Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Sementara itu, di pelosok ada guru yang masih harus berjuang dengan keterbatasan bahan ajar, sinyal internet yang lemah, atau bahkan jumlah tenaga pengajar yang minim.
Jika TKA tidak mempertimbangkan realitas ini maka yang terjadi bukanlah evaluasi yang adil. melainkan semakin lebarnya kesenjangan dalam dunia pendidikan.
Pemerataan kualitas pengajaran seharusnya menjadi prioritas terlebih dahulu. Pemerintah perlu memastikan bahwa seluruh sekolah --baik di kota maupun di pelosok-- memiliki akses yang sama, pelatihan guru yang merata, serta sarana dan prasarana yang memadai.
TKA yang Harus Bisa Dipertanggungjawabkan
Jika memang TKA tidak menjadi penentu utama kelulusan siswa maka setidaknya ia harus tetap berperan sebagai indikator yang "sahih" dalam menilai kesiapan siswa melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Jangan sampai hasil TKA hanya menjadi angka tanpa makna. Apalagi jika ada celah bagi nilai tersebut untuk dimanipulasi demi kepentingan tertentu.
Sebuah sistem evaluasi yang baik adalah yang dapat dipertanggungjawabkan, transparan, dan memiliki relevansi nyata bagi perkembangan akademik siswa.
Jika kelulusan hanya ditentukan oleh sekolah tanpa adanya acuan yang lebih luas maka muncul potensi mengatrol nilai. Ada sekolah yang yang terpaksa "menyesuaikan" nilai demi mempertahankan reputasi atau memastikan semua siswa lulus.
Jika TKA hadir maka mekanismenya harus ketat, akurat, dan terbebas dari intervensi yang dapat mencederai esensi evaluasi itu sendiri.
Jika hasil TKA bisa diubah maka ujian ini tidak akan pernah mencapai tujuannya sebagai tolok ukur akademik. Oleh karena itu, perlu ada pengawasan yang jelas dari proses pelaksanaan hingga validasi nilai tanpa direkayasa.
Wasana Kata
Pendidikan bukan sekadar soal lulus atau tidak lulus tetapi tentang bagaimana membentuk karakter siswa yang siap menghadapi tantangan di masa depan.
Dengan adanya TKA diharapkan siswa kembali menemukan semangat belajar yang sempat memudar.
Bukan lagi soal mengejar angka atau sekadar lulus tetapi tentang membangun mental siswa yang siap berusaha, belajar, dan berkembang untuk masa depan yang lebih baik.
TKA memerlukan kebijakan pendukung yang harus dirancang dengan cermat. Program penguatan bagi sekolah yang tertinggal hingga peningkatan kapasitas guru harus menjadi bagian dari strategi jangka panjang.