Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Panggilan telepon perawat dari ruangan operasi membangunkan kekhawatiran mendalam. "Dok, pasien yang baru saja menjalani operasi tadi pagi tiba-tiba mengalami kesulitan bernapas. Dokter bedahnya meminta konsultasi ulang!"
Tanpa ragu, saya segera melangkah menuju ke lokasi yang dimaksud.
Ternyata, pasien pria berusia 60 tahun yang baru saja menjalani operasi, mengalami sesak napas yang disertai dengan suara 'mengi', mirip suara kucing, menandakan serangan asma.
Namun, saat konsultasi sebelum operasi, Sang Pasien tidak mengatakan bahwa ia mengidap asma. Ia hanya mengatakan bahwa dirinya adalah perokok berat saat masih mudah dan sudah mulai dikurangi.
Kejadian semacam ini bukanlah yang pertama kali saya alami. Seringkali, sebelum menjalani operasi pasien cenderung menyembunyikan riwayat penyakit mereka. Lalu ketika proses operasi sudah selesai, baru akan terungkap adanya masalah terkait kesehatannya.
Ketika diperiksa sebelum menjalani operasi pasien terseubt terlihat sehat dan aman-aman saja. Meski begitu dari pemeriksaan itu diketahui bahwa kadar gula darahnya naik di atas 200 mg/dl.
Baru saat operasi, tiba-tiba muncul gejala kesulitan bernapas dan hasil rekam jantung mengindikasikan iskemia atau sumbatan yang sebelumnya tidak terdeteksi. Padahal pada rekam jantung sebelumnya hal itu tidak terdeteksi dan hasilnya masih dalam batas normal.
Meski kejadian seperti ini tidak akan terjadi bulanan atau tahunan, akan tetapi dalam setiap proses operasi pasti memiliki risiko.
Mulai dari operasi kecil hingga besar dengan anestesi umum, semuanya merupakan "stressor" yang memerlukan persiapan yang matang.
Berbagai faktor, seperti alergi pada pasien asma, emboli pada pasien jantung, diabetes, usia lanjut, dan lainnya dapat mengubah operasi yang terlihat sederhana menjadi situasi berpotensi fatal. Apalagi operasi bedah syaraf yang memakan waktu belasan jam membutuhkan persiapan yang lebih cermat.
Untuk itu, bagi calon pasien operasi, persiapan yang cermat sangat penting, antara lain sebagai berikut.
Namun, yang perlu dipahami adalah bahwa risiko selalu ada di meja operasi. Oleh karena itu, operasi sebaiknya dilakukan hanya jika benar-benar diperlukan untuk mengatasi penyakit yang mengancam jiwa atau menghindari cacat.
Jika operasi dilakukan untuk alasan estetika, pastikan kondisi kesehatan benar-benar fit dan tidak ada penyakit atau gaya hidup yang merugikan. Sebab terkadang, meskipun terlihat sehat sebelumnya, operasi dapat membuka celah bagi kejadian yang tidak diinginkan.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Seberapa Penting Persiapan Sebelum Operasi untuk Menghindari Kondisi yang Fatal?"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.