Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Minke juga diingatkan oleh Jean Marais bahwa apa yang jadi pendapat umum tidak boleh jadi ajang untuk mengadili tanpa kita tahu duduk perkaranya.
Minke adalah orang terpelajar pada masanya karena bersekolah di HBS. Pada masa prakemerdekaan cuma bule dan anak bupati yang boleh sekolah di sana.
Anak bupati pun amat jarang. Maka Minke jadi satu dari beberapa gelintir pribumi yang sekolah di HBS (setara SMP-SMA dengan masa belajar 5 tahun).
Mengapa Pram memasukkan buah pikirannya ke tokoh Jean Marais? Mungkin karena "beban" Minke sudah banyak. Selain itu Jean dan Minke diceritakan sering terlibat diskusi yang membuat otak berpikir.
Uniknya Jean Marais seorang Prancis yang tidak lancar berbahasa Melayu. Minke pun payah berbahasa Prancis. Bahasa yang dikuasai Minke selain Jawa dan Melayu adalah Belanda. Namun, Jean menolak belajar bahasa Belanda meski dia empat tahun bertugas sebagai tentara Belanda.
Di sini seolah Pram ingin memberitahu bahwa bahasa bukanlah masalah bagi orang untuk bersahabat, yang penting sefrekuensi.
Kutipan harus berlaku adil sejak dalam pikiran dari Pram itu di masa sekarang bisa kita jadikan peringatan.
Sudah terlalu sering kita menemui orang yang terpelajar, tapi terus-menerus berlaku tidak adil padahal jabatan yang diembannya memungkinkan mereka untuk berlaku adil.
Ibu dan Istri
Dalam Anak Semua Bangsa kita akhirnya ngobrol dengan ibunda Minke. Di sini Pram tampak "memberontak" dari anggapan umum tentang wanita Jawa pada masa kolonial.
Alih-alih menemukan ibu Minke sebagai seorang bangsawan yang kolot dan menurut pada apa yang melekat padanya, pemikiran ibunda Minke justru mirip Kartini.
Ibunda Minke yang berpikiran terbuka, mau menerima sepak terjang Minke yang membahayakan, dan menerima ketiga istri Minke yang semuanya tidak bisa bahasa Jawa karena bukan orang Jawa.
Pernikahan pertama Minke ada di Bumi Manusia dengan Annelies Mellema saat Minke masih sekolah di HBS.
Pernikahan kedua dengan Ang San Mei saat Minke kuliah di STOVIA, dan yang ketiga dengan Prinses Kasiruta saat perjuangan melawah pemerintah kolonial makin berat dan keras. Annelies dan Ang San Mei meninggal karena sakit, sedangkan Prinses dicerai sebelum Minke dibuang penjajah ke luar Jawa.
Hanya Prinses Kasiruta yang secara langsung dikenalkan Minke ke ibunya. Lainnya hanya lewat surat karena mempertimbangkan ayah Minke yang bupati. Waktu ibunya bilang, "Milih istri, kok, selalu yang gak bisa bahasa Jawa." Tambah menarik karena ketiga istri Pram berlainan ras.