro dan kontra yang muncul, mulai dari besaran anggaran yang dialokasikan, keraguan atas kandungan gizi makanan yang disediakan, hingga dampak ekonomi bagi kantin-kantin sekolah.
Sebagai warga negara sekaligus pendidik, saya menyambut baik program Makan Bergizi Gratis ini.
Tak Semata Makan, Ini Edukasi
Tidak realistis jika kita mengatakan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan langsung menjadi solusi atas masalah gizi di tanah air. Sebab, program ini hanya menyediakan makanan sekali sehari dan baru saja dilaksanakan tahun ini.
Manfaat gizi hanya dapat dirasakan secara optimal jika konsumsi makanan bergizi dilakukan secara konsisten sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan.
Namun, setidaknya dengan adanya MBG, para orangtua dan anak-anak dapat belajar tentang porsi makanan sehat yang seimbang.
Program MBG juga menjadi pilihan untuk mengalihkan anak-anak dari makanan yang rendah gizi menuju makanan yang memiliki kandungan gizi baik serta aman untuk dikonsumsi dalam jangka panjang.
Hari ini, saya mencoba melakukan survei kecil di beberapa kelas yang saya ajar, terkait makanan sehat dan bergizi dalam kaitannya dengan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.
Hasilnya cukup mengejutkan. Banyak siswa yang masih mengonsumsi makanan ultra proses, yang tentu saja nilai gizinya jauh dari kata cukup dan bahkan berpotensi membahayakan kesehatan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya