Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ire Rosana Ullail
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Ire Rosana Ullail adalah seorang yang berprofesi sebagai Administrasi. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Jalan-jalan ke Pasar Buku Legendaris Kwitang, Jakarta

Kompas.com - 31/10/2025, 13:58 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Apa yang terngiang darimu ketika mendengar kata "Kwitang"?

Pertanyaan itu berputar di kepala saya saat langkah demi langkah menuntun menuju kawasan yang dulu begitu lekat dengan dunia perbukuan Jakarta.

Nama Kwitang pernah menjadi semacam legenda bagi para pemburu buku—tempat yang mana halaman-halaman pengetahuan menumpuk di atas trotoar, menunggu untuk disentuh, dibuka, dan dibaca.

Dulu, di sepanjang jalan ini, tumpukan buku seperti tak pernah ada habisnya. Novel-novel lawas, buku pelajaran, karya sastra klasik, hingga majalah-majalah lama, semuanya bisa ditemukan di satu tempat. Kini, suasana itu sudah mereda.

Namun, bagi sebagian orang—terutama mereka yang tumbuh dengan aroma buku bekas—nama Kwitang tetap menyimpan gema nostalgia.

Saya pertama kali mengenal Kwitang bukan dari pengalaman langsung, melainkan lewat film Ada Apa Dengan Cinta? (AADC) yang legendaris itu.

Sejak menonton adegan Cinta dan Rangga berbincang di toko buku, saya berjanji dalam hati: suatu hari nanti, saya harus datang ke sana.

Butuh waktu lebih dari sepuluh tahun untuk menepati janji itu. Hari itu, bertepatan dengan ulang tahun seorang sahabat, kami memutuskan berkunjung ke Kwitang.

Dari Stasiun Gondangdia, kami berjalan kaki menempuh jarak sekitar satu setengah kilometer. Cuaca panas khas Jakarta tidak mampu menandingi rasa penasaran yang sudah lama mengendap.

Namun ketika sampai, saya harus mengakui: Kwitang tak lagi seramai cerita yang dulu saya dengar. Hanya segelintir kios yang bertahan.

Seorang pedagang bercerita, banyak rekan-rekannya sudah pindah ke Pasar Kenari, Thamrin City, hingga Blok M. Yang tersisa kini hanya beberapa toko kecil di Jalan Kramat Buntu dan satu toko utama di Jalan Habib Ali Kwitang.

Kami memulai langkah di “Toko Buku Restu.” Pemiliknya ramah, menyapa dengan senyum, lalu mengarahkan kami ke deretan buku bekas yang dijual murah.

Ada majalah Tempo, Intisari, hingga novel-novel Inggris bergambar nyentrik—kadang dengan ilustrasi yang membuat kami tertawa kecil.

Di antara tumpukan itu, saya menemukan buku Madilog karya Tan Malaka dengan label “Ori”. Ketika ditanya harganya, sang penjual menjawab sekitar Rp140 ribu. Tak murah, tapi bagi penggemar buku, selalu ada nilai sentimental yang tak bisa diukur uang.

Perburuan kami berlanjut ke Pasar Buku Kwitang. Di sana, beberapa penjual masih setia menjaga lapaknya. “Cari buku apa?” tanya salah satu pedagang begitu kami mendekat.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Mencecap Masa Lalu lewat Es Krim di Kedai Jadul
Mencecap Masa Lalu lewat Es Krim di Kedai Jadul
Kata Netizen
Kini CFD Cibinong Tanpa Penjual Jajanan, Ada yang Berbeda?
Kini CFD Cibinong Tanpa Penjual Jajanan, Ada yang Berbeda?
Kata Netizen
Jalan-jalan ke Pasar Buku Legendaris Kwitang, Jakarta
Jalan-jalan ke Pasar Buku Legendaris Kwitang, Jakarta
Kata Netizen
Dunia Global Mesti Waspada Ancaman Penyakit Flu Burung
Dunia Global Mesti Waspada Ancaman Penyakit Flu Burung
Kata Netizen
Melihat Sekolah di Korea Selatan Mengurangi Sampah Makanan
Melihat Sekolah di Korea Selatan Mengurangi Sampah Makanan
Kata Netizen
Mencari Batas antara Teguran dan Kekerasan di Sekolah
Mencari Batas antara Teguran dan Kekerasan di Sekolah
Kata Netizen
Cara Petani Desa Talagasari Memaksimalkan Lahan
Cara Petani Desa Talagasari Memaksimalkan Lahan
Kata Netizen
Sikap Guru pada Murid yang Sering Disalahartikan
Sikap Guru pada Murid yang Sering Disalahartikan
Kata Netizen
Adakah Cara biar Adil Memberi Nafkah ke Orangtua?
Adakah Cara biar Adil Memberi Nafkah ke Orangtua?
Kata Netizen
Peran Komunitas Jaga Pariwisata di Pulau Merak Besar
Peran Komunitas Jaga Pariwisata di Pulau Merak Besar
Kata Netizen
ASN Dipindah Tugaskan, Bagaimana Kondisi Sosial dan Psikologisnya?
ASN Dipindah Tugaskan, Bagaimana Kondisi Sosial dan Psikologisnya?
Kata Netizen
Sudah Tidak Mau Pelihara, Kok Malah Hewannya Dibuang?
Sudah Tidak Mau Pelihara, Kok Malah Hewannya Dibuang?
Kata Netizen
Ragam Makanan Aceh Besar, Mana Jadi Favoritmu?
Ragam Makanan Aceh Besar, Mana Jadi Favoritmu?
Kata Netizen
Sudah Siapkah Menerima Bapak Rumah Tangga di Sekitar Kita?
Sudah Siapkah Menerima Bapak Rumah Tangga di Sekitar Kita?
Kata Netizen
Akan Tiba Satu Masa, Anak Enggan Diajak Pergi
Akan Tiba Satu Masa, Anak Enggan Diajak Pergi
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau